Jenis-Jenis
Kalimat dan Contohnya
Manusia
memiliki kodrat sebagai makhluk sosial, sehingga komunikasi dengan sesama
manusia pasti tidak terhindarkan setiap harinya. Salah satu media komunikasi
antar perorangan adalah bahasa. Dengan bahasa, manusia mampu menyampaikan
pesan, gagasan, kehendak, informasi ke manusia lainnya. Bahasa memiliki
berbagai satuan yang menyusunnya. Satuan bahasa terkecil dalam bahasa yang
memiliki makna secara utuh adalah kalimat, namun beberapa sumber juga
menyebutkan jika bagian terkecil dari bahasa adalah kata atau fasa (kumpulan
kata) karena kata dan frasa juga memiliki makna meski tidak utuh. Artikel kali
ini akan dibahas mulai dari pengertian kalimat, seluk beluk kalimat, jenis
jenis kalimat dan contohnya.
A. Pengertian Kalimat
Kalimat
merupakan satuan terkecil bahasa yang mengungkapkan pikiran secara utuh secara
kebahasaan, definisi tersebut diambil dari Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
Untuk memaknainya secara tepat, ketika mengucapkan suatu kalimat digunakan
suara yang naik – turun, lemah – lembut, disela dengan jeda, serta
intonasi di akhir kalimat. Sedang untuk memaknai kalimat tertulis, digunakan
tanda baca yang mewakili cara pengucapan atau intonasi.
Penulis sendiri
mendifinisikan Kalimat merupakan rangkaian kata yang tersusun sesuai dengan
kebutuhan secara tepat. Yang dimaksud rangkaian kata yaitu membangun struktur
kalimat bisa berupa rangkaian frasa atau klausa dan bisa sesuai dengan struktur pola kalimat.
B. Unsur – Unsur Kalimat
Kalimat
memiliki unsur unsur yang membangunnya, secara luas kita mengenal konstituen
dasar pembentuk kalimat yang meliputi kata; frasa; dan klausa. Kata merupakan
satuan terkecil dalam kalimat secara gramatikal. Kata dapat berdiri sendiri,
maupun bergabung dengan kata – kata lain membangun struktur kalimat.
Kridalakana mengungkapkan jika kata terjadi dari morfem tunggal, seperti makan,
jalan, Tuhan, pergi, kembali, buah, dan lain sebagainya.
Pembentuk
kalimat lain adalah frasa. Frasa sering didefinisikan sebagai kumpulan dua kata
atau lebih yang tidak berciri klausa, atau tidak memiliki ciri predikat di
dalamnya. Seperti halnya dengan kata, frasa juga dapat berdiri sendiri dengan
kondisi sebagai jawaban dari sebuah pertanyaan. Misal
Konstituen
dasar pembentuk kalimat yang selanjutnya adalah klausa. Menurut Cook, klausa
merupakan kelompok kata yang hanya mengandung satu predikat. Selain itu, Dola
mendefinisikan klausa sebagai satuan gramatikal yang disusun oleh kata atau
frasa yang sedikitnya minimal satu predikat. Pengertian lain menjelaskan jika
kalimat merupakan kumpulan kata yang memiliki sekurang – kurangnya
memiliki satu subjek dan predikat.
Contoh pembentukan kalimat :
Ayam
(kata)
Ayam goreng
(frasa)
Saya makan ayam goreng
(kalimat)
Sebelumnya
beberapa kali disebutkan istilah ‘subjek’ dan ‘predikat’. Subjek dan predikat
merupakan beberapa unsur dari suatu kalimat, bila menilik lebih dalam unsur –
unsur lain penyusun kalimat yang lain adalah objek dan keterangan. Agar lebih
memahami apa sajakah unsur – unsur yang terdapat dalam suatu kalimat, berikut
penjelasannya yang sesuai dengan pola kalimat,
1.
Subjek
Subjek
merupakan bagian yang menunjukkan pelaku atau masalah dari suatu kalimat.
Subjek pada umumnya berupa kata benda maupun frasa yang merujuk pada benda.
Selain itu subjek dapat merupakan kata atau nama yang merujuk pada seseorang
maupun kelompok, misal ‘aku’, ‘dia’, ‘mereka’, ‘Diana’, dan lain – lain. Selain
itu, subjek akan menjawab pertanyaan tentang : ‘apa’ dan ‘siapa’.
Contoh
:
Donald Trump terpilih sebagai presiden Amerika Serikat
tahun ini.
(menjawab, “Siapa presiden
terpilih Amerika Serikat tahun ini?”)
Sebuah bus AKDP menabrak dua motor di depannya.
(menjawab. “Apa yan menabrak
dua motor tadi”)
Saipah yang melakukan aksi pencurian tadi pagi, tidak lain
mantan satpam di rumah itu sendiri.
(menjawab, “Siapa yang
melakukan aksi pencurian tadi pagi?”)
2.
Predikat
Predikat
merupakaan bagian dasri suatu kalimat yang menyatakan suatu tindakan atau
keadaan dari subjek yang dapat berupa kata maupun frasa. Predikat digunakan
untuk menjawab pertanyaan: mengapa dan bagaimana.
Contoh
:
Ayah sakit
(menjawab, “Ayah mengapa tidak masuk kerja?” atau “Bagaimana
keadaan ayahmu?”)
Diana tidak keluar kamar seharian
(menjawab, “Bagaimana keadaannya setelah mendengar kabar itu?”)
3.
Objek
Dalam
kalimat, objek merupakan bagian yang melengkapi predikat, biasanya berupa
nomina, frasa, maupun klausa. Suatu objek dapat berubah kedudukannya menjadi
suatu subjek, jika kalimat tersebut dirubah dari kalimat aktif menjadi kalimat
pasif.
Contoh
:
Franky menendang bola
(Franky : subjek; bola : objek)
Bola ditendang Franky
(Franky : objek; bola : subjek.
“Bola” berdiri sebagai subjek karena jika kata “Franky” dihilangkan, maka
“Bola ditendang” masih dapat berdiri sebagai kalimat dan memenuhi syarat adanya
subjek dan predikat)
4.
Keterangan
Keterangan
merupakan bagian kalimat yang menemberikan penjelasan lebih tentang subjek dan
predikat dalam suatu kalimat, dalam menambahkan unsur keterangan maka akan
disertai konjungsi atau
kata hubung. Keterangan dapat berupa keterangan alat, waktu, tujuan,
cara, penyertan, penyebab, saling, dan sebagainya.
Contoh
:
Ani pergi ke pasar dengan sepeda.
(Sepeda : keterangan alat;
dengan : konjungsi)
Ria meninggalkan tasnya di mushola.
(Mushola : keterangan tempat;
di : konjungsi)
5.
Pelengkap
Pelengkap
memberi penjelasan lebih jauh dari makna suatu kalimat. Berbeda dengan
keterangan, unsur pelengkap tidak memerlukan kata hubung sebelumnya.
Julia memberikan Anna kado Boneka
(kado boneka : pelangkap)
Semua peraturan di Indonesia
berdasarkan UUD 1945
(UUD 1995 : pelengkap)
C. Pengklasifikasian Kalimat
Kalimat
memiliki beberapa jenis yang membedakannya satu sama lain. Pembagian
jenis–jenis kalimat didasarkan pada 1) pengucapan; 2) jumlah frasa atau
struktur gramatikal; 3) isi atau fungsi; 4) unsur kalimat; 5) pola subjek –
predikat; 6) gaya penyajian; dan 7) subjeknya. Untuk memperjelas, berikut ini
ulasannya.
1. Pembagian
Jenis Jenis Kalimat Berdasarkan Pengucapannya
Berdasarkan
pengucapannya, kalimat dibedakan menjadi dua jenis, yakni kalimat langsung
dan kalimat tidak langsung.
1.1. Kalimat Langsung
Kalimat
langsung merupakan kalimat hasil kutipan dari ucapan seseorang tanpa melalui
perantara dan tanpa merubah sedikitpun apa yang ia utarakan. Kalimat ini
ditandai dengan penggunaan tanda petik untuk membedakan kalimat kutipan dengan
kalimat penjelas.
Contoh
:
“Riana akan pulang nanti sore,” Desti memberi kabar
Andriana berkata, “Aku mungkin tidak akan pulang malam ini. Besok
aku beri kabar lagi.”
“Andai waktu itu ibumu ini tidak lari, Nak,” Ibu mulai bercerita,
“tidak mungkin kamu bisa sampai sebesar ini. Karena kalo ibu tidak lari, kita
pasti ikut hangus bersama desa kita.”
1.2. Kalimat Tidak Langsung
Kalimat
tidak langsung merupakan kalimat yang menceritakan kembali isi atau pokok
ucapan yang pernah disampaikan seseorang tanpa perlu mengutip keseluruhan
kalimatnya.
Contoh
:
Aku pernah mendengar Aisya bercerita bahwa sebenarnya ia tidak
terlalu senang dengan kabar perjodohan yang diatur oleh orang tuanya.
Tadi Bu Neti berpesan jika hari beliau tidak dapat masuk kelas
karena suatu urusan. Namun, beliau memberikan tugas untuk mengerjakan LKS
halaman 75.
Burhani mengancam tidak masuk sekolah bila ia masih merasa
mendapat bully-an dari
teman sekelasnya.
2. Pembagian
Jenis Jenis Kalimat Berdasarkan Jumlah Frasanya (Struktur Gramatical)
Dilihat
dari jumlah frasanya, kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat tunggal (terdiri
dari kalimat nominal dan kalimat verbal) serta kalimat majemuk (terdiri dari
kalimat majemuk setara, majemuk bertingkat, dan majemuk campuran).
2.1. Kalimat Tunggal
Kalimat
tunggal merupakan kalimat yang hanya terdiri dari satu klausa, yang terbentuk
dari satu pola. Berikut ini pola – pola dalam kalimat tunggal beserta contohnya
No
|
Pola Kalimat
|
Kategori Kata
|
Contoh
|
1
|
Subjek (S) + Predikat
(P)
|
Kata Benda (KB) + Kata
Kerja (KK)
|
Pendemo berorasi.
|
Kata Benda + Kata
Sifat (KS)
|
Pemilik villa itu
menakutkan.
|
||
Kata Benda + Kata
Bilangan (KBil)
|
Harga sofa itu dua
juta rupiah
|
||
2
|
S + P + Keterangan (K)
|
KB + KK +(Konjungsi +
Kata Benda)
|
Ayu menari dengan
gemulai.
|
3
|
S + P + Pelengkap
(Pel)
|
KB1 + KK + KB2
|
Mukanya bersemu merah.
|
4
|
S + P + O
|
KB1 + KK + KB2
|
Ayah membeli roti.
|
5
|
S + P + O + K
|
KB1 + KK + KB2
+(Konjungsi + KB3)
|
Rasya menikahi gadis
itu di
|
6
|
S + P + O + Pel
|
KB1 + KK + KB2 + KB3
|
Ayah membelikan aku
sebuah bunga.
|
Kalimat
tunggal berdasarkan jenis predikat yang digunakan, dibagi menjadi dua yakni
kalimat nomina dan kalimat verbal
1)
Kalimat Nomina
Kalimat
nomina merupakan jenis kalimat yang menggunakan kata benda (kata bilangan atau
kata sifat) sebagi predikat
Contoh
:
Tentara itu tewas di medan perang.
Adik saya ada dua orang
2)
Kalimat Verbal
Kalimat
verbal merupakan jenis kalimat yang menggunakan kata kerja sebagai predikat.
Contoh
:
Andi mengayuh sepedanya pelan.
Siska makan di kamarnya.
2.2. Kalimat Majemuk
Kalimat
majemuk merupakan kalimat yang terdiri dari dua atau lebih kalimat tunggal yang
saling berhubungan. Berdasarkan kedudukan satu kalimat tunggal dengan yang
lain, kalimat majemuk dibedakan menjadi kalimat majemuk setara (baca : contoh kalimat
majemuk setara), bertingkat (baca : contoh kalimat
majemuk bertingkat), dan campuran (baca : contoh kalimat
majemuk campuran).
1)
Kalimat Majemuk Setara
Kalimat
majemuk setara merupakan kalimat yang terdiri dari dua kalimat tunggal, di mana
kedudukan masing masing kalimat tersebut setara. Kalimat majemuk setara dibagi
lagi menjadi beberapa jenis, seperti berikut;
(1)
Kalimat majemuk setara penggabungan, biasanya ditandai dengan
penggunaan kata hubung (konjungsi) “dan”
atau “serta”.
Contoh
:
Saya
bertanggung jawab atas kedatangan peserta hingga ke penginapan dan Andi akan mengambil
tanggung jawab tentang segala keperluan peserta sesampainya di sana .
(2)
Kalimat majemuk setara pertentangan, biasanya ditandai dengan kata
hubung (konjungsi) “tetapi”, “sedangkan”, “melainkan”, “namun”, dan sebagainya.
Contoh
:
Kelas
kami akan mengadakan study tour ke
Palembang , namun dia memilih untuk tidak ikut.
(3)
Kalimat majemuk setara pemilihan, biasanya ditandai dengan kata
hubung “atau”.
Contoh
:
Riana
masih bingung menentukan antara ikut menemani ibunya kuliah di Jerman atau
tetap tinggal di sini bersama ayahnya.
(4)
Kalimat majemuk setara penguatan, biasanya ditandain dengan kata
hubung “bahkan”.
Contoh
:
Dia
memang pemuda yang cerdas, bahkan di usianya yang ke-17 ia sudah mendapatkan
gelar sarjana pertamanya.
2)
Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat
majemuk bertingkat merupakan kalimat yang menggabungkan dua kalimat tunggal
atau lebih di mana satu sama lain memiliki kedudukan yang berbeda, yakni
sebagai induk kalimat dan anak kalimat. Kalimat majemuk bertingkat dapat dibagi
menjadi 10 jenis berdasarkan penggunaan kata hubung atau konjungsinya, yakni,
(1)
Waktu : “ketika”, “sejak”, “saat ini”, dsb.
Contoh
:
Anak
itu sudah lama hidup sendiri semenjak orang
tuanya meninggal ketika dia
masih bayi.
(2)
Sebab: “karena”, “oleh karena itu”, “sebab”, “oleh sebab itu”,
dsb.
Contoh
:
Tia
memuntus pergi dari rumah karena ia
tidak kuat lagi melihat kelakuan ayahnya.
(3)
Akibat: “hingga”, “sehingga”, “maka”, dsb.
Contoh
:
Kebakaran
hutan itu meluas hingga asap
kabut yang ditimbulkan berdampak hingga Singapura dan Malaysia .
(4)
Syarat: “ jika”, “asalkan”, “apabila”, dsb.
Contoh
:
Ani
bersedia menerima lamaran Ali, apabila kedua
orang tuanya merestui hubungan mereka.
(5)
Perlawanan: “meskipun”, “walaupun”, dsb.
Contoh
:
Meskipun diiming – imingi uang ganti rugi yang besar,
warga Kampung Barang tetap menolak dipindahkan.
(6)
Pengandaian: “andaikata”, “seandainya”, dsb.
Contoh
:
Seandainya Risko menunggu lebih lama lagi, ia pasti akan berjumpa
dengan Dewi di kafe itu.
(7)
Tujuan: “agar”, “supaya”, “untuk”, dsb.
Contoh:
Triana
menutuskan pindah ke apartemen ini agar lebih
dekat dengan kantornya.
(8)
Perbandingan: “bagai”, “laksana”, “ibarat”, “seperti”, dsb.
Contoh
:
Budak
itu jatuh cinta pada putri kerajaan bagaikan punguk
yang merindukan bulan.
(9)
Pembatasan: “kecuali”, “selain”, dsb.
Contoh
:
Dia
sangat jago di semua mata pelajaran kecuali pelajaran olahraga.
(10)
Alat: “dengan + kata benda”
Contoh:
Orang
itu pergi ke kantor dengan menggunakan mobil.
3)
Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat
majemuk setara merupakan kalimat majemuk yang menggabungkan kalimat majemuk
setara dengan kalimat majemuk setingkat. Kalimat majemuk campuran terdiri dari
sekurang – kurangnya tiga kalimat tunggal.
Contoh
:
Patria
sedang memasak dan Toni
menonton TV di ruang keluarga, ketika aku
tiba di rumah mereka.
(kata
hubung “dan” menyatakan kaimat majemuk setara, kata hubung “ketika” menyatakan
kalimat majemuk bertingkat.)
3. Pembagian
Jenis Jenis Kalimat Berdasarkan Isi atau Fungsinya
Menurut
pembagian berdasarkan isi atau fungsi suatu kalimat, kalimat dibedakan menjadi lima jenis, seperti
berikut
3.1. Kalimat Berita atau Pernyataan (Deklaratif)
Merupakan
kalimat yang bertujuan untuk menyampaian suatu informasi. Kalimat ini dalam
penulisannya di akhiri dengan tanda baca titik (.).Dalam pembacaannya,
pada akhir kalimat biasanya memiliki intonasi yang menurun.
Contoh
:
Ari tengah berlari ke hutan. (memberitahu
kepastian)
Aku menolak hadir dalam acara tersebut. (memberitahu pengingkaran)
Pemain baru itu sepertinya tidak periu dikhawatirkan. (memberitahu kesangsian)
3.2. Kalimat Tanya (Interogatif)
Merupakan
kalimat digunakan untuk mencari tahu suatu informasi atau jawaban atau respon
dari lawan bicara. Kalimat ini dalam penulisannya di akhiri dengan tanda baca
tanya (?). Contoh :
Bagaimana kabarmu hari ini?
Apakah kau sudah bertemu langsung dengan ayahnya?
Di mana kamu tinggal sekarang?
Siapa yang mengantarkanmu ke rumah tadi?
Kapan terakhir kali Anda melihat pria tersebut?
Mengapa kamu nampak ceria sekali hari ini?
3.3. Kalimat Perintah (Imperatif)
Kalimat
perintah merupakan kalimat yang bertujuan untuk memberikan perintah kepada seseorang
untuk melakukan sesuatu. Dalam penulisannya, kalimat perintah akan diakhiri
dengan tanda baca seru (!). Serta dalam pembacaannya, pada akhir kalimat
biasanya digunakan intonasi yang meninggi.
Contoh
:
Tolong ambilkan kertas di meja itu! (permohonan)
Jangan mendekat! (larangan)
Mari kita jaga kelestarian hutan lindung? (ajakan)
3.4. Kalimat Seruan
Kalimat
seruan digunakan untuk mengungkapkan perasaan. Sama seperti kalimat perintah,
dalam pelafalannya pada akhir kalimat biasanya ditandai dengan intonasi yang
tinggi. Dalam penulisannya, kalimat seruan juga diakhiri dengan tanda seru (!).
Contoh
:
Wah, indah sekali pantai!
Hore, aku menang!
3.5. Kalimat Pengandaian
Kalimat
pengandaian bertujuan untuk menggambarkan keinginan atau tujuan dari penulis atau
pembicara yang belum atau tidak terwujud. Kalimat pengandaian dalam
penulisannya diakhiri dengan tanda baca titik (.).
Contoh:
Andai saja aku bisa mengulang waktu kembali.
Seandainya aku menjadi dokter nantinya, aku hanya akan pergi ke
daerah terpencil dan memberikan pengobatan bagi yang membutuhkan di sana .
4. Pembagian
Jenis Jenis Kalimat Berdasarkan Unsur Kalimat
Dilihat dari unsur di dalamnya, kalimat
dapat dibedakan menjadi dua, yakni,
4.1. Kalimat Lengkap
Kalimat
lengkap merupakan kalimat yang sekurang – kurangnya terdiri atas sebuah subjek
dan sebuah predikat. Kalimat majas dapat dikategorikan sebagai kalimat lengkap
Contoh:
Anak – anak bermain di
lapangan
S
P
K
Ayah membeli mobil
baru
S P
O
4.2. Kalimat Tidak Lengkap
Kalimat
tidak lengkap merupakan kalimat yang tidak sempurna. Kalimat dengan bentuk
tidak sempurna kadang hanya memiliki sebuah subjek saja, sebuah predikat, atau
bahkan hanya terdiri atas objek dan keterangan. Kalimat ini biasanya digunakan
untuk kalimat semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan,
larangan, sapaan, dan kekaguman.
Contoh:
Hei, Diana!
Rajin pangkal pandai.
Wah, indah sekali!
Terima kasih.
Selamat sore!
Tidak.
5. Pembagian
Jenis Jenis Kalimat Berdasarkan Pola Subjek – Predikat
Apabila
ditinjau dari struktur serta susunan atas subjek dan predikatnya, kalimat dapat
dibagi menjadi dua jenis, yakni,
5.1. Kalimat Versi
Kalimat
versi merupakan kalimat yang sesuai dengan susunan pola kalimat dasar pada
Bahasa Indonesia (S – P) atau (S – P – O – K) atau (S – P – K ) dan lain
sebagainya.
Contoh:
Aku berjalan sejauh tiga
kilometer.
S
P
K
Diah membeli sepatu di
Pasar Anyer
S
P O
K
5.2. Kalimat Inversi
Kalimat
inversi merupakan kalimat yang memiki ciri khas adanya predikat yang mendahului
kata subjek. Kaliman versi biasanya digunakan untuk menyampaikan penekanan atau
ketegasan makna. Kata pertama yang muncul merupakan kaa yang menjadi penentu
makna kalimat sekaligus menjadi kata yang menimbulkan kesan terhadap pembaca
maupun pendengarnya.
Contoh:
Bawa gadis itu ke
hadapanku!
P
S
K
6. Pembagian
Jenis Jenis Kalimat Berdasarkan Gaya
Penyajian
Berdasarkan gaya penyajiannya, kalimat dikategorikan
menjadi tiga jenis, yakni,
6.1. Kalimat yang Melepas
Kalimat
ini merupakan kalimat yang ditulis maupun diucapkan menggunakan dengan gaya penyajian melepas. Gaya penulisan melepas
ditandai dengan kalimat majemuk di awali dengan induk kalimat atau
kalimat utama serta diikuti oleh anak kalimatnya.
Contoh
:
Putri tidak akan tertinggal kereta jika di jalan tadi tidak
terjadi kecelekaan yang menyebabkan kemacetan panjang.
(“Putri tidak akan tertinggal
kereta” merupakan kalimat induk, “kereta jika di jalan tadi tidak terjadi
kecelekaan yang menyebabkan kemacetan panjang” merupakan anak kalimat.)
Sponsors
Link
6.2. Kalimat yang Klimaks
Kalimat
ini terbentuk ketika suatu kalimat majemuk disajikan dengan cara menempatkan
anak kalimat di depan kalimat induknya. Kalimat ini biasanya ditandai dengan
penggunaan tanda baca koma (,).
Contoh
:
Jika dia dibawa ke rumah sakit lebih cepat, mungkin nyawanya masih
bisa tertolong
(“Jika dia dibawa ke rumah
sakit lebih cepat” merupakan anak kalimat, “mungkin nyawanya masih bisa
tertolong” merupakan kalimat utama)
6.3. Kalimat yang Berimbang
Kalimat
yang berimbang biasanya tersusun dalam bentuk kalimat majemuk setara atau
kalimat majemuk campuran. Gaya
penyajian berimbang bertujuan untuk menunjukan kesejajaran bentuk dan
informasinya.
Contoh
:
Harga daging sapi menjelang Idul Adha melonjak, pedagang dan
konsumen mengeluhkan tingginya kenaikan.
7. Pembagian
Jenis Jenis Kalimat Berdasarkan Subjeknya
Jika
dilihat dari subjeknya, kalimat dibedakan menjadi dua jenis,yakni kalimat aktif dan
kalimat pasif.
7.1. Kalimat Aktif
Kalimat
aktif merupakan kalimat di mana unsur subjek di dalamnya melakukan suatu
tindakan (pekerjaan). Kalimat jenis ini akan menggunakan predikat dengan awalan
“me-” dan “ber-” serta predikat yang berupa kata kerja yang tidak dapat
diberikan awalan “me-”, seperti mandi, pergi, tidur, dan lain sebagainya.
Contoh
:
Ani pergi ke pasar.
Surya merangkak di kegelapan agar tidak terlihat musuh.
Kalimat aktif dapat
dikategorikan kembali menjadi 3 jenis, yaitu,
1)
Kalimat Aktif Transitif
Kalimat
aktif ini dapat disisipi unsur objek di dalamnya. Kalimat aktif ini biasanya
memiliki predikat yang berawalan “me-” dan dapat dirubah ke dalam bentuk pasif.
Contoh
:
Mereka membuat peta dengan skala 1 : 1.000.000. (bentuk aktif)
Peta dengan skala 1 : 1.000.000 dibuat oleh mereka. (bentuk pasif)
2)
Kalimat Aktif Intransitif
Kalimat
aktif ini tidak memungkinkan diikuti oleh objek di dalamnya. Kalimat aktif ini
biasanya menggunakan predikat yang berawalan “ber-” dan tidak dapat di rumah
menjadi kalimat pasif.
Contoh
:
Polisi berjaga di sekitar tempat pengeboman.
Kucingku beranak tiga.
3)
Kalimat Semi Transitif
Kalimat
ini merupakan kalimat aktif yang tidak dapat dirubah menjadi bentuk pasif
karena kalimat ini diikuti oleh unsur pelengkap bukan objek.
Contoh
:
Susilo Bambang Yudhoyono menjadi Presiden
keenam Indonesia
S
P
Pel
Keputusan ini berdasarkan hasil
musyawarah
S
P
Pel
7.2. Kalimat Pasif
Kalimat
pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan atau tindakan. Kalimat
pasif biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan “di-” dan “ter-”
serta diikuti kata depan “oleh”. Kalimat pasif dibedakan kembali menjadi dua
bentuk, yakni,
1) Kalimat Pasif Biasa
Kalimat
pasif ini merupakan kalimat hasil dari transformasi kalimat aktif transitif.
Kalimat pasif ini memiliki predikat yang memilki imbuhan “di-”, “ter-”,
“ke-an”.
Contoh:
Bola
ditendang Adnan.
Kertas
itu tertiup angin.
2)
Kalimat
Pasif Zero
Kalimat pasif ini
memiliki objek pelaku yang berdekatan dengan objek penderita tanpa adanya sisipan
kata lain. Predikat pada kalimat ini menggunakan akhiran “-kan ” dan tanpa disertai awalan “di-”. Selain
itu, predikatnya juga dapat berupa kata dasar dari kata kerja.
Contoh :
Akan aku tunjukan
kemampuanku disini.
Akan saya sampaikan
pesanmu padanya
D. Kalimat Inti, Luas, dan Transformasi
1. Kalimat inti
Kalimat inti adalah kalimat mayor
yang hanya terdiri atas dua kata dan sekaligus menjadi inti kalimat.
Ciri-ciri kalimat inti:
1) Hanya
terdiri atas dua kata
2) Kedua
kata itu sekaligus menjadi inti kalimat
3) Tata
urutannya adalah subjek mendahului predikat
4) Intonasinya
adalah intonasi ”berita yang netral”. Artinya: tidak boleh menyebabkan
perubahan atau pergeseran makna laksikalnya..
2. Kalimat luas
Kalimat
luas adalah kalimat inti yang sudah diperluas dengan kata-kata baru sehingga
tidak hanya terdiri dari dua kata, tetapi lebih.
3. Kalimat transformasi
Kalimat
transformasi merupakan kalimat inti yang sudah mengalami perubahan atas keempat
syarat di atas yang berarti mencakup juga kalimat luas. Namun, kalimat
transformasi belum tentu kalimat luas.
Contoh kalimat Inti, Luas, dan
Transformasi
1)
Kalimat Inti. Contoh: Adik menangis.
2)
Kalimat Luas. Contoh: Radha, Arief,
Shinta, Mamas, dan Mila sedang belajar dengan serius, sewaktu pelajaran
matematika.
3)
Kalimat transformasi. Contoh:
i) Dengan
penambahan jumlah kata tanpa menambah jumlah inti, sekaligus juga adalah
kalimat luas: Adik menangis tersedu-sedu kemarin pagi.
ii) Dengan
penambahan jumlah inti sekaligus juga adalah kalimat luas: Adik menangis dan
merengek kepada ayah untuk dibelikan komputer.
iii) Dengan
perubahan kata urut kata. Contoh: Menangis adik.
iv) Dengan
perubahan intonasi. Contoh: Adik menangis?
4) Kalimat Mayor dan Minor
i) Kalimat mayor
Kalimat mayor adalah kalimat yang
sekurang-kurangnya mengandung dua unsur inti.
Contoh: Amir
mengambil buku itu.
Arif ada di
laboratorium.
Kiki pergi ke Bandung.
Ibu
segera pergi ke rumah sakit menengok paman, tetapi ayah menunggu kami di rumah
Rati karena kami masih berada di sekolah.
ii) Kalimat
Minor
Kalimat minor adalah kalimat yang hanya
mengandung satu unsur inti atau unsur pusat.
Contoh: Diam!
Sudah siap?
Pergi!
Yang baru!
Kalimat-kalimat di atas mengandung satu
unsur inti atau unsur pusat.
Contoh: Amir mengambil.
Arif
ada.
Kiki
pergi
Ibu
berangkat-ayah menunggu.
Karena terdapat dua inti, kalimat tersebut
disebut kalimat mayor.
5) Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat berisikan
gagasan pembicara atau penulis secara singka, jelas, dan tepat.
Jelas
: berarti mudah dipahami oleh
pendengar atau pembaca.
Singkat
: hemat dalam pemakaian atau
pemilihan kata-kata.
Tepat : sesuai dengan kaidah bahasa yang
berlaku.
6) Kalimat Tidak Efektif
Kalimat
tidak efektif adalah kalimat yang tidak memiliki atau mempunyai sifat-sifat
yang terdapat pada kalimat efektif.
Sebab-Sebab
Ketidakefektifan Kalimat
(1)
kontaminasi= merancukan 2 struktur benar 1 struktur salah
contoh:
a.
diperlebar, dilebarkan
diperlebarkan (salah)
b.
memperkuat, menguatkan
memperkuatkan (salah)
c.
sangat baik, baik sekali sangat
baik sekali (salah)
d.
saling memukul, pukul-memukul
saling pukul-memukul (salah)
e.
Di sekolah diadakan pentas seni.
Sekolah mengadakan pentas seni Sekolah mengadakan pentas seni (salah)
(2)
pleonasme= berlebihan, tumpang
tindih
contoh :
a.
para hadirin (hadirin sudah jamak,
tidak perlu para)
b.
para bapak-bapak (bapak-bapak sudah
jamak)
c.
banyak siswa-siswa (banyak siswa)
d.
saling pukul-memukul (pukul-memukul
sudah bermakna ‘saling’)
e.
agar supaya (agar bersinonim dengan
supaya)
f.
disebabkan karena (sebab bersinonim
dengan karena)
(3)
tidak memiliki subjek
contoh:
a.
Buah mangga mengandung vitamin C.(SPO)
(benar)
b.
Di dalam buah mangga terkandung vitamin
C. (KPS) (benar) ??
c.
Di dalam buah mangga mengandung vitamin
C. (KPO) (salah)
(4)
adanya kata depan yang tidak perlu
a.
Perkembangan daripada teknologi informasi sangat
pesat.
b.
Kepada siswa kelas I
berkumpul di aula.
c.
Selain daripada bekerja, ia juga kuliah.
(5)
salah nalar
a.
waktu dan tempat dipersilahkan. (Siapa
yang dipersilahkan)
b.
Mobil Pak Dapit mau dijual. (Apakah
bisa menolak?)
c.
Silakan maju ke depan. (maju selalu ke
depan)
d.
Adik mengajak temannya naik ke atas.
(naik selalu ke atas)
e.
Pak, saya minta izin ke belakang.
(toilet tidak selalu berada di belakang)
f.
Saya absen dulu anak-anak. (absen:
tidak masuk, seharusnya presensi)
g.
Bola gagal masuk gawang. (Ia gagal
meraih prestasi) (kata gagal lebih untuk subjek bernyawa)
(6) kesalahan pembentukan kata
a.
mengenyampingkan seharusnya
mengesampingkan
b.
menyetop seharusnya menstop
c.
mensoal seharusnya menyoal
d.
ilmiawan seharusnya ilmuwan
e.
sejarawan seharusnya ahli sejarah
(7)
pengaruh bahasa asing
a.
Rumah di mana ia tinggal … (the house
where he lives …) (seharusnya tempat)
b.
Sebab-sebab daripada perselisihan …
(cause of the quarrel) (kata daripada dihilangkan)
c.
Saya telah katakan … (I have told)
(Ingat: pasif persona) (seharusnya telah
saya katakan)
(8) pengaruh
bahasa daerah
a.
sudah pada hadir. (Jawa: wis padha teka) (seharusnya sudah hadir)
b.
oleh saya. (Sunda: ku abdi) (seharusnya diganti dengan kalimat pasif persona)
c.
Jangan-jangan … (Jawa: ojo-ojo)
(seharusnya mungkin)
Adapun dalam perkembangan dalam penggunaan kalimat berdasarkan Isi atau Fungsinya dalam
bahasa Indonesia sebagai berikut;
1. Kalimat Ambigu (Abiguitas)
Banyak yang bertanya
mengenai apa itu kalimat ambigu? Secara sederhana kalimat ambigu adalah kalimat
yang dapat diartikan secara berbeda, atau mempunyai dua arti yang mungkin
membingungkan.
Contoh kalimat amigu,
atau kalimat yang mengandung ambiguitas:
a.
Mayat itu diloncati kucing hidup.
b.
kalimat tersebut bisa berarti
c.
Mayat diloncati oleh kucing hidup.
d.
Mayat diloncati kucing kemudian hidup.
e.
Habib berenang di laut mati.
f.
kalimat tersebut bisa berarti
g.
Habib berenang di laut yang namanya laut mati.
h.
Habib berenang di laut kemudian mati.
i.
Kuterima hadiah kedua kakakku dengan senang hati
j.
kalimat tersebut bisa berarti
k.
Hadiah kedua dari kakakku.
l.
hadiah dari kedua kakakku.
2. Kalimat Berkarakter
a.
Bahagia bukan berarti memiliki semua yang kita cintai. Bahagia itu
mencintai semua yang kita miliki Kesalahan adalah pengalaman hidup, belajarlah
darinya. Berat mencoba untuk menjadi sempurna. Tapi cobalah menjadi teladan
bagi sesama
b.
Menunjukkan perbuatan baik demi sesuatu yang salah di hadapan
orang lain adalah sama dengan menyembunyikan perbuatan yang tidak baik dari
orang lain
c.
Penting untuk tak hanya membicarakan kehidupan yang baik, tapi
melakukan hal yang baik
d.
Kebahagiaan hanya bisa ditemukan dengan membantu orang lain
menemukannya ~ Napoleon Hill
e.
Musuh kita bukanlah mereka yang menyakiti kita, melainkan sifat
membenci yang ada pada diri kita
3. Kalimat Deklaratif (Kalimat Berita)
Kalimat deklaratif dalam
bahasa Indonesia merupakan kalimat yang mengandung maksud memberitakan sesuatu
kepada lawan tutur. Sesuatu yang diberitakannya, umumnya, merupakan
pengungkapan suatu peristiwa atau suatu kejadian, baik dalam bentuk tuturan
langsung maupun tidak langsung.
Kalimat deklaratif yang
lebih dikenal dengan kalimat berita atau kalimat pernyataan, jika dibandingkan
dengan kalimat lainnya tidak bermarkah khusus. Kalimat deklaratif umumnya
digunakan untuk membuat pernyataan sehingga isinya merupakan berita informasi
tanpa mengharapkan responsi tertentu. Contohnya
apabila kita melihat suatu keadaan dan menyiarkan (menyampaikan) kepada
orang lain tentang hal itu maka kita dapat menyampaikannya dalam bermacam-macam
kalimat berita (deklaratif).
Contoh kalimat
deklaratif
a. Tadi pagi ada tabrakan mobil dekat Monas.
b. Saya lihat ada bus masuk Ciliwung tadi pagi.
c. Waktu ke kantor, saya lihat ada yang menabrak
becak sampai hancur.
d. Saya ngeri melihat tabrakan antara bus PPD dan
sedan Fiat tadi pagi.
e. Tadi
pagi ada sedan Fiat ditabrak bus PPD.
Dilihat dari segi
bentuknya, kalimat tersebut bermacam-macam, ada yang berbentuk aktif, pasif,
inversi, dan sebagainya, tetapi dilihat dari
fungsi komunikatifnya, kalimat di atas sama yaitu merupakan kalimat
berita.
4. Kalimat Imperatif
Kalimat ini disebut juga
dengan kalimat perintah atau permintaan. Kalimat perintah adalah kalimat yang
bertujuan memberikan perintah kepada orang lain untuk melakukan sesuatu.
Biasanya diakhiri dengan
tanda seru (!). Dalam bentuk lisan, kalimat perintah ditandai dengan intonasi
tinggi.
Kalimat imperatif adalah
kalimat yang dibentuk untuk memancing responsi yang berupa tindakan.Kalimat
imperatif mempunyai cirri-ciri sebagai berikut:
a. Intonasi yang ditandai nada rendah di akhir
kalimat.
b. Pemakaian
partikel penegas, penghalus dan kata tugas ajakan, harapan, permintaan dan larangan.
c. Susunan
inversi sehingga menjadi tidak selalu terungkap predikat – subjek jika
diperlukan.
d. Pelaku
tindakan tidak selalu terungkap.
Kalimat imperatif dapat
diperinci menjadi enam golongan :
1) Perintah atau suruhan biasa.
Contoh : Masuk
!
Tenang, anak-anak !
2) Perintah halus
Contoh : Tolong kirimkan kontrak ini.
Tolong kontrak ini dikirim segera.
3) Permohonan,
permintaan
Contoh : Mohon surat
ini ditandatangani.
Minta perhatian, saudara-saudara !
4) Ajakan
dan harapan
Contoh : Ayo cepat !
Marilah kita bersatu
!
Harap duduk dengan
tenang !
5) Larangan atau perintah negatif
Contoh : Jangan berangkat hari ini.
Janganlah membaca di tempat gelap.
6) Pembiaran
Contoh : Biarlah saya pergi dulu, kau tinggal di
sini.
Biarlah saya yang menggoreng ikan.
C. Kalimat Introgatif
Kalimat tanya adalah
kalimat yang dibentuk untuk mendapatkan responsi berupa jawaban. Secara formal,
kalimat tanya ditandai oleh hadirnya kata tanya seperti „apa‟, „siapa‟,
„berapa‟, „kapan‟, dan juga diakhiri oleh tanda tanya (?) pada bahasa tulis,
sedangkan pada bahasa lisan, ditandai dengan intonasi naik jika ada kata tanya
atau intonasi turun.
Dalam bahasa Indonesia
ada empat cara untuk membentuk kalimat tanya dari kalimat berita :
1) Dengan menentukan partikel penanya „apa‟, yang
dibedakan dari kata tanya „apa‟.
Contoh : Dia direktur di perusahaan itu.
Apa dia direktur di perusahaan itu ?
Pemerintah akan
menaikkan harga BBM
Apa pemerintah akan
menaikkan harga BBM ?
2) Dengan
membalikkan susunan kata (Inversi)
Contoh ; Dia dapat
pergi sekarang.
Dapatkah
dia pergi sekarang ?
Narti
harus segera kawin.
Harusklan
Narti segera kawin ?
3) Dengan
menggunakan kata bukan (kah) atau tidak (kah)
Contoh ; Dia
sakit
Dia sakit, bukan ?
Bukankah dia sakit ?
4) Dengan menggunakan intonasi menjadi naik.
Contoh : Dia pergi ke Medan
Dia
pergi ke Medan
?
Penjahat itu belum tertangkap
Penjahat iru belum
tertangkap ?
Kalimat introgatif juga
ditandai dengan kata tanya seperti apa,
siapa, kapan, mengapa, berapa. Sebagian besar dari kalimat tanya itu
dapat menanyakan unsur wajib dalam kalimat seperti pada contoh (1) dan (2), sebagian
lain menanyakan unsur tak wajib seperti pada contoh (3) dan (4). Jawaban atas
pertanyaan itu bukan „ya‟ atau „tidak‟.
Contoh : 1). Dia
mencari Pak Akhmad.
Dia mencari siapa ?
2). Pak
Tariga membaca buku.
Pak Tarigan membaca apa ?
3).
Minggu depan mereka akan berangkat ke Amerika.
Kapan mereka akan berangkat ke Amerika ?
4). Keluarga
Daryanto akan pindah ke Surabaya .
Keluarga Daryanto akan pindah kemana ?
Letak kata tanya dapat
berpindah tanpa mengakibatkan perubahan apapun. Kalimat (3) dan (4) menjadi
„Mereka akan berangkat ke Amerika kapan?‟, „Kemana keluarga Daryanto akan
pindah?‟.
Kalimat interogatif yang
memakai kata tanya apa atau siapa, yang menanyakan unsur wajib dalam kalimat,
apabila urutannya dipindah ke depan mengakibatkan perubahan struktur kalimat.
Contoh: Dia mencari siapa ?
Siapa yang dia cari ?
Pak Tarigan membaca apa ?
Apa yang dibaca Pak Tarigan ?
D. Kalimat Ekslamatif
Kalimat eksklamatif yang
dikenal dengan nama kalimat seru, secara formal ditandai oleh kata alangkah,
betapa, atau bukan main pada kalimat berpredikat adjektiva. Kalimat
eksklamatif yang dinamakan kalimat
interjeksi digunakan untuk menyatakan perasaan kagum atau heran.
Cara pembentukan kalimat
eksklamatif dari kalimat deklaratif dengan langkah :
a. Balikkan urutan unsur dari Subjek – Predikat
menjadi Predikat – Subjek.
b. Tambahkan partikelnya
pada (adjektiva) Predikat.
c. Tambahkan kata (seru) alangkah, bukan main atau betapa di muka predikat jika perlu.
Contoh : Pergaulan mereka
bebas (deklaratif)
Bebas
pergaulan mereka (kaidah a)
Bebasnya
pergaulan mereka (kaidah b)
Alangkah
bebasnya pergaulan mereka (kaidah c)
Betapa
bebasnya pergaulan mereka
Bukan
main bebasnya pergaulan mereka.
E. Kalimat Korelatif
Kalimat korelatif adalah kalimat yang dihubungkan
dengan konjungtor korelatif yang memiliki status sintaksis yang sama.
Konjungtor korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh salah satu kata, frase, atau klausa.
Contoh konjungtor korelatif:
baik ... maupun ... sedemikian rupa ... sehingga ...
tidak hanya ... , tetapi juga ... apa
(kah) ... atau ...
bukan hanya ... , melainkan
juga ... entah ... entah ...
demikian ... sehingga ... jangankan ... pun ...
F. Kalimat Langsung dan Tak Lansung
Kalimat langsung adalah : Kalimat hasil kutipan
pembicaaraan seseorang persis seperti apa yang dikatakannya.
Contoh :
Kata Desmon,” Anggel nanti pulangnya saya antar!”
Kata Desmon,” Anggel nanti pulangnya saya antar!”
“Anggel Nanti
pulangkanya kamu saya antar ya?” kata Desmon.
Kata Desmon disebut kalimat pengiring.
Jika pengiring di belakang perhatikan tanda baca sebelum tanda kutib( Jika
kalimat tanya dan perintah sebelum tanda kutib menggunakan tanda ? atau ! jika
kalimat berita menggunakan koma. Selain itu Huruf awal di pengiring huruf kecil
perhatikan contoh
berikut.
1. ” Kapan bukuku kamu kembalikan?“ tanya Samid.
2. ” Belikan saya mobil baru!“ pinta Tria
3. ” Saya akan datang nanti malam,“ kata Hamid.
Perubahan Kalimat Langsung ke Tak Langsung
Dalam perubahan bentuk ini perhatikan perubahan kata gantinya:
Langsung —> Tak Lansung
Saya —-> Dia
Kamu —–> Saya
Kalian —–> Kami
Kami —–> Mereka
Kita —–> Kami
Ada alternatif lain agar tidak menghafal :
Caranya Posisikan diri anda menjadi orang yang diajak bicara setelah itu
informasikan kepada orang ketiga.
Contoh : Kata Dhani,” Coba kamu bantu saya menyelesaikan tugas ini!”
Maka anda menjadi orang yang diajak bicara Rama,
Setelah itu ada orang lain yg bertanya : Rama tadi bicara apa?
jawab: Rama mengatakan supaya saya
membatu dia
menyelesaikan tugas.
Jawaban anda itulah
kalimat tak langsungnya.
Selamat mencoba.
1. Paman mengatakan,” Pulanglah kalian secepatnya karena sebentar lagi
hujan turun.”
2. Kata Ketua Rombongan,” Terimakasih atas sambutan kalian kepada kami pada
acara kunjungan kami,”
G. Kalimat Tak Langsung.
Kalimat menyatakan isi ujaran orang ketiga tanpa mengulang kata-katanya
secaraCara merubah Kalimat tak langsung ke Kalimat langsung.
Contoh : Salsa mengatakan bahwa dia
akan datang kerumahku nanti sore.
Untuk merubahnya maka anda harus :
1. Menerka kira-kira Salsa bicaranya apa saat itu.
2. Ubahlah kembali ke Tak Langsung lagi sebagi cek ulang.
Hasilnya :
Kata Salsa,” Saya nanti sore akan kerumahmu.”
Contoh Kalimat Langsung dan Kalimat Tidak Langsung
Contoh Kalimat Langsung
1.
“Kamu memang anak baik.” Kata ibu kepada Rama
2.
Kata Salsa,” Saya nanti sore akan kerumahmu.”
3.
Ayah menyuruh,”Antarkan surat
ini ke kantor bapak!”
4.
“Ayo,masuk satu-satu!” Gertak polisi kepada ketiga oramg pencopet
itu yang baru saja tertangkap
5.
“Siapa biang keladi bom bali itu?” Tanya wartawan kepada Kadispen
Polri
6.
“Kak,kau dipanggil ibu!” Kata lilis,”Di suruh makan.”
7.
Ibu berkata, “Anis, jangan bermain-main saja, kamu harus
belajar !”
8.
Ibu berkata,”kamu harus rajin belajar!”
9.
“Aku benar-benar mencintaimu.” Kata ibu kepada ayah.
10.
Kata Salsa,” Coba kamu bantu saya menyelesaikan tugas ini!”
11.
Paman berkata,” Pulanglah kalian secepatnya karena sebentar lagi
hujan turun.”
12.
Kata Ketua Rombongan,” Terima kasih atas sambutan kalian kepada
kami pada acara kunjungan kami.”
13.
“Kontak batin antara lbu dan anak,” katanya, “ialah rahmat Tuhan
yang tak ternilai harganya.”
14.
” Kapan bukuku kamu kembalikan?“ Tanya
Ahmad.
15.
” Belikan saya mobil baru!“ Pinta Ernny.
16.
” Saya akan datang nanti malam,“ Kata
Andi.
17.
D.J Schwartz menegaskan,”Yang penting bukan kita maju, tetapi
bagaimana kita harus maju!”
18.
“Anggel Nanti pulangnya saya antar ya?” Kata Desmon.
19.
Ida berkata,”Adikku juara satu!”
20.
Ibu berkata,”Saya akan pergi ke rumah nenek sebentar.”
21.
“Apakah kamu tau gambar ini?” Tanya Pak Jamari.
22.
“Saya belum siap!” kata Mira, “Tunggu sebentar!”
23.
“Di mana Anda tinggal? Tanya Duta.
24.
Ibu berkata, “Engkau tadi dicari Iwan.”
25.
Paman bertanya, “Kapan kamu berangkat ke Solo?”
26.
Nina berkata,”Datanglah ke rumahku!”
27.
Kakek Basir berkata,”Aku ingin menanam lengkeng.”
28.
”Apakah kamu juga masih sakit perut? Tanya Ayah.
29.
Ibu berkata, “Malam ini kamu harus belajar!”
30.
Akbar berkata, “Aku akan berangkat ke Jakarta besok sore.”
Contoh Kalimat Tidak Langsung
1.
Ibu mengatakan kepada aku bahwa aku memang anak baik.
2.
Webby mengatakan bahwa dia akan datang ke rumahku nanti sore.
3.
Ayah menyuruhku mengantarkan surat
ini ke ka kantornya.
4.
Polisi menggertak tiga pencopet yang baru saja tertangkap agar
mereka masuk satu per satu.
5.
Wartawan bertanya kepada kadispen polri tentang siapa-siapa yang
menjadi biang keladi bom bali itu.
6.
Lilis berkata kepada kakaknya bahwa ia dipanggil ibu untuk makan.
7.
Ibu mengatakan bahwa aku jangan bermain-main dan aku harus
belajar.
8.
Ibu berkata bahwa aku harus rajin belajar.
9.
Ibu mengatakan kepada ayah bahwa dia benar-benar mencintainya.
10.
Dhani mengatakan supaya saya membatu dia menyelesaikan
tugas.
11.
Paman mengatakan bahwa kami pulang secepatnya karena sebentar lagi
turun hujan.
12.
Ketua rombongan mengatakan terima kasih atas sambutan kami kepada
mereka pada acara kunjungan mereka.
13.
Dia mengatakan bahwa kontak batin antara ibu dan anak adalah
rahmat Tuhan yang tak ternilai harganya.
14.
Samid menanyakan kapan bukunya saya kembalikan.
15.
Tria meminta dia dibelikan mobil baru.
16.
Hamid mengatakan bahwa dia akan datang nanti malam.
17.
D. J Schwartz menegaskan bahwa, yang penting bukan kenapa kami
tidak maju, tetapi bagaimana kami harus maju.
18.
Desmon menanyakan kepada Angel bahwa nanti pulangnya dia antar.
19.
Ida mengatakan bahwa adiknya juara satu.
20.
Ibu mengatakan bahwa dia akan pergi sebentar ke rumah nenek.
21.
Pak Jamari menanyakan apakah aku tahu gambar ini.
22.
Mira mengatakan bahwa dia belum siap agar tunggu sebentar.
23.
Duta menanyakan di mana aku tinggal.
24.
Ibu mengatakan bahwa aku tadi dicari Iwan.
25.
Paman bertanya kapan saya berangkat ke Solo.
26.
Nina memintaku dating ke rumahnya.
27.
Kakek Basir berkata bahwa ia ingin menanam lengkeng.
28.
Ayah menanyakan apakah aku juga masih sakit perut.
29.
Ibu mengatakan bahwa malam ini saya harus belajar.
30.
Akbar mengatakan bahwa ia akan berangkat ke Jakarta besok sore.
H.
Kalimat Melepas dan Kalimat Klimaks –
Pengertian dan Contohnya
Kalimat melepas dan kalimat klimaks merupakan salah
satu dari jenis jenis kalimat dalam bahasa Indonesia . Meski sering dipasangkan
dalam tulisan dengan topik bahasa Indonesia ,
sejatinya kalimat melepas dan kalimat klimaks memiliki gaya penyajian yang saling berlawanan atau
terbalik satu sama lain. Hal ini sama halnya seperti dua jenis kalimat
berlawanan gaya
penyajian atau pola struktur lainnya yang sering dipasangkan, seperti kalimat
langsung dan kalimat tidak langsung, kalimat nomina dan kalimat verba dan lain
sebagainya.
Dalam artikel kali ini kita akan membahas tentang
apa yang dimaksud dengan kalimat melepas dan kalimat klimaks? Serta bagaimana
contoh kalimat dari kalimat melepas dan kalimat klimaks ini.
Pengertian
Kalimat Melepas dan Kalimat Klimaks
Kalimat melepas dan kalimat klimaks terbagi dalam
satu kategori jenis kalimat yakni pembagian jenis kalimat berdasarkan gaya penyajiannya. Kalimat
melepas adalah jenis kalimat majemuk yang terdiri dari induk kalimat dan anak
kalimat, dimana induk kalimat diletakkan di awal kalimat dan kemudian diikuti
oleh anak kalimat. Anak kalimat ini berfungsi sebagai penjelasan lebih lanjut
dari induk kalimat. Hal inilah yang dimaksud dengan melepas, yakni diawali inti
dari informasi kemudian dilepaskan maknanya atau dijelaskan lebih lanjut
maknanya oleh anak kalimat yang diletakkan setelah induk kalimat tersebut.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, klimaks adalah
puncak dari suatu hal, kejadian, keadaan, dan sebagainya yang berkembang secara
berangsur-angsur; kejadian atau adegan yang paling menarik. Berdasarkan
pengertian dari kata klimaks tersebut, maka pengertian kalimat klimaks adalah
kalimat yang diawali dari sebuah rincian dan kemudian diikuti oleh inti penting
dari informasi. Secara sederhana, kalimat klimaks adalah kalimat majemuk yang
diawali dari anak kalimat yang berfungsi sebagai rincian atau penjelasan dan
kemudian diikuti oleh induk kalimat sebagai inti dari informasi.
Contoh Kalimat Melepas dan Kalimat Klimaks
Dalam penerapan dan penulisannya pada tulisan bahasa
Indonesia ,
kalimat melepas dan kalimat klimaks dapat dipasangkan dan dapat juga dipisah
atau berdiri sendiri. Agar lebih memahami tentang kalimat melepas dan kalimat
klimaks, berikut ini contoh masing-masing dari kalimat melepas dan klimaks.
IContoh
Kalimat Melepas
1. Kita harus segera membereskan rumah yang berantakan ini sebelum
ayah dan ibu pulang kerumah.
2. Aku memilih untuk kuliah sambil bekerja karena tidak ingin
menambah beban kedua orang tuaku di usia senja mereka.
3. Kau harus selalu mendapatkan IPK diatas 3 di tiap semester jika ingin
lulus dengan predikat cumlaude nantinya.
4. Kita harus melaksanakan kewajiban dahulu sebelum meminta hak kita.
5. Kau harus mengerahkan semua kemampuan terbaikmu dulu sebelum
akhirnya menyerah pasrah pada kenyataan yang terjadi.
6. Kami memutuskan untuk mencari pemasok lain karena bahan mentah
dari mereka tidak berkualitas baik.
7. Kita harus memiliki ilmu dan keahlian yang memadai untuk
menghadapi persaingan dunia kerja yang semakin sengit.
8. Aku tidak ingin berteman dengan orang sembarangan karena tidak
ingin terbawa dan terjebak dalam lingkungan pergaulan yang bebas.
9. Sponsors link
Dia tidak hadir hari ini karena
ingin menghindari hukuman atas kesalahan yang ia lakukan di hari sebelumnya.
10. Kesalahpahaman ini harus segera dijernihkan sebelum kedua pihak
semakin tersulut emosi dan masalahnya semakin rumit.
11. Renovasi rumah ini harus selesai dalam kurun waktu satu bulan karena
sang pemilik rumah akan kembali ke kota
ini bulan depan.
12. Kita harus terus berlatih dan terus meningkatkan kemampuan diri agar
dapat memenangkan kejuaraan nasional kali ini.
13. Kau perlu memperhatikan dan memahami cara penggunaan dari alat ini
agar bisa merasakan manfaatnya secara maksimal.
14. Aku dapat menjamin kau akan menerima beasiswa lagi tahun depan
asalkan kau konsisten dengan nilai A yang kau dapatkan.
15. Aku tidak akan kembali padanya karena dia sudah terlalu banyak
menyakiti perasaan orang tuaku.
16. Kita harus menggunakan bahan mentah terbaik untuk mendapatkan produk
jadi berkualitas terbaik.
17. Aku mengetahui berita tentang kepergiannya setelah mendapat telepon
dari salah seorang teman lama kami.
Contoh
Kalimat Klimaks
1. Sebelum ayah dan ibu pulang kerumah, kita harus segera membereskan
rumah yang berantakan ini.
2. Karena tidak ingin menambah beban kedua orang tuaku di usia senja
mereka, aku memilih untuk kuliah sambil bekerja.
3. Jika ingin luus dengan predikat cumlaude nantinya, kau harus
selalu mendapatkan IPK diatas 3 di tiap semester.
4. Sebelum meminta hak kita, kita harus melaksanakan kewajiban dahulu.
5. Sebelum akhirnya kau menyerah pasrah pada kenyataan yang terjadi,
kau harus mengerahkan semua kemamppuan terbaikmu dulu.
6. Karena bahan mentah dari mereka tidak berkualitas baik, kami
memutuskan untuk mencari pemasok lain.
7. Untuk menghadapi persaingan dunia kerja yang semakin sengit kita
harus memiliki ilmu dan keahlian yang memadai.
8. Karena tidak ingin terbawa dan terjebak dalam lingkungan pergaulan
yang bebas, aku tidak ingin berteman dengan orang sembarangan.
9. Karena ingin menghindari hukuman atas kesalahan yang ia lakukan di
hari sebelumnya, dia tidak hadir hari ini.
10. Sebelum kedua pihak semakin tersulut emosi dan masalahnya semakin
rumit, kesalahpahaman ini harus segera dijernihkan.
11. Karena sang pemilik rumah akan kembali ke kota ini bulan depan, renovasi rumah ini
harus selesai dalam kurun waktu satu bulan.
12. Agar dapat memenangkan kejuaraan nasional kali ini, kita harus terus
berlatih dan terus meningkatkan kemampuan diri.
13. Agar bisa merasakan manfaatnya secara maksimal kau perlu
memperhatikan dan memahami cara penggunaan dari alat ini.
14. Asalkan kau konsisten dengan nilai A yang kau dapatkan, aku dapat
menjamin kau akan menerima beasiswa lagi tahun depan.
15. Karena dia sudah terlalu banyak menyakiti perasaan orang tuaku, aku
tidak akan kembali padanya.
16. Untuk mendapatkan produk jadi berkualitas terbaik, kita harus
menggunakan bahan mentah terbaik pula.
17. Setelah mendapat telepon dari salah seorang teman lama kami, barulah
aku mengetahui berita tentang kepergiannya.
I. Kalimat Normatif dan Kalimat Inversi
Definisi kalimat Normatif ? Apa definisi kalimat Inversi ?
dan apa perbedaan diantara keduanya? dalam artikel kita kali ini kita akan
membahas tentang kalimat normatif dan kalimat inversi, disertai dengan contoh
contohnya.
Urutan fungsi dalam kalimat bahasa Indonesia boleh dikatakan
mengikuti pola Subjek–Predikat–Objek (jika ada)–dan Pelengkap (jika ada).
Kalimat-kalimat yang berpola seperti tersebut merupakan kalimat yang sering
disebut kalimat normatif. ( definisi kalimat normatif )
Akan tetapi, ada satu pola kalimat dalam bahasa Indonesia
yang predikatnya selalu mendahului subjek (P–S). Kalimat yang menggunakan pola
kalimat seperti itu disebut kalimat inversi. Pada umumnya kalimat inversi
mensyaratkan subjek yang tidak
tertentu atau tidak definit. ( definisi kalimat inversi )
Coba, bandingkan pola kedua kalimat berikut ini!
1. Pak Kartono menanam bibit durian.
2. Ada
seseorang yang mencari Anda.
Pada kalimat 1 dapat disimpulkan bahwa pola kalimat 1 adalah
S–P–O, sedangkan pola kalimat 2 adalah P–S.
Verba ada dalam kalimat inversi dapat digantikan dengan
verba terdapat dengan makna yang boleh dikatakan sama. Coba, bandingkan kalimat
1 dan 2 pada contoh berikut.
1. Ada
perbedaan kenyamanan antara menonton film di ruangan ber- AC dan ruangan tidak
ber-AC.
2. Terdapat perbedaan kenyamanan antara menonton
film di ruangan ber-AC dan ruangan tidak ber-AC.
Demikian artikel "Kalimat Normatif dan Kalimat
Inversi" ini saya susun teman teman. semoga apa yang telah kita pelajari
beberapa saat yang lalu dapat bermanfaat untuk kita semua.
Artikel ini saya ambil dari Buku Bahasa Indonesia ( BSE )
" Terampil Berbahasa Indonesia 2 " karangan Gunawan Budi Santoso,
Wendi Widya R.D, Uti Darmawati.
J. Kalimat Perintah
A. Pengertian
dan Ciri Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang
berisi perintah kepada orang lain untuk melakukan sesuatu atau kalimat yang
dipakai untuk mendapatkan tanggapan sesuai dengan kehendak penuturnya.
Ciri-ciri
kalimat perintah adalah seperti berikut.
1. Menggunakan partikel –lah.
Contoh:
1. Pergilah dari sini!
2. Cepatlah kamu mandi!
3. Bantulah adikmu!
2. Berpola kalimat inversi (PS).
Contoh:
1. Pergilah
dari sini!
2. Ayo masuk!
3. Pulanglah!
3. Kalimat perintah jika dilisankan berintonasi
menaik di awal dan berintonasi rendah di akhir.
Contoh:
1. Bawa
barang-barang itu kemari!
2. Selesaikan
tugasmu!
4. Menggunakan tanda seru (!) bila digunakan
dalam bahasa tulis.
Contoh:
1. Pergilah dari sini!
2. Ayo masuk!
3. Pulanglah!
B. Jenis-Jenis
Kalimat Perintah
1. Kalimat Perintah Biasa
Contoh.
1. Masukkan
barang-barang ini ke dalam bagasi mobil!
2. Antarkan surat ini kepada Pak RT
sekarang juga!
2. Kalimat Perintah Ajakan
Contoh:
1. Marilah kita
gunakan tekstil buatan dalam negeri demi menyukseskan program pemerintah.
2. Ayolah
bersenam pagi setiap hari agar badan kita menjadi sehat.
3. Kalimat Perintah Larangan
Contoh:
1. Jangan
membuang sampah di sini.
2. Jangan
dekati tempat itu.
4. Kalimat Perintah Permintaan/Larangan
Contoh:
1. Saya
berharap Anda hadir di acara itu.
2. Saya minta
kerjakan tugasmu tepat waktu.
5. Kalimat Perintah Permohonan
Contoh:
1. Saya mohon
kamu bisa datang di acara pesta ulang tahunku.
2. Kami mohon
kepada-Mu, ya Tuhan, tunjukkanlah jalan yang lurus yang Engkau ridhoi.
6. Kalimat Perintah Pembiaran
Contoh:
1. Biarlah aku
yang membawa barang itu.
2. Biarkan dia
pergi sendiri.
7. Kalimat Perintah Sindiran
Contoh:
1. Maju kalau
kamu berani.
2. Ambil saja
kado yang kauberikan kalau kau tidak malu terhadapnya.
8. Kalimat Perintah yang Menuntut Proses atau
Langkah Kerja
Contoh:
1. Urutlah dari
nomor kecil hingga nomor yang besar.
2. Susunlah
sehingga membentuk lingkaran penuh.
9. Kalimat Perintah yang Berbentuk Kalimat
Berita
Contoh:
1. Hendaknya
Anda bersedia menjadi pengurus kegiatan itu.
2. Terima kasih
Anda tidak menolak untuk menjadi pembawa acara pada malam reuni nanti.
Kalimat perintah beragam jenisnya mulai dari yang kasar sampai yang
halus. Bahkan karena halusnya sering orang tidak menyadari bahwa hal tersebut
berupa perintah. Kalimat perintah dapat diperhalus dengan menggunakan
unsur-unsur berikut.
1. Menggunakan kata-kata
seperti mohon, tolong, sudilah, harap, silakan,hendaknya, sebaiknya.
Contoh:
1. Mohon kembalikan buku itu di
meja saya.
2. Silakan masuk.
3. Tolong buatkan kopi untuk
Ayah.
4. Hendaknya kamu pulang
sekarang.
5. Harap datang tepat waktu
6. Sebaiknya cepat bawa adikmu
ke rumah sakit.
7. Sudilah Anda membantu saya
menyelesaikan tugas ini.
2. Menggunakan partikel –lah.
Contoh:
Berangkatlah
lebih halus daripada berangkat.
3. Pengubahan ke struktur tanya.
Contoh:
− Apakah tidak
ada petugas piket yang menghapus papan tulis?
4. Pengubahan ke struktur berita.
Contoh:
− Panitia
sangat gembira jika Bapak/Ibu berkenan hadir pada acara perpisahan.
RANGKUMAN
A. Pengertian dan Ciri Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang berisi perintah kepada
orang lain untuk melakukan sesuatu atau kalimat yang dipakai untuk mendapatkan
tanggapan sesuai dengan kehendak penuturnya.
Ciri-ciri
kalimat perintah:
(1) Menggunakan
partikel –lah
(2) Berpola
kalimat inversi (PS)
(3) Menggunakan
tanda seru (!) bila digunakan dalam bahasa tulis
(4) Kalimat
perintah jika dilisankan berintonasi menaik di awal dan berintonasi rendah di
akhir
B. Jenis-Jenis Kalimat Perintah
(1) Kalimat perintah biasa
(2) Kalimat perintah ajakan
(3) Kalimat perintah larangan
(4) Kalimat perintah permintaan
(5) Kalimat perintah permohonan
(6) Kalimat perintah pembiaran
(7) Kalimat perintah sindiran
(8) Kalimat perintah yang menuntut proses atau
langkah kerja
(9) Kalimat perintah yang berbentuk kalimat
berita
Kalimat perintah dapat diperhalus dengan
menggunakan unsur-unsur berikut.
(1) Menggunakan kata-kata seperti mohon, tolong, sudilah, harap,
silakan, hendaknya, sebaiknya.
(2) Menggunakan partikel –lah.
(3) Pengubahan ke struktur
tanya.
(4) Pengubahan ke struktur
berita.
C. Berbagai Respons Terhadap
Perintah
Langkah yang perlu kita tempuh dalam menanggapi perintah:
(1) Membaca kembali isi perintah
secara hati-hati, teliti, dan saksama.
(2) Merumuskan/menuliskan
kembali isi perintah.
(3) Isi perintah ditulis dalam
bentuk kerangka/bagan sehingga mudah dipahami.
(4) Membuat perencanaan dalam
bentuk kerangka/tabel/bagan segala kegiatan yang akan di lakukan dalam rangka
memenuhi perintah.
(5) Meminta konfirmasi kepada
pemberi perintah akan ketepatan rencana kegiatan yang telah disusun.
Sumber: google.