Jenis-jenis
Penelitian Ilmiah
Penelitian dapat digolongkan / dibagi ke
dalam beberapa jenis berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, antara lain
berdasarkan: (1) Tujuan; (2) Pendekatan; (3) Tempat; (4) Pemakaian atau hasil /
alasan yang diperoleh; (5) Bidang ilmu yang diteliti; (6) Taraf Penelitian; (7)
Teknik yang digunakan; (8) Keilmiahan; (9) Spesialisasi bidang (ilmu) garapan.
Berikut ini masing-masing pembagiannya.
Berdasarkan
hasil/alasan yang diperoleh:
1.
Basic Research (Penelitian Dasar),
Mempunyai alasan intelektual, dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan;
2.
Applied Reseach (Penelitian Terapan),
Mempunyai alasan praktis, keinginan untuk mengetahui; bertujuan agar dapat
melakukan sesuatu yang lebih baik, efektif, efisien.
Berdasarkan
Bidang yang diteliti:
1.
Penelitian Sosial, secara khusus meneliti
bidang sosial: ekonomi, pendidikan, hukum, dsb.
2.
Penelitian Eksakta, secara khusus meneliti
bidang eksakta: Kimia, Fisika, Teknik, dsb.
Berdasarkan
Tempat Penelitian :
1.
Field Research (Penelitian
Lapangan), langsung di lapangan;
2.
Library Research (Penelitian
Kepustakaan), dilaksanakan dengan menggunakan literatur (kepustakaan) dari
penelitian sebelumnya;
3.
Laboratory Research (Penelitian
Laboratorium), dilaksanakan pada tempat tertentu / lab, biasanya bersifat eksperimen
atau percobaan;
Berdasarkan
Teknik yang digunakan :
1.
Survey Research (Penelitian Survei),
tidak melakukan perubahan (tidak ada perlakuan khusus) terhadap variabel yang
diteliti.
2.
Experimen Research (Penelitian
Percobaan), dilakukan perubahan (ada perlakuan khusus) terhadap variabel yang
diteliti.
Berdasarkan
Keilmiahan :
1. Penelitian Ilmiah
Menggunakan
kaidah-kaidah ilmiah (Mengemukakan pokok-pokok pikiran, menyimpulkan dengan
melalui prosedur yang sistematis dengan menggunakan pembuktian
ilmiah/meyakinkan. Ada dua kriteria dalam menentukan kadar/tinggi-rendahnya
mutu ilmiah suatu penelitian yaitu:
1.
Kemampuan memberikan pengertian yang jelas
tentang masalah yang diteliti:
2.
Kemampuan untuk meramalkan: sampai dimana
kesimpulan yang sama dapat dicapai apabila data yang sama ditemukan di
tempat/waktu lain;
Ciri-ciri penelitian ilmiah adalah:
1.
Purposiveness, fokus tujuan yang
jelas;
2.
Rigor, teliti, memiliki
dasar teori dan disain metodologi yang baik;
3.
Testibility, prosedur pengujian
hipotesis jelas
4.
Replicability, Pengujian dapat
diulang untuk kasus yang sama atau yang sejenis;
5.
Objectivity, Berdasarkan fakta
dari data aktual : tidak subjektif dan emosional;
6.
Generalizability, Semakin luas ruang
lingkup penggunaan hasilnya semakin berguna;
7.
Precision, Mendekati realitas
dan confidence peluang
kejadian dari estimasi dapat dilihat;
8.
Parsimony, Kesederhanaan dalam
pemaparan masalah dan metode penelitiannya.
Penelitian
non ilmiah (Tidak menggunakan metode atau kaidah-kaidah ilmiah)
·
Berdasarkan Spesialisasi Bidang (ilmu)
garapannya : Bisnis (Akunting, Keuangan, Manajemen, Pemasaran), Komunikasi
(Massa, Bisnis, Kehumasan/PR, Periklanan), Hukum (Perdata, Pidana, Tatanegara,
Internasional), Pertanian (agribisnis, Agronomi, Budi Daya Tanaman, Hama Tanaman),
Teknik, Ekonomi (Mikro, Makro, Pembangunan), dll.
·
Berdasarkan dari hadirnya variabel (ubahan) :
variabel adalah hal yang menjadi objek penelitian, yang ditatap, yang
menunjukkan variasi baik kuantitatif maupun kualitatif. Variabel : masa lalu,
sekarang, akan datang. Penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan /
menggambarkan variabel masa lalu dan sekarang (sedang terjadi) adalah
penelitian deskriptif ( to describe = membeberkan/menggambarkan).
Penelitian dilakukan terhadap variabel masa yang akan datang adalah penelitian
eksperimen.
PENELITIAN SECARA UMUM :
o Penelitian Survei:
·
Untuk memperoleh fakta dari gejala yang ada;
·
Mencari keterangan secara faktual dari suatu
kelompok, daerah dsb.
·
Melakukan evaluasi serta perbandingan
terhadap hal yang telah dilakukan orang lain dalam menangani hal yang serupa;
·
Dilakukan terhadap sejumlah individu / unit
baik secara sensus maupun secara sampel;
·
Hasilnya untuk pembuatan rencana dan
pengambilan keputusan;
·
Penelitian ini dapat berupa :
1.
Penelitian Exploratif (Penjajagan). Terbuka,
mencari-cari, pengetahuan peneliti tentang masalah yang diteliti masih
terbatas. Pertanyaan dalam studi penjajagan ini misalnya : Apakah yang paling
mencemaskan anda dalam hal infrastruktur di daerah Kalbar dalam lima tahun
terakhir ini? Menurut anda, bagaimana cara perawatan infrastruktur jalan dan
jembatan yang baik.
2.
Penelitian Deskriptif. Mempelajari masalah
dalam masyarakat, tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta
situasi-situasi, sikap, pandangan, proses yang sedang berlangsung, pengaruh
dari suatu fenomena; pengukuran yang cermat tentang fenomena dalam masyarakat.
Peneliti mengembangkan konsep, menghimpun fakta, tapi tidak menguji hipotesis.
3.
Penelitian Evaluasi. Mencari jawaban tentang
pencapaian tujuan yang digariskan sebelumnya. Evaluasi di sini mencakup
formatif (melihat dan meneliti pelaksanaan program), Sumatif (dilaksanakan pada
akhir program untuk mengukur pencapaian tujuan).
4.
Penelitian Eksplanasi (Penjelasan).
Menggunakan data yang sama, menjelaskan hubungan kausal antara variabel melalui
pengujian hipotesis.
5.
Penelitian Prediksi. Meramalkan fenomena atau
keadaan tertentu;
6.
Penelitian Pengembangan Sosial. Dikembangkan
berdasarkan survei yang dilakukan secara berkala: Misal: Jumlah dan Persentase
Penduduk Miskin di Kalbar, 1998-2003;
o Grounded Research
Mendasarkan
diri pada fakta dan menggunakan analisis perbandingan; bertujuan
mengadakan generalisasi empiris, menetapkan konsep, membuktikan teori,
mengembangkan teori; pengumpulan dan analisis data dalam waktu yang bersamaan.
Dalam riset ini data merupakan sumber teori, teori berdasarkan data.
Ciri-cirinya : Data merupakan sumber teori dan sumber hipotesis, Teori
menerangkan data setelah data diurai.
TUJUAN
PENELITIAN :
Secara
umum ada empat tujuan utama :
1.
Tujuan Exploratif (Penemuan) : menemukan sesuatu
yang baru dalam bidang tertentu
2.
Tujuan Verifikatif (Pengujian): menguji kebenaran
sesuatu dalam bidang yang telah ada
3.
Tujuan Developmental (Pengembangan) : mengembangkan
sesuatu dalam bidang yang telah ada
4.
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis,
Disertasi)
PERANAN
PENELITIAN
1.
Pemecahan Masalah, meningkatkan kemampuan
untuk menginterpretasikan fenomena-fenomena dari suatu masalah yang kompleks
dan kait-mengkait;
2.
Memberikan jawaban atas pertanyaan dalam
bidang yang diajukan, meningkatkan kemampuan untuk menjelaskan atau
menggambarkan fenomena-fenomena dari masalah tersebut;
3.
Mendapatkan pengetahuan / ilmu baru :
PERSYARATAN
PENELITIAN :
1.
Mengikuti konsep ilmiah
2.
Sistematis/Pola tertentu
3.
Terencana
Penelitian
dikatakan baik bila :
1.
Purposiveness, Tujuan yang jelas;
2.
Exactitude, Dilakukan dengan
hati-hati, cermat, teliti;
3.
Testability, Dapat diuji atau
dikaji;
4.
Replicability, Dapat diulang oleh
peneliti lain;
5.
Precision and Confidence, Memiliki
ketepatan dan keyakinan jika dihubungkan dengan populasi atau sampel;
6.
Objectivity, Bersifat objektif;
7.
Generalization, Berlaku umum;
8.
Parismony, Hemat, tidak
berlebihan;
9.
Consistency, data/ungkapan yang
digunakan harus selalu sama bagi kata/ungkapan yang memiliki arti sama;
10.
Coherency, Terdapat hubungan
yang saling menjalin antara satu bagian dengan bagian lainnya.
PROSEDUR /
LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN :
Garis
besar :
1.
Pembuatan rancangan;
2.
Pelaksanaan penelitian;
3.
Pembuatan laporan penelitian
Bagan arus
kegiatan penelitian
1.
Memilih Masalah; memerlukan kepekaan
2.
Studi Pendahuluan; studi eksploratoris,
mencari informasi;
3.
Merumuskan Masalah;
jelas, dari mana harus mulai, ke mana harus pergi dan dengan apa
4.
Merumuskan anggapan dasar; sebagai tempat
berpijak, (hipotesis);
5.
Memilih pendekatan; metode atau
cara penelitian, jenis / tipe penelitian : sangat menentukan variabel apa,
objeknya apa, subjeknya apa, sumber datanya di mana;
6.
Menentukan variabel dan Sumber data; Apa yang akan
diteliti? Data diperoleh dari mana?
7.
Menentukan dan menyusun instrumen; apa jenis data, dari
mana diperoleh? Observasi, interview, kuesioner?
8.
Mengumpulkan data; dari mana, dengan
cara apa?
9.
Analisis data; memerlukan ketekunan
dan pengertian terhadap data. Apa jenis data akan menentukan teknis analisisnya
10.
Menarik kesimpulan; memerlukan
kejujuran, apakah hipotesis terbukti?
11.
Menyusun laporan; memerlukan penguasaan
bahasa yang baik dan benar.
Sumber:
(abdulhamid.files.wordpress.com)
Proposal
Penelitian Kajian Pustaka
Telaah
yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarnya bertumpu
pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan.
Telaah pustaka semacam ini biasanya dilakukan dengan cara mengumpulkan data
atau informasi dari berbagai sumber pustaka yang kemudian disajikan dengan cara
baru dan atau untuk keperluan baru.
Dalam hal
ini bahan-bahan pustaka itu diperlukan sebagai sumber ide untuk menggali
pemikiran atau gagasan baru, sebagai bahan dasar untuk melakukan deduksi dari
pengetahuan yang sudah ada, sehingga kerangka teori baru dapat dikembangkan,
atau sebagai dasar pemecahan masalah.
Format
Proposal Kajian Pustaka
1.
Latar Belakang Masalah
Bagian ini
berisi uraian atau gambaran umum yang dapat diperoleh dari koran, majalah,
buku, jurnal, laporan penelitian, seminar, atau keadaan lapangan mengenai
hal-hal yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.
Gambaran
umum ini dapat bersifat mendukung atau menunjang pendapat peneliti atau pun
bersifat tidak mendukung atau menolak harapan peneliti. Selain itu juga
dipaparkan uraian pemantapan terhadap pemahaman masalah, misalnya mengapa
masalah yang dikemukakan dipandang menarik, penting, dan perlu ditelaah.
2.
Rumusan Masalah
Bagian ini
merupakan pengembangan dari uraian latar belakang masalah yang menunjukkan
bahwa masalah yang akan ditelaah memang belum terjawab atau belum dipecahkan
secara memuaskan. Uraian tersebut didukung berbagai publikasi yang berhubungan
dengan masalah yang dikaji, yang mencakup aspek yang dikaji, konsep-konsep yang
berkaitan dengan hal yang akan ditulis, dan teori yang melandasi kajian.
Pembahasan ini hanya berisi uraian yang memang relevan dengan masalah yang akan
dikaji serta disajikan secara sistematis dan terpadu.
Selanjutnya
dituliskan pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab melalui telaah pustaka
(dalam bentuk kalimat tanya), yang memuat variabel/hubungan antarvariabel yang
akan dikaji. Kata tanya yang digunakan berupa apa, mengapa, bagaimana, sejauh
mana, kapan, siapa, dan sebagainya bergantung pada ruang lingkup masalah yang
akan dibahas.
3.
Tujuan Penelitian
Bagian ini
memberikan gambaran yang khusus atau spesifik mengenai arah dari kegiatan
kajian kepustakaan yang dilakukan, berupa keinginan realistis peneliti tentang
hasil yang akan diperoleh. Tujuan kajian harus mempunyai kaitan atau hubungan
yang relevan dengan masalah yang akan diteliti. Sebagai contoh adalah mengkaji
kehidupan orang-orang yang terkenal dalam suatu bidang studi untuk mengetahui
pengalaman-pengalaman mereka, bagaimana usaha mereka untuk meneliti dan
menemukan apa yang sekarang dianggap sebagai hal yang biasa saja.
Bagian ini
memberikan gambaran yang khusus atau spesifik mengenai arah dari kegiatan
kajian kepustakaan yang dilakukan, berupa keinginan realistis peneliti tentang
hasil yang akan diperoleh. Tujuan kajian harus mempunyai kaitan atau hubungan
yang relevan dengan masalah yang akan diteliti. Sebagai contoh adalah mengkaji
kehidupan orang-orang yang terkenal dalam suatu bidang studi untuk mengetahui
pengalaman-pengalaman mereka, bagaimana usaha mereka untuk meneliti dan
menemukan apa yang sekarang dianggap sebagai hal yang biasa saja.
Metode
kajian menjelaskan semua langkah yang dikerjakan penulis sejak awal hingga
akhir. Pada bagian ini dapat dimuat hal-hal yang berkaitan dengan anggapan-anggapan
dasar atau fakta-fakta yang dipandang benar tanpa adanya verifikasi dan
keterbatasan, yaitu aspek-aspek tertentu yang dijadikan kerangka berpikir.
Selanjutnya dilakukan analisis masalah dan variabel yang terdapat dalam judul
kajian. Analisis masalah menghasilkan variabel dan hubungan antarvariabel.
Selanjutnya dilakukan analisis variabel dengan mengajukan pertanyaan mengenai
masing-masing variabel dan pertanyaan yang berkaitan dengan hubungan
antarvariabel. Analisis ini diperlukan untuk menyusun alur berpikir dalam
memecahkan masalah.
Perlu
ditekankan bahwa tulisan tentang metode kajian hendaknya didasarkan atas kajian
teori dan khasanah ilmu, yaitu paradigma, teori, konsep, prinsip,hukum,
postulat, dan asumsi keilmuan yang relevan dengan masalah yang dibahas.
Bagian ini
memberikan penjelasan mengenai istilah-istilah yang digunakan agar terdapat
kesamaan penafsiran dan terhindar dari kekaburan. Bagian ini juga memberikan
keterangan rinci pada bagian-bagian yang memerlukan uraian, misalnya alat
peraga, sekolah, alat ukur, lokasi atau tempat, nilai, sikap, penghasilan,
keadaan atau kondisi, keadaan sosial ekonomi, status, dan sebagainya.
Bahan
pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah disebutkan dalam teks.
Artinya, bahan pustaka yang hanya digunakan sebagai bahan bacaan tetapi tidak
dirujuk dalam teks tidak dimasukkan dalam daftar rujukan. Sebaliknya, semua
bahan pustaka yang disebutkan dalam skripsi, tesis, dan disertasi harus dicantumkan
dalam daftar rujukan. Tatacara penulisan daftar rujukan.
Unsur yang
ditulis secara berurutan meliputi:
1. nama
penulis ditulis dengan urutan: nama akhir, nama awal, nama tengah, tanpa gelar
akademik,
2. tahun
penerbitan
3. judul, termasuk subjudul
4. kota tempat penerbitan, dan
5. nama
penerbit.
Proposal Penelitian Pengembangan
Kegiatan yang menghasilkan rancangan
atau produk yang dapat dipakai untuk memecahkan masalah-masalah aktual. Dalam
hal ini, kegiatan pengembangan ditekankan pada pemanfaatan teori-teori,
konsep-konsep, prinsip-prinsip, atau temuan-temuan penelitian untuk memecahkan
masalah.
Skripsi,
tesis, dan disertasi yang ditulis berdasarkan hasil kerja pengembangan menuntut
format dan sistematika yang berbeda dengan skripsi, tesis, dan disertasi yang
ditulis berdasarkan hasil penelitian, karena karakteristik kegiatan
pengembangan dan kegiatan penelitian tersebut berbeda.
Kegiatan penelitian pada dasarnya
berupaya mencari jawaban terhadap suatu permasalahan, sedangkan kegiatan
pengembangan berupaya menerapkan temuan atau teori untuk memecahkan suatu
permasalahan
Format
Proposal Penelitian Pengembangan
1.
Latar Belakang Masalah
Latar
belakang masalah mengungkapkan konteks pengembangan projek dalam masalah yang
hendak dipecahkan. Oleh karena itu, uraian perlu diawali dengan identifikasi
kesenjangan-kesenjangan yang ada antara kondisi nyata dengan kondisi ideal,
serta dampak yang ditimbulkanoleh kesenjangan-kesenjangan itu. Berbagai
alternatif untuk mengatasi kesenjangan itu perlu dipaparkan secara singkat
disertai dengan identifikasi faktor penghambat dan pendukungnya. Alternatif
yang ditawarkan sebagai pemecah masalah beserta rasionalnya dikemukakan pada
bagian akhir dari paparan latar belakang masalah.
2.
Rumusan Masalah
Sebagai
penegasan dari apa yang telah dibahas dalam latar belakang masalah, pada bagian
ini perlu dikemukakan rumusan spesifik dari masalah yang hendak dipecahkan.
Rumusan masalah pengembangan projek hendaknya dikemukakan secara singkat,
padat, jelas, dan diungkapkan dengan kalimat pernyataan, bukan dalam bentuk
kalimat pertanyaan seperti dalam rumusan masalah penelitian. Rumusan masalah
hendaknya disertai dengan alternatif pemecahan yang ditawarkan serta rasional
mengapa alternatif itu yang dipilih sebagai cara pemecahan yang paling tepat
terhadap masalah yang ada.
Tujuan
pengembangan dirumuskan bertolak dari masalah yang ingin dipecahkan dengan
menggunakan alternatif yang telah dipilih. Arahkan rumusan tujuan pengembangan
ke pencapaian kondisi ideal seperti yang telah diuraikan dalam latar belakang
masalah.
Bagian ini
dimaksudkan untuk memberikan gambaran lengkap tentang karakteristik produk yang
diharapkan dari kegiatan pengembangan. Karakteristik produk mencakup semua
identitas penting yang dapat digunakan untuk membedakan satu produk dengan
produk lain-nya.
Produk
yang dimaksud dapat berupa kurikulum, modul, paket pembelajaran, buku teks,
alat evaluasi, model, atau produk lain yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah-masalah pelatihan, pembelajaran, atau pendidikan. Setiap produk
memiliki spesifikasi yang berbeda dengan produk lainnya, misalnya kurikulum
bahasa Inggris memiliki spesifikasi yang berbeda jika dibandingkan dengan
kurikulum bidang studi lainnya, meskipun di dalamnya dapat ditemukan komponen
yang sama.
Bagian ini
sering dikacaukan dengan tujuan pengembangan. Tujuan pengembangan mengungkapkan
upaya pencapaian kondisi yang ideal, sedangkan pentingnya pengembangan
mengungkapkan argumentasi mengapa perlu ada pengubahan kondisi nyata ke kondisi
ideal. Dengan kata lain, pentingnya pengembangan mengungkapkan mengapa masalah
yang ada perlu dan mendesak untuk dipecahkan.
Dalam
bagian ini diharapkan juga terungkap kaitan antara urgensi pemecahan masalah
dengan konteks permasalahan yang lebih luas. Pengkaitan ini dimaksudkan untuk
menjelaskan bahwa pemecahan suatu masalah yang konteksnya mikro benar-benar
dapat memberi sumbangan bagi pemecahan masalah lain yang konteksnya lebih luas.
Asumsi
dalam pengembangan merupakan landasan pijak untuk menentukan karakteristik
produk yang dihasilkan dan pembenaran pemilihan model serta prosedur
pengembangannya. Asumsi hendaknya diangkat dari teori-teori yang teruji sahih,
pandangan ahli, atau data empiris yang relevan dengan masalah yang hendak
dipecahkan dengan menggunakan produk yang akan dikembangkan.
Keterbatasan
pegembangan mengungkapkan keterbatasan dari produk yang dihasilkan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi, khususnya untuk konteks masalah yang lebih
luas. Paparan ini dimaksudkan agar produk yang dihasilkan dari kegiatan
pengembangan ini disikapi hati-hati oleh pengguna sesuai dengan asumsi yang menjadi
pijakannya dan kondisi pendukung yang perlu tersedia dalam memanfaatkannya.
Pada
bagian ini dikemukakan definisi istilah-istilah yang khas digunakan dalam
pengembangan produk yang diinginkan, baik dari sisi model dan prosedur yang
digunakan dalam pengembangan ataupun dari sisi produk yang dihasilkan.
Istilah-istilah yang perlu diberi batasan hanya yang memiliki peluang
ditafsirkan berbeda oleh pembaca atau pemakai produk. Batasan istilah-istilah
tersebut harus dirumuskan seoperasional mungkin. Makin operasional rumusan
batasan istilah makin kecil peluang istilah itu ditafsirkan berbeda oleh
pembaca atau pemakai.
Paparan
pada bagian ini dimaksudkan untuk menunjukkan cara pengorganisasian keseluruhan
skripsi, tesis, dan disertasi, baik untuk Bagian I, yang memuat kajian
analitis, atau-pun Bagian II, yang memuat produk yang dihasilkan dari kegiatan
pengembangan.
Bab ini
dimaksudkan untuk mengungkapkan kerangka acuan komperhensif mengenai konsep,
prinsip, atau teori yang digunakan sebagai landasan dalam memecahkan masalah
yang dihadapi atau dalam mengembangkan produk yang diharapkan. Kerangka acuan
disusun berdasarkan kajian berbagai aspek teoretik dan empiris yang terkait
dengan permasalahan dan upaya yang akan ditempuh untuk memecahkannya.
Uraian-uraian dalam bab ini diharapkan menjadi landasan teoretik mengapa
masalah itu perlu dipecahkan dan mengapa cara pengembangan produk tersebut
dipilih
Kajian
teoretik mengenai model dan prosedur yang akan digunakan dalam pengembangan
juga perlu dikemukakan dalam bagian ini, terutama dalam rangka memberikan
pembenaran terhadap produk yang akan dikembangkan.
Di samping
itu, bagian ini juga dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang kaitan upaya
pengembangan dengan upaya-upaya lain yang mungkin sudah pernah ditempuh oleh
ahli lain untuk mendekati permasalahan yang sama atau relatif sama. Dengan
demikian, upaya pengembangan yang akan dilakukan memiliki landasan empiris yang
mantap.
Metode
Pengembangan hendaknya memuat butir-butir (1) model pengembangan, (2) prosedur
pengembangan, dan (3) uji coba produk. Dalam butir uji coba produk perlu
diungkapkan (a) desain uji coba, (b) subjek uji coba, (c) jenis data, (d)
instrumen pengumpulan data, dan (e) teknik analisis data.
a.
Model Pengembangan
Model
pengembangan dapat berupa model prosedural, model konseptual, dan model
teoretik. Model prosedural adalah model yang bersifat deskriptif, yaitu
menggariskan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk.
Model konseptual adalah model yang bersifat analitis yang memerikan
komponen-komponen produk yang akan dikembangkan serta keterkaitan antarkomponen
(misalnya model pengembangan rancangan pengajaran Dick dan Carey, 1985). Model
teoretik adalah model yang menunjukkan hubungan perubahan antar peristiwa.
Dalam
bagian ini perlu dikemukakan secara singkat struktur model yang digunakan
sebagai dasar pengembangan produk. Apabila model yang digunakan merupakan
adaptasi dari model yang sudah ada, maka pemilihannya perlu disertai dengan
alasan, komponen-komponen yang disesuaikan, serta kekuatan dan kelemahan model
itu.
Apabila
model yang digunakan dikembangkan sendiri, maka informasi yang lengkap mengenai
setiap komponen dan kaitan antarkomponen dari model itu perlu dipaparkan. Perlu
diperhatikan bahwa uraian model diupayakan seoperasional mungkin sebagai acuan
dalam pengembangan produk.
b. Prosedur Pengembangan
Bagian ini
memaparkan langkah-langkah prosedural yang ditempuh oleh pengembangan dalam
membuat produk. Prosedur pengembangan berbeda dengan model pengembangan.
Apabila model pengembangannya adalah prosedural, maka prosedur pengembangannya
tinggal mengikuti langkah-langkah seperti yang terlihat dalam modelnya. Model
pengembangan juga bisa berupa konseptual atau teoretik. Kedua model ini tidak
secara langsung memberi petunjuk tentang bagaimana langkah prosedural yang
dilalui sampai ke produk yang dispesifikasi. Oleh karena itu, perlu dikemukakan
lagi langkah proseduralnya.
c. Uji coba produk
Uji coba
produk dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang dapat digunakan sebagai dasar
untuk menetapkan tingkat keefektifan, efisiensi, dan/atau daya tarik dari
produk yang dihasilkan.
Dalam
bagian ini secara berurutan perlu dikemukakan desain uji coba, subyek uji coba,
jenis data, instrumen pengumpulan data, dan teknik analisis data.
1)
Desain Uji Coba
Secara
lengkap, uji coba produk pengembangan biasanya dilakukan melalui tiga tahapan,
yaitu uji perseorangan, uji kelompok kecil, dan uji lapangan. Dalam kegiatan
pengembangan, pengembang mungkin hanya melewati dan berhenti pada tahap uji
perseorangan, atau dilanjutkan dan berhenti sampai tahap uji kelompok kecil,
atau sampai uji lapangan. Hal ini sangat tergantung pada urgensi dan data yang
dibutuhkan melalui uji coba itu.
Desain uji
coba produk bisa menggunakan desain yang biasa dipakai dalam penelitian
kuantitatif, yaitu desain deskriptif atau eksperimental. Yang perlu
diperhatikan adalah ketepatan memilih desain untuk tahapan tertentu (perseorangan,
kelompok kecil, atau lapangan) agar data yang dibutuhkan untuk memperbaiki
produk dapat diperoleh secara lengkap.
2)
Subjek Uji Coba
Karakteristik
subjek uji coba perlu diidentifikasi secara jelas dan lengkap, termasuk cara
pemilihan subjek uji coba itu. Subjek uji coba produk bisa terdiri dari ahli di
bidang isi produk , ahli di bidang perancangan produk, dan/atau sasaran pemakai
produk. Subjek uji coba yang ahli di bidang isi produk dapat memiliki
kualifikasi keahlian tingkat S1 (untuk skripsi), S2 (untuk tesis), dan S3
(untuk disertasi). Yang penting setiap subjek uji coba yang dilibatkan harus
disertai identifikasi karekteristiknya secara jelas dan lengkap, tetapi
terbatas dalam kaitannya dengan produk yang dikembangkan.
Teknik
pemilihan subjek uji coba juga perlu dikemukakan agak rinci, apakah menggunakan
teknik rambang, rumpun, atau teknik lainnya yang sesuai.
3)
Jenis Data
Uji coba
produk dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang dapat digunakan sebagai dasar
untuk menetapkan tingkat keefektifan, efisiensi, dan/atau daya tarik dari
produk yang dihasilkan. Dalam konteks ini sering pengembang tidak bermaksud
mengumpulkan data secara lengkap yang mencakup ketiganya. Bisa saja, sesuai
dengan kebutuhan pengembangan, pengembang hanya melakukan uji coba untuk
melihat daya tarik dari suatu produk, atau hanya untuk melihat tingkat
efisiensinya, atau keduanya. Keputusan ini tergantung pada pemecahan masalah
yang telah ditetapkan di Bab I: apakah pada keefektifan, efisiensi, daya tarik,
atau ketiganya.
Penekanan
pada efisiensi suatu pemecahan masalah akan membutuhkan data tentang efisiensi
produk yang dikembangkan. Begitu pula halnya dengan penekanan pada keefektifan
atau daya tarik. Atas dasar ini, maka jenis data yang perlu dikumpulkan harus disesuaikan
dengan informasi apa yang dibutuhkan tentang produk yang dikembangkan itu.
Paparan
mengenai jenis data yang dikumpulkan hendaknya dikaitkan dengan desain dan
pemilihan subjek uji coba. Jenis data tertentu, bagaimanapun juga, akan
menuntut desain tertentu dan subjek uji coba tertentu. Misalnya, pengumpulan
data mengenai kecermatan isi dapat dilakukan secara perseorangan dari ahli isi,
atau secara kelompok dalam bentuk seminar kecil, atau seminar yang lebih luas
yang melibatkan ahli isi, ahli desain, dan sasaran pemakai produk.
4)
Instrumen Pengumpulan Data
Bagian ini
mengemukakan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data seperti yang
sudah dikemukakan dalam butir sebelumnya. Jika mengunakan instrumen yang sudah
ada, maka perlu ada uraian mengenai karakteristik instrumen itu, terutama
mengenai keshahihan dan keterandalannya. Apabila instrumen yang digunakan
dikembangkan sendiri, maka prosedur pengembangannya juga perlu dijelaskan.
5)
Teknik Analisis Data
Teknik dan
prosedur analisis yang digunakan untuk menganali-sis data uji coba dikemukakan
dalam bagian ini dan disertai alasannya. Apabila teknik analisis yang digunakan
sudah cukup dikenal, maka uraian tidak perlu rinci sekali. Akan tetapi, apabila
teknik tersebut belum banyak dikenal, maka uraian perlu lebih rinci.
11. Daftar
Rujukan
Bahan
pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah disebutkan dalam teks.
Artinya, bahan pustaka yang hanya digunakan sebagai bahan bacaan tetapi tidak
dirujuk dalam teks tidak dimasukkan dalam daftar rujukan. Sebaliknya, semua
bahan pustaka yang disebutkan dalam skripsi, tesis, dan disertasi harus
dicantumkan dalam daftar rujukan. Tatacara penulisan daftar rujukan.
Unsur yang
ditulis secara berurutan meliputi:
1. nama
penulis ditulis dengan urutan: nama akhir, nama awal, nama tengah, tanpa gelar
akademik,
2. tahun
penerbitan
3. judul,
termasuk subjudul
4. kota
tempat penerbitan, dan
5. nama
penerbit.
RENCANA KERJA PENULISAN PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH
Bulan
|
Minggu
ke
|
Kegiatan
yang dikerjakan
|
Realisasi
|
Keterangan
|
I
|
Menentukan
topik
|
|||
II
|
Menentukan
topik
|
|||
III
|
Konsultasi
topik
|
|||
IV
|
Revisi
topik dan penulisan latar belakang
|
|||
I
|
Merumuskan
masalah dan tujuan penelitian
|
|||
II
|
Merumuskan
Hipotesis (jika ada)
Merumuskan Manfaat penelitian teoritis; praktis |
|||
III
|
Konsultasi
Hipotesis (jika ada) dan Manfaat penelitian teoritis dan praktis
|
|||
IV
|
Menulis
Asumsi Penelitian (jika diperlukan);
Menulis Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian; dan Definisi Istilah atau Definisi Operasional (jika diperlukan) |
|||
I
|
Konsultasi
Asumsi Penelitian, Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian; dan Definisi
Istilah atau Definisi Operasional
|
|||
II
|
Merancang
kepustakaan Merumuskan Metodologi penelitian
|
|||
III
|
Konsultasi
kepustakaan dan Metodologi penelitian
|
|||
IV
|
Menulis
pustaka acuan
|
|||
I
|
Draf
proposal siap diseminarkan
|
|||
II
|
Seminar
Proposal
|
|||
III
|
Merevisi
proposal
|
|||
IV
|
proposal
yang telah direvisi siap ditindaklanjuti
|
Proposal Penelitian Kualitatif (Skripsi)
Penelitian
yang dimaksudkan untuk mengungkapkan gejala secara holistic-kontekstual melalui
pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai
instrumen kunci. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan cenderung
menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif
subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif.
Ciri-ciri
penelitian kualitatif mewarnai sifat dan bentuk laporannya. Oleh karena itu, laporan
penelitian kualitatif disusun dalam bentuk narasi yang bersifat kreatif dan
mendalam serta menunjukkan cirri-ciri naturalistic yang penuh keotentikan.
Format
Proposal Penelitian Kualitatif
Bagian ini
memuat uraian tentang latar belakang penelitian, untuk maksud apa peelitian ini
dilakukan, dan apa/siapa yang mengarahkan penelitian. (Lihat juga membuat pendahuluan skripsi )
Fokus
penelitian memuat rincian pernyataan tentang cakupan atau topik-topik pokok
yang akan diungkap/digali dalam penelitian ini. Apabila digunakan istilah
rumusan masalah, fokus penelitian berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan
dijawab dalam penelitian dan alasan diajukannya pertanyaan.
Pertanyaan-pertanyaan ini diajukan untuk mengetahui gambaran apa yang akan
diungkapkan di lapangan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan harus didukung
oleh alasan-alasan mengapa hal tersebut ditampilkan.
Alasan-alasan
ini harus dikemukakan secara jelas, sesuai dengan sifat penelitian kualitatif
yang holistik, induktif, dan naturalistik yang berarti dekat sekali dengan
gejala yang diteliti. Pertanyaan-pertanyaan tersebut diajukan setelah diadakan
studi pendahuluan di lapangan.
3.
Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian merupakan sasaran hasil yang ingin dicapai dalam penelitian ini,
sesuai dengan fokus yang telah dirumuskan.
Landasan
teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan
kenyataan di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk
memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan
hasil penelitian. Terdapat perbedaan mendasar antara peran landasan teori dalam
penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam penelitian
kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada
penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan; sedangkan dalam
penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada
sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”.
5.
Kegunaan Penelitian
Pada
bagian ini ditunjukkan kegunaan atau pentingnya penelitian terutama bagi
pengembangan ilmu atau pelaksanaan pembangunan dalam arti luas. Dengan kata
lain, uraian dalam subbab kegunaan penelitian berisi alasan kelayakan atas
masalah yang diteliti. Dari uraian dalam bagian ini diharapkan dapat
disimpulkan bahwa penelitian terhadap masalah yang dipilih memang layak untuk
dilakukan.
Bab ini
memuat uraian tentang metode dan langkah-langkah penelitian secara operasional
yang menyangkut pendekatan penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian,
sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan
data, dan tahap-tahap penelitian.
a.
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pada
bagian II peneliti perlu menjelaskan bahwa pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan kualitatif, dan menyertakan alasan-alasan singkat mengapa pendekatan
ini digunakan. Selain itu juga dikemukakan orientasi teoretik, yaitu landasan
berfikir untuk memahami makna suatu gejala, misalnya fenomenologis, interaksi
simbolik, kebudayaan, etnometodologis, atau kritik seni (hermeneutik). Peneliti
juga perlu mengemukakan jenis penelitian yang digunakan apakah etnografis,
studi kasus, grounded theory, interaktif, ekologis, partisipatoris, penelitian
tindakan, atau penelitian kelas.
b.
Kehadiran Peneliti
Dalam
bagian ini perlu disebutkan bahwa peneliti bertindak sebagai instrumen
sekaligus pengumpul data. Instrumen selain manusia dapat pula digunakan, tetapi
fungsinya terbatas sebagai pendukung tugas peneliti sebagai instrumen. Oleh
karena itu, kehadiran peneliti di lapangan untuk penelitian kualitatif mutlak
diperlukan. Kehadiran peneliti ini harus dilukiskan secara eksplisit dalam
laopran penelitian. Perlu dijelaskan apakah peran peneliti sebagai partisipan
penuh, pengamat partisipan, atau pengamat penuh. Di samping itu perlu
disebutkan apakah kehadiran peneliti diketahui statusnya sebagai peneliti oleh
subjek atau informan.
c.
Lokasi Penelitian
Uraian
lokasi penelitian diisi dengan identifikasi karakteristik lokasi dan alasan
memilih lokasi serta bagaimana peneliti memasuki lokasi tersebut. Lokasi
hendaknya diuraikan secara jelas, misalnya letak geografis, bangunan fisik
(jika perlu disertakan peta lokasi), struktur organisasi, program, dan suasana
sehari-hari. Pemilihan lokasi harus didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan
kemenarikan, keunikan, dan kesesuaian dengan topik yang dipilih. Dengan
pemilihan lokasi ini, peneliti diharapkan menemukan hal-hal yang bermakna dan
baru. Peneliti kurang tepat jika megutarakan alasan-alasan seperti dekat dengan
rumah peneliti, peneliti pernah bekerja di situ, atau peneliti telah mengenal
orang-orang kunci.
d.
Sumber Data
Pada
bagian ini dilaporkan jenis data, sumber data, da teknik penjaringan data
dengan keterangan yang memadai. Uraian tersebut meliputi data apa saja yang
dikumpulkan, bagaimana karakteristiknya, siapa yang dijadikan subjek dan
informan penelitian, bagaimana ciri-ciri subjek dan informan itu, dan dengan
cara bagaimana data dijaring, sehingga kredibilitasnya dapat dijamin. Misalnya
data dijaring dari informan yang dipilih dengan teknik bola salju (snowball
sampling).
Istilah
pengambilan sampel dalam penelitian kualitatif harus digunakan dengan penuh
kehati-hatian. Dalam penelitian kualitatif tujuan pengambilan sampel adalah
untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin, bukan untuk melakukan rampatan
(generalisasi). Pengambilan sampel dikenakan pada situasi, subjek, informan,
dan waktu.
e. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam
bagian ini diuraikan teknik pengumpulan data yang digunakan, misalnya observasi
partisipan, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Terdapat dua dimensi rekaman
data: fidelitas da struktur. Fidelitas mengandung arti sejauh mana bukti nyata
dari lapangan disajikan (rekaman audio atau video memiliki fidelitas tinggi,
sedangkan catatan lapangan memiliki fidelitas kurang). Dimensi struktur
menjelaskan sejauh mana wawancara dan observasi dilakukan secara sistematis dan
terstruktur. Hal-hal yang menyangkut jenis rekaman, format ringkasan rekaman
data, dan prosedur perekaman diuraikan pada bagian ini. Selain itu dikemukakan
cara-cara untuk memastikan keabsahan data dengan triangulasi dan waktu yang
diperlukan dalam pengumpulan data.
f. Analisis Data
Pada
bagian analisis data diuraikan proses pelacakan dan pengaturan secara
sistematis transkrip-transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain
agar peneliti dapat menyajikan temuannya. Analisis ini melibatkan pengerjaan,
pengorganisasian, pemecahan dan sintesis data serta pencarian pola,
pengungkapan hal yang penting, dan penentuan apa yang dilaporkan. Dalam
penelitian kualitatif, analisis data dilakukan selama dan setelah pengumpulan
data, dengan teknik-teknik misalnya analisis domain, analisis taksonomis,
analisis komponensial, dan analisis tema. Dalam hal ini peneliti dapat
menggunakan statistik nonparametrik, logika, etika, atau estetika. Dalam uraian
tentang analisis data ini supaya diberikan contoh yang operasional, misalnya
matriks dan logika.(lihat analisis )
g. Pengecekan Keabsahan Temuan
Bagian ini
memuat uraian tentang usaha-usaha peneliti untuk memperoleh keabsahan
temuannya. Agar diperoleh temuan dan interpretasi yang absah, maka perlu
diteliti kredibilitasnya dengan mengunakan teknik-teknik perpanjangan kehadiran
peneliti di lapangan, observasi yang diperdalam, triangulasi(menggunakan
beberapa sumber, metode, peneliti, teori), pembahasan sejawat, analisis kasus
negatif, pelacakan kesesuaian hasil, dan pengecekan anggota. Selanjutnya perlu
dilakukan pengecekan dapat-tidaknya ditransfer ke latar lain
(transferrability), ketergantungan pada konteksnya (dependability), dan
dapat-tidaknya dikonfirmasikan kepada sumbernya (confirmability) .
h. Tahap-tahap Penelitian
Bagian ini
menguraikann proses pelaksanaan penelitian mulai dari penelitian pendahuluan,
pengembangan desain, penelitian sebenarnya, sampai pada penulisan laporan.
Bahan
pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah disebutkan dalam teks.
Artinya, bahan pustaka yang hanya digunakan sebagai bahan bacaan tetapi tidak
dirujuk dalam teks tidak dimasukkan dalam daftar rujukan. Sebaliknya, semua
bahan pustaka yang disebutkan dalam skripsi, tesis, dan disertasi harus
dicantumkan dalam daftar rujukan. Tatacara penulisan daftar rujukan.
Unsur yang
ditulis secara berurutan meliputi:
1.
nama penulis ditulis dengan urutan: nama akhir, nama awal, nama tengah, tanpa
gelar akademik,
2.
tahun penerbitan
3.
judul, termasuk subjudul
4. kota tempat
penerbitan, dan
5.
nama penerbit.
Proposal Penelitian Kuantitatif (Skripsi)
Suatu penelitian yang pada dasarnya
menggunakan pendekatan deduktif-induktif. Pendekatan ini berangkat dari suatu
kerangka teori, gagasan para ahli, ataupun pemahaman peneliti berdasarkan
pengalamannya, kemudian dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan beserta
pemecahan-pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi)
dalam bentuk dukungan data empiris di lapangan.
Format Proposal Penelitian Kuantitatif
1. Latar Belakang Masalah
Di dalam bagian ini dikemukakan adanya kesenjangan antara harapan dan
kenyataan, baik kesenjangan teoretik ataupun kesenjangan praktis yang
melatarbelakangi masalah yang diteliti. Di dalam latar belakang masalah ini
dipaparkan secara ringkas teori, hasil-hasil penelitian, kesimpulan seminar dan
diskusi ilmiah ataupun pengalaman/pengamatan pribadi yang terkait erat dengan
pokok masalah yang diteliti. Dengan demikian, masalah yang dipilih untuk
diteliti mendapat landasan berpijak yang lebih kokoh. (lihat pendahuluan )
2. Rumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat
pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya. Perumusan masalah
merupakan pernyataan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang
akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah. Rumusan masalah
hendaknya disusun secara singkat, padat, jelas, dan dituangkan dalam bentuk
kalimat tanya. Rumusan masalah yang baik akan menampakkan variabel-variabel
yang diteliti, jenis atau sifat hubungan antara variabel-variabel tersebut, dan
subjek penelitian. Selain itu, rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara
empiris, dalam arti memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan
yang diajukan. Contoh: Apakah terdapat hubungan antara tingkat kecerdasan siswa
SMP dengan prestasi belajar mereka dalam matapelajaran Matematika?. (Tips membuat rumusan masalah )
3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian.
Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada isi dan rumusan masalah
penelitian. Perbedaannya terletak pada cara merumuskannya. Masalah penelitian
dirumuskan dengan menggunakan kalimat tanya, sedangkan rumusan tujuan
penelitian dituangkan dalam bentuk kalimat pernyataan. Contoh: Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya hubungan antara tingkat kecerdasan
siswa SMP dengan prestasi belajar mereka dalam matapelajaran Matematika.
4. Hipotesis Penelitian (jika ada)
Tidak semua penelitian kuantitatif memerlukan hipotesis penelitian. Penelitian
kluantitatif yang bersifat eksploratoris dan deskriptif tidak membutuhkan
hipotesis. Oleh karena itu subbab hipotesis penelitian tidak harus ada dalam
skripsi, tesis, atau disertasi hasil penelitian kuantitatif. Secara prosedural
hipotesis penelitian diajukan setelah peneliti melakukan kajian pustaka, karena
hipotesis penelitian adalah rangkuman dari kesimpulan-kesimpulan teoretis yang
diperoleh dari kajian pustaka. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
masalah penelitian yang secara teoretis dianggap paling mungkin dan paling
tinggi tingkat kebenarannya. Namun secara teknis, hipotesis penelitian
dicantumkan dalam Bab I (Bab Pendahuluan) agar hubungan antara masalah yang
diteliti dan kemungkinan jawabannya menjadi lebih jelas. Atas dasar inilah,
maka di dalam latar belakang masalah sudah harus ada paparan tentang kajian
pustaka yang relevan dalam bentuknya yang ringkas.
Rumusan hipotesis hendaknya bersifat definitif atau direksional. Artinya, dalam
rumusan hipotesis tidak hanya disebutkan adanya hubungan atau perbedaan
antarvariabel, melainkan telah ditunjukan sifat hubungan atau keadaan perbedaan
itu. Contoh: Ada hubungan positif antara tingkat kecerdasan siswa SMP dengan
prestasi belajar mereka dalam matapelajaran Matematika.
Jika dirumuskan dalam bentuk perbedaan menjadi: Siswa SMP yang tingkat kecerdasannya
tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi dalam matapelajaran
Matematika dibandingkan dengan yang tingkat kecerdasannya sedang. Rumusan
hipotesis yang baik hendaknya: (a) menyatakan pertautan antara dua variabel
atau lebih, (b) dituangkan dalam bentuk kalimat pertanyaan, (c) dirumuskan
secara singkat, padat, dan jelas, serta (d) dapat diuji secara empiris.
5. Kegunaan Penelitian
Pada bagian ini ditunjukkan kegunaan atau pentingnya penelitian terutama bagi
pengembangan ilmu atau pelaksanaan pembangunan dalam arti luas. Dengan kata
lain, uraian dalam subbab kegunaan penelitian berisi alasan kelayakan atas
masalah yang diteliti. Dari uraian dalam bagian ini diharapkan dapat
disimpulkan bahwa penelitian terhadap masalah yang dipilih memang layak untuk
dilakukan.
6. Asumsi Penelitian (jika diperlukan)
Asumsi penelitian adalah anggapan-anggapan dasar tentang suatu hal yang
dijadikan pijakan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian.
Misalnya, peneliti mengajukan asumsi bahwa sikap seseorang dapat diukur dengan
menggunakan skala sikap. Dalam hal ini ia tidak perlu membuktikan kebenaran hal
yang diasumsikannya itu, tetapi dapat langsung memanfaatkan hasil pengukuran
sikap yang diperolehnya. Asumsi dapat bersifat substantif atau metodologis.
Asumsi substantif berhubungan dengan permasalahan penelitian, sedangkan asumsi
metodologis berkenaan dengan metodologi penelitian.
7. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Yang dikemukakan pada bagian ruang lingkup adalah variabel-variabel yang
diteliti, populasi atau subjek penelitian, dan lokasi penelitian. Dalam bagian
ini dapat juga dipaparkan penjabaran variabel menjadi subvariabel beserta
indikator-indikatornya. Keterbatasan penelitian tidak harus ada dalam skripsi,
tesis, dan disertasi. Namun, keterbatasan seringkali diperlukan agar pembaca
dapat menyikapi temuan penelitian sesuai dengan kondisi yang ada. Keterbatasan
penelitian menunjuk kepada suatu keadaan yang tidak bisa dihindari dalam
penelitian. Keterbatasan yang sering dihadapi menyangkut dua hal. Pertama,
keterbatasan ruang lingkup kajian yang terpaksa dilakukan karena alasan-alasan
prosedural, teknik penelitian, ataupun karena faktor logistik. Kedua,
keterbatasan penelitian berupa kendala yang bersumber dari adat, tradisi, etika
dan kepercayaan yang tidak memungkinkan bagi peneliti untuk mencari data yang
diinginkan.
8. Definisi Istilah atau Definisi Operasional
Definisi istilah atau definisi operasional diperlukan apabila diperkirakan akan
timbul perbedaan pengertian atau kekurangjelasan makna seandainya penegasan
istilah tidak diberikan. Istilah yang perlu diberi penegasan adalah
istilah-istilah yang berhubungan dengan konsep-konsep pokok yang terdapat di
dalam skripsi, tesis, atau disertasi. Kriteria bahwa suatu istilah mengandung
konsep pokok adalah jika istilah tersebut terkait erat dengan masalah yang
diteliti atau variabel penelitian. Definisi istilah disampaikan secara
langsung, dalam arti tidak diuraikan asal-usulnya. Definisi istilah lebih
dititikberatkan pada pengertian yang diberikan oleh peneliti.
Definisi istilah dapat berbentuk definisi operasional variabel yang akan
diteliti. Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat
hal yang didefinisikan yang dapat diamati. Secara tidak langsung definisi
operasional itu akan menunjuk alat pengambil data yang cocok digunakan atau
mengacu pada bagaimana mengukur suatui variabel. Contoh definisi operasional
dari variabel “prestasi aritmatika” adalah kompetensi dalam bidang aritmatika yang
meliputi menambah, mengurangi, mengalikan, membagi, dan menggunakan desimal.
Penyusunan definisi operasional perlu dilakukan karena teramatinya konsep atau
konstruk yang diselidiki akan memudahkan pengukurannya. Di samping itu,
penyusunan definisi operasional memungkinkan orang lain melakukan hal yang
serupa sehingga apa yang dilakukan oleh peneliti terbuka untuk diuji kembali
oleh orang lain. (Lihat Glossary)
9. Metode Penelitian
Pokok-pokok bahasan yang terdapat dalam bab metode penelitian paling tidak
mencakup aspek (1) rancangan penelitian, (2) populasi dan sampel, (3) instrumen
penelitian, (4) pengumpulan data, dan (5) analisis data.
a. Rancangan Penelitian
Penjelasan mengenai rancangan atau desain penelitian yang digunakan perlu
diberikan untuk setiap jenis penelitian, terutama penelitian eksperimental.
Rancangan penelitian diartikan sebagai strategi mengatur latar penelitian agar
peneliti memperoleh data yang valid sesuai dengan karakteristik variabel dan tujuan penelitian. Dalam
penelitian eksperimental, rancangan penelitian yang dipilih adalah yang paling
memungkinkkan peneliti untuk mengendalikan variabel-variabel lain yang diduga
ikut berpengaruh terhadap variabel-variabel terikat. Pemilihan rancangan
penelitian dalam penelitian eksperimental selalu mengacu pada hipotesis yang
akan diuji. Pada penelitian noneksperimental, bahasan dalam subbab rancangan
penelitian berisi penjelasan tentang jenis penelitian yang dilakukan ditinjau
dari tujuan dan sifatnya; apakah penelitian eksploratoris, deskriptif,
eksplanatoris, survai, atau penelitian historis, korelasional, dan komparasi
kausal. Di samping itu, dalam bagian ini dijelaskan pula variabel-variabel yang
dilibatkan dalam penelitian serta sifat hubungan antara variabel-variabel
tersebut. (Lihat beberapa kesalahan dalam desain penelitiian)
b. Populasi dan Sampel
Istilah populasi dan sampel tepat digunakan jika penelitian yang dilakukan
mengambil sampel sebagai subjek penelitian. Akan tetapi jika sasaran
penelitiannya adalah seluruh anggota populasi, akan lebih cocok digunakan
istilah subjek penelitian, terutama dalam penelitian eksperimental. Dalam
survai, sumber data lazim disebut responden dan dalam penelitian kualitatif
disebut informan atau subjek tergantung pada cara pengambilan datanya.
Penjelasan yang akurat tentang karakteristik populasi penelitian perlu
diberikan agar besarnya sampel dan cara pengambilannya dapat ditentukan secara
tepat. Tujuannya adalah agar sampel yang dipilih benar-benar representatif,
dalam arti dapat mencerminkan keadaan populasinya secara cermat.
Kerepresentatifan sampel merupakan kriteria terpenting dalam pemilihan sampel
dalam kaitannya dengan maksud menggeneralisasikan hasil-hasil penelitian sampel
terhadap populasinya. Jika keadaan sampel semakin berbeda dengan kakarteristik
populasinya, maka semakin besar kemungkinan kekeliruan dalam generalisasinya.
Jadi, hal-hal yang dibahas dalam bagian Populasi dan Sampel adalah (a) identifikasi dan
batasan-batasan tentang populasi atau subjek penelitian, (b) prosedur dan
teknik pengambilan sampel, serta (c) besarnya sampel.
c. Instrumen penelitian
Pada bagian ini dikemukakan instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel
yang diteliti. Sesudah itu barulah dipaparkan prosedur pengembangan instrumen
pengumpulan data atau pemilihan alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian.
Dengan cara ini akan terlihat apakah instrumen yang digunakan sesuai dengan
variabel yang diukur, paling tidak ditinjau dari segi isinya. Sebuah instrumen
yang baik juag harus memenuhi persyaratan reliabilitas. Dalam tesis, terutama
disertasi, harus ada bagian yang menjelaskan proses validasi instrumen. Apabila
instrumen yang digunakan tidak dibuat sendiri oleh peneliti, tetap ada
kewajiban untuk melaporkan tingkat validitas dan reliabilitas instrumen yang
digunakan. Hal lain yang perlu diungkapkan dalam instrumen penelitian adalah
cara pemberian skor atau kode terhadap masing-masing butir pertanyaan/pernyataan.
Untuk alat dan bahan harus disebutkan secara cermat spesifikasi teknis dari
alat yang digunakan dan karakteristik bahan yang dipakai.
Dalam ilmu eksakta istilah instrumen penelitian kadangkala dipandang kurang
tepat karena belum mencakup keseluruhan hal yang digunakan dalam penelitian.
Oleh karena itu, subbab instrumen penelitian dapat diganti dengan Alat dan
Bahan.
d. Pengumpulan Data
Bagian ini menguraikan (a) langkah-langkah yang ditempuh dab teknik yang
digunakan untuk mengumpulkan data, (b) kualifikasi dan jumlah petugas yang
terlibat dalam proses pengumpulan data, serta (c) jadwal waktu pelaksanaan
pengumpulan data. Jika peneliti menggunakan orang lain sebagai pelaksana
pengumpulan data, perlu dijelaskan cara pemilihan serta upaya mempersiapkan
mereka untuk menjalankan tugas. Proses mendapatkan ijin penelitian, menemui
pejabat yang berwenang, dan hal lain yang sejenis tidak perlu dilaporkan,
walaupun tidak dapat dilewatkan dalam proses pelaksanaan penelitian.
e. Analisis Data
Pada bagian ini diuraikan jenis analisis statistik yang digunakan. Dilihat dari
metodenya, ada dua jenis statistik yang dapat dipilih, yaitu statistik
deskriptif dan statistik inferensial. Dalam statistik inferensial terdapat
statistik parametrikdan statistik nonparametrik. Pemilihan jenis analisis data
sangat ditentukan oleh jenis data yang dikumpulkan dengan tetap berorientasi
pada tujuan yang hendak dicapai atau hipotesis yang hendak diuji. Oleh karena
itu, yang pokok untuk diperhatikan dalam analisis data adalah ketepatan teknik
analisisnya, bukan kecanggihannya. Beberapa teknik analisis statistik
parametrik memang lebih canggih dan karenanya mampu memberikan informasi yang
lebih akurat jika dibandingkan dengan teknik analisis sejenis dalam statistik
nonparametrik. Penerapan statistik parametrik secara tepat harus memenuhi
beberapa persyaratan (asumsi), sedangkan penerapan statistik nonparametrik
tidak menuntut persyaratan tertentu.
Di samping penjelasan tentang jenis atau teknik analisis data yang digunakan,
perlu juga dijelaskan alasan pemilihannya. Apabila teknik analisis data yang
dipilih sudah cukup dikenal, maka pembahasannya tidak perlu dilakukan secara
panjang lebar. Sebaliknya, jika teknik analisis data yang digunakan tidak
sering digunakan (kurang populer), maka uraian tentang analisis ini perlu
diberikan secara lebih rinci. Apabila dalam analisis ini digunakan komputer
perlu disebutkan programnya, misalnya SPSS for Windows.
10. Landasan
Teori Dalam kegiatan ilmiah, dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu
masalah haruslah menggunakan pengetahuan ilmiah (ilmu) sebagai dasar
argumentasi dalam mengkaji persoalan. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh
jawaban yang dapat diandalkan. Sebelum mengajukan hipotesis peneliti wajib
mengkaji teori-teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan masalah
yang diteliti yang dipaparkan dalam Landasan Teori atau Kajian Pustaka. Untuk
tesis dan disertasi, teori yang dikaji tidak hanya teori yang mendukung, tetapi
juga teori yang bertentangan dengan kerangka berpikir peneliti. Kajian pustaka
memuat dua hal pokok, yaitu deskripsi teoritis tentang objek (variabel) yang
diteliti dan kesimpulan tentang kajian yang antara lain berupa argumentasi atas
hipotesis yang telah diajukan Bab I.
Untuk dapat memberikan deskripsi teoritis terhadap variabel yang
diteliti, maka diperlukan adanya kajian teori yang mendalam. Selanjutnya,
argumentasi atas hipotesis yang diajukan menuntut peneliti untuk
mengintegrasikan teori yang dipilih sebagai landasan penelitian dengan hasil
kajian mengenai temuan penelitian yang relevan. Pembahasan terhadap hasil
penelitian tidak dilakukan secara terpisah dalam satu subbab tersendiri.
Bahan-bahan kajian pustaka dapat diangkat dari berbagai sumber seperti jurnal
penelitian, disertasi, tesis, skripsi, laporan penelitian, buku teks, makalah,
laporan seminar dan diskusi ilmiah, terbitan-terbitan resmi pemerintah dan
lembaga-lembaga lain. Akan lebih baik jika kajian teoretis dan telaah terhadap
temuan-temuan penelitian didasarkan pada sumberkepustakaan primer, yaitu bahan pustaka
yang isinya bersumber pada temuan penelitian. Sumber kepustakaan sekunder dapat dipergunakan sebagai penunjang.
Untuk disertasi, berdasarkan kajian pustaka dapatlah diidentifikasi posisi dan
peranan penelitian yang sedang dilakukan dalam konteks permasalahan yang lebih
luas serta sumbangan yang mungkin dapat diberikan kepada perkembangan ilmu
pengetahuan terkait. Pada bagian akhir kajian pustaka dalam tesis dan disertasi
perlu ada bagian tersendiri yang berisi penjelasan tentang pandangan atau kerangka
berpikir yang digunakan peneliti berdasarkan teori-teori yang dikaji. Pemilihan
bahan pustaka yang akan dikaji didasarkan pada dua kriteria, yakni (1) prinsip
kemutakhiran (kecuali untuk penelitian historis) dan (2) prinsip relevansi.
Prinsip kemutakhiran penting karena ilmu berkembang dengan cepat. Sebuah teori
yang efektif pada suatu periode mungkin sudah ditinggalkan pada periode
berikutnya. Dengan prinsip kemutakhiran, peneliti dapat berargumentasi berdasar
teori-teori yang pada waktu itu dipandang paling representatif. Hal serupa
berlaku juga terhadap telaah laporan-laporan penelitian. Prinsip relevansi
diperlukan untuk menghasilkan kajian pustaka yang erat kaitannya dengan masalah
yang diteliti.
11. Daftar Rujukan
Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah disebutkan dalam
teks. Artinya, bahan pustaka yang hanya digunakan sebagai bahan bacaan tetapi
tidak dirujuk dalam teks tidak dimasukkan dalam daftar rujukan. Sebaliknya,
semua bahan pustaka yang disebutkan dalam skripsi, tesis, dan disertasi harus
dicantumkan dalam daftar rujukan. Tatacara penulisan daftar rujukan. Unsur yang
ditulis secara berurutan meliputi: 1. nama penulis ditulis dengan urutan: nama
akhir, nama awal, nama tengah, tanpa gelar akademik, 2. tahun penerbitan 3.
judul, termasuk subjudul 4. kota tempat penerbitan, dan 5. nama penerbit.
Cara
Membuat Rujukan Skripsi
Seringkali
mahasiswa masih kebingungan dalam membuat daftar rujukan pada penelitiannya.
Berikut ini cara membuat rujukan beserta contoh-contoh sumber rujukan yang
dipakai dalam penelitian. diantara caranya adalah: 1) mulailah dengan
studi-studi di bidang anda yang paling akhir yang dimuat dalam
terbitan-terbitan terbaru dan kemudian bekerjalah mundur ke terbitan-terbitan
sebelumnya. 2)Bacalah abstrak atau ringkasan suatu laporan terlebih dahulu
untuk menetapkan apakah laporan itu relevan dengan masalah anda atau tidak. 3) Sebelum membuat catatan, baca
jelajahilah (skim) laporan tersebut dengan cepat guna mengetahui bagian-bagian
yang ada kaitannya dengan masalah anda. 4) Buatlah
catatan langsung pada kartu catatan, karena kartu lebih mudah diseleksi dan
disusun dari pada lembaran kertas, amplop dan sebagainya. 5) Tulislah referensi bibliografi secara
lengkap untuk setiap karya. 6) Untuk
memudahkan pemilihan dan penyusunan, jangan memasukkan lebih dari satu
referensi pada setiap kartu. 7) Jangan
lupa memberi tanda bagian mana yang merupakan kutipan langsung dari pengarang
dan bagian mana yang merupakan susunan kata anda sendiri
Berikut ini beberapa contoh cara membuat rujukan yang berasal dari beberapa
sumber, diantaranya: buku, jurnal, majalah, koran, dan lain-lain.
(1)
Rujukan dari Buku
Ibrahim,
Hamadah. 1987. Al-ittijahat al-mu’ashirah fi tadris
al-lughah al-arabiyyah wa al-lughat al-hayyah al-ukhra li ghairi al-nathiqin
biha. Al-Qahirah: Dar al-fikr al-arabi.
(2)
Artikel dalam jurnal
Mahjudin,
Aliudin. 2002. Liga Arab antara Harapan dan Kenyataan.
Al-Hadharah: Bahasa, Sastra dan Budaya Arab, 2(1): 69-78.
(3)
Artikel dalam Majalah atau Koran
Suryadarma.
1990. Prosesor dan Interface: Komunikasi Data. Info Komputer,
IV (4): 46-48. Huda, M.
13 November, 1991. Menyiasati Krisis Listrik Musim Kering. Jawa Pos, hlm. 6.
(4)
Rujukan dari Koran Tanpa Penulis
Jawa Pos. 22 April, 1995. Wanita
Kelas Bawah Lebih Mandiri, hlm. 3.
(5)
Rujukan dari Dokumen Resmi Pemerintah Tanpa Penulis dan Tanpa Lembaga
Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 1990. Jakarta: PT Armas Duta Jaya.
(6)
Rujukan dari Lembaga yang Ditulis Atas Nama Lembaga Tersebut
Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1978. Pedoman Penulisan Laporan Penelitian. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
(7)
Rujukan Berupa Karya Terjemahan
Ary, D.,
Jacobs, L.C. & Razavieh, A. Tanpa Tahun. Pengantar Penelitian Pendidikan.
Terjemahan Oleh Arief Furchan. 1982. Surabaya:
Usaha Nasional.
(8)
Rujukan Berupa Skripsi, Tesis, atau Disertasi
Murtadho,
Nurul. 1991. Silabus Matakuliah Keterampilan
Berbicara Dengan Pendekatan Komunikatif untuk Mahasiswa Program Pendidikan
Bahasa Arab JPBA FPBS IKIP Malang. Tesis tidak
diterbitkan. Malang: Program
Pascasarjana IKIP Malang.
(9)
Rujukan Berupa Makalah Seminar, Penataran atau Lokakarya
Azhari,
Abd. Rauf Dato’ Haji Hassa. 2004. Kebolehgunaan dan Kesesuaian Laman Web
Arab dalam Penguasaan Bahasa Arab di Kalangan Penutur Melayu.
Makalah disajikan dalam Seminar Internasional Pemanfaatan Self Access Center dan Internet untuk Pembelajaran Bahasa
Arab di Era Global, Jurusan Sastra Arab FS UM, Malang, 27 Oktober 2004.
(10)
Rujukan dari Internet
Al-afghani,
Said. 2003. Al-Mujaz fi Qawaid al-Lughah
al-Arabiyyah, (Online) (http://www.manarcom.com, diakses 17
Desember 2004).
Karya
ilmiah
Dari
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Karya ilmiah (bahasa Inggris: scientific paper) adalah
laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau
pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi
kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Ada
berbagai jenis karya ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium,
dan artikel jurnal yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari
kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam
karya ilmiah tersebut dijadikan acuan bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan
penelitian atau pengkajian selanjutnya.
Di perguruan tinggi, khususnya jenjang S1,
mahasiswa dilatih untuk menghasilkan karya ilmiah seperti makalah, laporan
praktikum, dan skripsi (tugas
akhir). Skripsi umumnya merupakan laporan penelitian berskala kecil, tetapi
dilakukan cukup mendalam. Sementara itu, makalah yang ditugaskan kepada
mahasiswa lebih merupakan simpulan dan pemikiran ilmiah mahasiswa berdasarkan penelaahan
terhadap karya-karya ilmiah yang ditulis oleh para pakar dalam bidang persoalan
yang dipelajari. Penyusunan laporan praktikum ditugaskan kepada mahasiswa
sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan menyusun laporan penelitian.
Tujuan Karya Ilmiah
§ Sebagai wahana melatih mengungkapkan
pemikiran atau hasil penelitiannya dalam bentuk tulisan ilmiah yang sistematis
dan metodologis.
§ Menumbuhkan etos ilmiah di kalangan
mahasiswa, sehingga tidak hanya menjadi konsumen ilmu pengetahuan, tetapi juga
mampu menjadi penghasil (produsen) pemikiran dan karya tulis dalam bidang ilmu
pengetahuan, terutama setelah penyelesaian studinya.
§ Karya ilmiah yang telah ditulis itu
diharapkan menjadi wahana transformasi pengetahuan antara sekolah dengan masyarakat,
atau orang-orang yang berminat membacanya.
§ Membuktikan potensi dan wawasan ilmiah yang
dimiliki mahasiswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam bentuk
karya ilmiah setelah yang bersangkutan memperoleh pengetahuan dan pendidikan
dari jurusannya.
§ Melatih keterampilan dasar untuk melakukan
penelitian.
Manfaat Karya Ilmiah
Manfaat penyusunan karya ilmiah bagi penulis adalah berikut:
§
Melatih untuk mengembangkan keterampilan
membaca yang efektif;
§
Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari
berbagai sumber;
§
Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan;
§
Meningkatkan pengorganisasian fakta/data
secara jelas dan sistematis;
§
Memperoleh kepuasan intelektual;
§
Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan
Sistematika Penulisan Karya Ilmiah
Bagian Pembuka
§
Halaman judul.
§
Halaman pengesahan.
§
Kata pengantar.
§
Daftar isi.
Bagian Isi
Pendahuluan
§
Latar belakang masalah.
§
Rumusan masalah.
§
Tujuan penelitian.
§
Manfaat penelitian.
Kajian teori atau tinjauan kepustakaan
§
Pembahasan teori
§
Kerangka pemikiran dan argumentasi keilmuan
§
Pengajuan hipotesis
Metodologi penelitian
§
Waktu dan tempat penelitian.
§
Metode dan rancangan penelitian
§
Populasi dan sampel.
§
Instrumen penelitian.
§
Pengumpulan data dan analisis data.
Hasil Penelitian
§
Jabaran varibel penelitian.
§
Hasil penelitian.
§
Pengajuan hipotesis.
§
Diskusi penelitian, mengungkapkan pandangan
teoritis tentang hasil yang didapatnya.
§
Saran
Bagian penunjang
§
Daftar pustaka.
§
Lampiran- lampiran antara lain instrumen
penelitian.