Tampilkan postingan dengan label Macam Klausa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Macam Klausa. Tampilkan semua postingan

Senin, 31 Oktober 2011


Definisi ( Pengertian ) Klausa

      Arti Klausa adalah satuan gramatik yang terdiri atas S–P baik disertai O, PEL, dan KET maupun tidak. Dengan ringkas, klausa ialah S P (O) (PEL) (KET). Tanda kurung menandakan bahwa yang terletak dalam kurung itu bersifat manasuka, artinya boleh ada, boleh juga tidak ada.
Contoh:   Ketika orang-orang mulai menyukai ayam bekisar, Edwin sudah memelihara untuk dijual di pasaran.
Kalimat di atas terdiri dari empat klausa, yaitu:
1.   (ketika) orang-orang mulai     (S–P);
2.   menyukai ayam bekisar        (P–O);
3.   Edwin sudah memelihara      (S–P); dan
4.   untuk dijual di pasaran          (P–Ket.).

I.    Klausa Berdasarkan Kategori Kata atau Frasa

Perhatikan kalimat di bawah ini!
Dimas belum sempat mengunjungi kakeknya kemarin.
Klausa kalimat tersebut jika dianalisis secara fungsional, hasilnya sebagai berikut.

Dimas
Belum sempat mengunjungi
kakeknya
kemarin
S
P
O1
KET
N
V
N
Ket

Dimas
Belum sempat mengunjungi
kakeknya
kemarin
Frasa
P
O1
KET
Kata
V
N
ADV
Keterangan:
N      =    Nomina   (kata benda)
V      =    Verba      (kata kerja)
ADV =    Adverbia  (kata keterangan)

II.   Klausa Berdasarkan Struktur
      Klausa dapat digolongkan berdasarkan tiga dasar.

1.  Klausa Berdasarkan Struktur Intern
    Unsur inti klausa ialah S dan P. Namun demikian, S sering kali dihilangkan dalam kalimat luas sebagai akibat penggabungan klausa dan dalam kalimat jawaban. Klausa yang terdiri atas S dan P disebut klausa lengkap, sedangkan klausa yang tidak ber-S disebut klausa tidak lengkap.

Contoh:
-   Din tidak masuk sekolah karena din sakit.
      Subjek din dalam anak kalimat dapat dihilangkan akibat penggabungan klausa din tidak masuk sekolah dan din sakit.

-   Sedang bermain-main.
Sebagai jawaban pertanyaan Anak-anak itu sedang apa? Klausa dibagi menjadi dua macam, yaitu klausa lengkap dan klausa tidak lengkap. Klausa lengkap, berdasarkan struktur internnya, dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu klausa lengkap yang S-nya terletak di depan P, dan klausa lengkap yang S-nya terletak di belakang P. Klausa yang S-nya terletak di depan P disebut klausa lengkap susun biasa. Klausa lengkap yang S-nya terletak di belakang P disebut klausa lengkap susun balik atau klausa inversi.
Contoh:  Klausa lengkap susun biasa

S
P
Ket
a
Daun pohon itu
Sangat rimbun
-
b
Para siswa
masuklah
Ke ruang kelas
Klausa lengkap susun balik

P
S
Ket
c
Sangat rimbun
Daun pohon itu
-
d
masuklah
Para siswa
Ke ruang kelas
    Klausa tidak lengkap sudah tentu hanya terdiri atas unsur P, disertai O, PEL, atau KET. Contoh:
a.       sedang bermain-main
b.       menulis surat
c.       telah berangkat ke Jakarta
    Klausa e terdiri atas P, klausa f terdiri atas P diikuti O, dan klausa g terdiri atas P diikuti KET.
2.  Klausa Berdasarkan Ada Tidaknya Kata Negatif yang secara Gramatik Menegatifkan P

a.       Klausa Positif
    Klausa positif ialah klausa yang tidak memiliki kata negatif yang secara gramatik menegatifkan P.
Contoh:
-     Mereka diliputi oleh perasaan senang.
-     Mertua itu sudah dianggap sebagai ibunya.

b.       Klausa Negatif
Klausa negatif ialah klausa yang memiliki kata-kata negatif yang secara gramatik menegatifkan P. Kata-katanegatif itu ialah tiada, tak, bukan, belum, dan jangan.
Contoh:
-     Orang tuanya sudah tiada.
-     Yang dicari bukan dia.

3. Penggolongan Klausa Berdasarkan Kategori Kata atau Frasa yang Menduduki Fungsi P

P mungkin terdiri atas kata atau frasa golongan N, V, Bil, dan FD. Berdasarkan golongan atau kategori kata atau frasa yang menduduki fungsi P, klausa dapat digolongkan menjadi empat golongan.

a. Klausa Nominal
    Klausa nominal ialah klausa yang P-nya terdiri atas kata atau frasa golongan N.
Contoh:
-     Ia guru.
-     Yang dibeli orang itu sepeda.
Kata golongan N ialah kata-kata yang secara gramatik mempunyai perilaku sebagai berikut.
-     Pada tataran klausa dapat menduduki fungsi S, P, dan O.
-     Pada tataran frasa tidak dapat dinegatifkan dengan kata tidak, melainkan dengan kata bukan, dapat diikuti kata itu sebagai atributnya, dan dapat mengikuti kata depan di atau pada sebagai aksisnya.

b. Klausa Verbal
Klausa verbal ialah klausa yang P-nya terdiri atas kata atau frasa golongan V.
Contoh:
-     Petani mengerjakan sawahnya dengan tekun.
-     Dengan rajin, bapak guru memeriksa karangan murid.
Kata golongan V ialah kata yang pada tataran klausa cenderung menduduki fungsi P dan pada tataran frasa dapat dinegatifkan dengan kata tidak. Misalnya kata-kata berdiri, gugup, menoleh, berhati-hati, membaca, tidur, dan kurus.

Berdasarkan golongan kata verbal itu, klausa verbal dapat digolongkan sebagai berikut.
1)   Klausa verbal adjektif
Klausa ini P-nya terdiri atas kata golongan V yang termasuk golongan kata sifat atau terdiri atas frasa golongan V yang unsur pusatnya berupa kata sifat.
Contoh:
-       Udaranya panas sekali.
-       Harga buku sangat mahal.

2)   Klausa verbal intransitif
Klausa ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja intransitif atau terdiri atas frasa verbal yang unsur pusatnya berupa kata kerja intransitif.
Contoh:
-       Burung-burung beterbangan di atas permukaan air laut.
-       Anak-anak sedang bermain-main di teras belakang.

3)   Klausa verbal aktif
Klausa ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja transitif atau terdiri atas frasa verbal yang unsur pusatnya berupa kata kerja transitif.
Contoh:
--      Arifin menghirup kopinya.
--      Ahmad sedang membaca buku novel.

4)   Klausa verbal pasif
Klausa ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja pasif atau terdiri atas frasa verbal yang unsur pusatnya berupa kata kerja pasif.
Contoh:
- Tepat di muka pintu, aku disambut oleh seorang petugas.
- Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh MPR untuk jangka waktu lima tahun.


5)   Klausa verbal yang refleksif
Klausa ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja refleksif, yaitu kata kerja yang menyatakan perbuatan yang mengenai pelaku perbuatan itu sendiri. Pada umumnya kata kerja ini berbentuk kata kerja meN- diikuti kata diri.
Contoh:
- Anak-anak itu menyembunyikan diri.
- Mereka sedang memanaskan diri.

6)   Klausa verbal yang resiprokal
Klausa ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja resiprokal, yaitu kata kerja yang menyatakan kesalingan . Bentuknya ialah (saling) meN-, saling ber-an dengan proses pengulangan atau tidak dan saling meN-.
Contoh:
- Pemuda dan gadis itu berpandang-pandangan.
- Mereka saling memukul.

c.       Klausa Bilangan
    Klausa bilangan atau klausa numeral ialah klausa yang P-nya terdiri atas kata atau frasa golongan bilangan.
    Contoh:
- Roda truk itu ada enam.
- Kerbau petani itu hanya dua ekor.
Kata bilangan ialah kata-kata yang dapat diikuti oleh kata penyukat. rang, ekor, batang, keping, buah, kodi, helai, dan masih banyak lagi. Misalnya kata satu, dua, dan seterusnya; kedua, ketiga, dan seterusnya; beberapa, setiap, dan sebagainya; sedangkan frasa bilangan ialah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan, misalnya dua ekor, tiga batang, lima buah, setiap jengkal, beberapa butir, dan sebagainya.

4.     Klausa Depan
Klausa depan atau klausa preposisional ialah klausa yang Pnya terdiri atas frasa depan, yaitu frasa yang diawali oleh kata depan sebagai penanda.
Contoh:
a.       Kredit itu untuk para pengusaha lemah.
b.       Pegawai itu ke kantor setiap hari.
Dalam kalimat tertentu, klausa memiliki dua bagian, yakni klausa induk (induk kalimat) dan klausa subordinatif (anak kalimat). Keberadaan klausa induk dan klausa anak ini mensyaratkan konstruksi tataran sintaksis yang lebih besar.
Perhatikan contoh berikut ini!
Ana pergi pada pukul 06.00  ketika saya sedang mandi
                                     
Ana pergi pada pukul 06.00     (Klausa induk)
ketika saya sedang mandi      (klausa anak)
Penggabungan klausa induk dan klausa anak berarti klausa tersebut memasuki tahap struktur kalimat. Penghubungan antar klausa ini mensyaratkan kehadiran konjungsi (kata sambung). Dilihat dari perilaku sintaksisnya dalam kalimat, konjungsi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu
a.   konjungsi koordinatif (dan, serta, atau, tetapi, . . .);
b.   konjungsi korelatif (baik . . . maupun . . .; entah . . . entah . . .; tidak hanya . . ., tetapi juga . . .; . . .);
c.   konjungsi subordinatif (sejak, karena, setelah, seperti, agar, dengan, . . . .); dan
d.   konjungsi antarkalimat (meskipun demikian begitu, kemudian, oleh karena itu, bahkan, lagi pula, . . .).
Contoh:
a.   Dia menangis dan istrinya pun tersedu-sedu.
b.   Entah disetujui entah tidak, dia tetap akan mengusulkan gagasannya.
c.   Narto harus belajar giat agar naik kelas.
d.   Kami tidak sependapat dengan dia. Kami tidak akan menghalanginya.
e.   Kami tidak sependapat dengan dia. Biarpun begitu, kami tidak akan menghalanginya.
Konjungsi-konjungsi itu dapat menghubungkan kata, frasa, ataupun klausa. Dalam hubungannya dengan kata dan frasa, bentuk konjungsi bertindak sebagai preposisi. Dalam hubungannya dengan klausa, bentuk konjungsi bertindak sebagai murni konjungsi. Dengan demikian, kalimat frasa dan klausa pun dapat diidentifikasi.
Contoh:     Ibu  tidak  berbelanja  karena  uangnya  habis

tidak  berbelanja              (frasa)
karena                            (konjungsi)
uangnya  habis               (klausa)
Ibu  tidak  berbelanja       (klausa)

Klausa Ibu tidak berbelanja sebagai klausa induk dan klausa uangnya habis sebagai klausa anak. Konjungsi karena sebagai konjungsi subordinatif-sebab yang menghubungkan dua klausa atau lebih dengan status sintaksis tidak sama. Jadi, ada klausa induk dan klausa anak.