Mengubah tekswawancara menjadi bentuk narasi
Kalian pernah membaca berita? atau artikel
disebuah majalah atau surat kabar? kalian tentu tahu dari mana sumber tulisan
berita artikel itu dibuat, yupz tulisan dikoran atau majalah itu dibuat dari
peroses wawancara, bicara soal wawancara, apakah wawancara itu? wawancara
adalah suatu kegiatan tanya jawab antara wartawan dan narasumber, kegiatan
tanya jawab tersebut merupakan bentuk dialog atau percakapan. nah lalu
bagaimana sebuah bentuk dialog dapat berubah menjadi paragraf yang apik dan enak
dibaca, itu adalah proses menarasikan sebuah dialog wawancara menjadi paragraf
narasi.
Perhatikan contoh menarasikan wawancara berikut ini!
Wartawan :
“Wah hebat! Adik telah berhasil menjadi juara pertama Olimpiade Matematika.”
Pelajar :
“Terima kasih.”
Wartawan :
“Berapa lama Adik mempersiapkannya?
Pelajar :
“Yah, kira-kira 1 tahun.”
Teks
wawancara tersebut jika diubah menjadi narasi akan menjadi seperti berikut ini !
Seorang
pelajar telah berhasil menjadi juara pertama Olimpiade Matematika. Persiapan
yang dibutuhkan untuk mengikuti lomba tersebut selama 1 tahun.
Contoh lain
Penanya :
“Bagaimana perkembangan anggur Australia saat ini, Pak?”
Narasumber :
“Menggembirakan! Sembilan belas tahun yang lalu anggur Australia
telah diuji coba di kebun Banjarsari, Probolinggo, Jawa
Timur. Rasanya manis, segar dengan aroma harum”
Teks
wawancara di atas dapat kita ubah menjadi narasi sebagai berikut:
Perkembangan
anggur Australia saat ini sungguh menggembirakan. Sekitar sembilan belas tahun
yang lalu anggur Australia telah diuji coba di kebun Banjarsari, Probolinggo,
Jawa Timur. Anggur tersebut rasanya manis dan segar dengan aroma
yang harum.
Ubahlah teks wawancara berikut menjadi bentuk narasi
LATIHAN 1
Wawancara
dengan Romy Rafael
Wartawan
: “Ilmu magic apa yang selama ini
ditekuni?”
Narasumber
: “Selama ini saya menekuni ilmu hipnotis.”
Wartawan
: “Darimana anda dapat mengetahui ilmu ini? Apakah sejak anda mengetahuinya
anda langsung tertarik?”
Narasumber
: “Saat masih kecil, kehidupan saya dengan teman-teman saya yang lain memang
sedikit berbeda. Di saat teman-teman saya yang lain berkumpul untuk bermain,
saya menyendiri. Karena kebiasaan itu, saya sering kali menjadi bahan ejekan
teman-teman, dan jadilah saya seorang yang tidak percaya diri. Begitu pula saat
saya duduk di bangku SMP, sifat saya yg tertutup membuat saya tidak memiliki
banyak teman. Beruntung dari keadaan itu, saya memiliki ‘teman-teman baru’
berupa buku, dari buku- buku yang saya baca itulah saya mendapatkan karakter
diri saya dan mulai tertarik pada ilmu hipnotis.”
Wartawan
: “Berapa lama anda mendalami ilmu hipnotis ini? Dimana sajakah anda
mendalaminya?”
Narasumber
: “Saya mendalami ilmu hipnotis dan berbagai kegunaannya lebih dari empat tahun
di Amerika.
Disana saya pernah belajar di Hypnotism Training Institute, Ultimate Stage Hypnotism Institute dan Institute for Neuro Research and Education.”
Disana saya pernah belajar di Hypnotism Training Institute, Ultimate Stage Hypnotism Institute dan Institute for Neuro Research and Education.”