Suara dan Alat Ucap Manusia
Artikulasi dapat diartikan dengan
bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Ilmu
yang mempelajari alat ucap manusia dan tata suara yang dihasilkannya disebut fonologi . Alat ucap
manusia menghasilkan lambang-lambang suara yang bermacam-macam. Setiap suara yang dihasilkannya memiliki
ciri tersendiri yang dapat dijelaskan proses pengucapannya. Setiap lambang
bunyi tersebut disimbolkan dengan bentuk huruf dalam bahasa tulis dan fonem
untuk bahasa lisan. Lambang-lambang bunyi tersebut dapat dihasilkan oleh adanya
arus ujaran yang masuk ke rongga mulut dan memengaruhi pergerakan pita suara
serta getaran di sekitarnya yang kemudian menimbulkan efek-efek suara. Jika arus yang keluar tidak
mendapatkan hambatan atau rintangan, akan menimbulkan bunyian yang dikelompokkan menjadi kelompok vokal, yaitu a,
i, u, e, o (berjumlah lima
huruf), tapi diucapkan dengan enam fonem / a /, / i /, / u /, / e /, / /, / o /. Bentuk ucapan e ada yang lemah / ə /
dan e lebar atau / /, bentuk gabungannya disebut dengan diftong. diftong adalah gabungan dua vokal yang menimbulkan bunyi luncuran lain.
Contoh
diftong
adalah: au, ai, oi yang dibaca (aw), (ay), (oy).
Contoh kalimat:
1. Harimau (harimaw) itu berhasil ditangkap penduduk.
2. Mereka bermain voli pantai . (Pantay)
3. Para
buruh memboikot (memboykot) pertemuan
itu.
Proses bunyi ujar yang dihasilkan oleh
karena arus ujaran yang keluar mendapat hambatan disebut konsonan . Proses itu
terdiri atas hal-hal berikut.
1. Bilabial , bila bunyi ujar yang dihasilkan dengan mempertemukan kedua
bibir; seperti b, p, m.
2. Laringal , bila bunyi ujar yang terjadi karena pita suara terbuka agak lebar. Contoh: h .
3. Velar , apabila bunyi ujar yang dihasilkan oleh lidah bagian belakang (Artikulator)
dan langit-langit lembut (titik artikulasi), seperti k, g, ng, kh, q.
4. labio
dental , bila bunyi ujar yang
dihasilkan dengan mempertemukan gigi atas (titik artikulasi) dengan bibir bawah
(artikulator); seperti f, v, w.
5. Alpico
interdental / dental , bila bunyi ujar yang
dihasilkan oleh ujung lidah (artikulator) dengan daerah lengkung gigi (titik
artikulator), seperti t,
d, n .
6. Spiral , bila bunyi ujar yang dihasilkan dari udara yang keluar dari paru-paru
yang mendapat hambatan getaran lidah. Contoh: s,
z, sy.
7. Uvular , bila bunyi getar lain yang dihasilkan oleh anak tekak sebagai
artikulator dengan lidah bagian belakang sebagai titik artikulasinya. Contoh: r
- tidak jelas.
8. apikal , bila bunyi getar yang dihasilkan dengan mendekatkan lidah ke
langit-langit lembut atau lengkung kaki gigi dengan sistem getar menimbulkan
bunyi ujar. Contoh: r
- jelas.
Di samping bentuk gabungan vokal yang menimbulkan bunyi luncuran,
pada konsonan terdapat bunyi atau fonem yang memiliki bentuk pengucapan yang lebih
dari satu. Namun, perbedaan
pelafalannya tak memengaruhi arti. Misalnya,
pada fonem / p / pada kata panen merupakan lafal
terbuka dan biasanya penempatannya di awal kata, sedangkan lafal tertutup pada kata atap terdapat pada akhir kata ini disebut
dengan alofon .
Demikian pula pada fonem / b / akan dibaca [b] jika di awal
kata, namun dilafalkan / p / bila berada di akhir kata.
Contoh:
- [Lembab] dilafalkan [lembap>]
- [Jawab] dilafalkan [jawap>]
- [Adab] dilafalkan [adap>]
Tapi diucapkan / b / kembali bila diberi akhiran-an
Contoh:
- [Lembap>] à [kelembaban]
- [Jawap>] à [jawaban]
- [Adap>] à [peradaban]
Gejala pelafalan ini juga terjadi pada
fonem / d / yang dilafalkan / t> / bila di akhir kata, tapi kembali dibaca /
d / jika diberikan akhiran yang ada vokalnya. Misalnya,
kata [abad] dibaca [abat>], tapi kembali / d / pada [Abadi].
Yang perlu dicermati sebenarnya adalah
bila perbedaan lafal tersebut memengaruhi arti. Dalam bahasa Indonesia, perbedaan
ucapan pada satu bentuk kata atau tulisan yang sama, tapi diucapkan berbeda dan
menimbulkan arti yang berbeda dikenal dengan bentuk homograf .
Contoh:
- Fonem
/ e / pada kata apel [apəl] dan fonem / Є / pada kata apel [apЄl]. Kata [apəl]
berarti jenis buah dan kata [apЄl] berarti upacara bendera.
- Seret
[səret] = berarti tersendat-sendat; tidak lancar
- Seret
[sЄret] = berarti menaik suatu benda menyusur tanah
-
Serang [sЄrang] = berarti nama tempat / wilayah di Jawa Barat
-
Serang [sərang] = berarti penyerbuan atau serbu
Pengucapan atau pelafalan harus sesuai
dengan bentuk hurufnya. Dalam Ejaan yang Disempurnakan (EYD) telah diatur
bentuk pengucapan atau pelafalan setiap huruf atau abjad dalam bahasa Indonesia
(lihat lagi pelajaran Bab 1).
Dengan demikian, membaca singkatan yang hanya terdiri atas
beberapa huruf yang berdiri sendiri, harus tepat artikulasi atau pelafalannya. Begitu juga dengan bentuk akronim
serta beberapa kata yang
sering
diucapkan tak baku .
Di bawah
ini diperinci pengucapan yang baku dan tidak baku pada sejumlah bentuk
singkatan atau akronim termasuk pengucapan singkatan yang berasal dari bahasa
asing.
Contoh:
diucapkan berbeda dan
menimbulkan arti yang berbeda dikenal dengan bentukhomograf .
Contoh:
- Fonem / e / pada kata
apel [ap l] dan fonem / / pada kata apel [ap l]. Kata
[ap l] berarti jenis buah dan
kata [ap l] berarti upacara
bendera.
- Seret [s ret] = berarti tersendat-sendat; tidak
lancar
- Seret [s ret] = berarti
menaik suatu benda menyusur tanah
- Serang [s rang] =
berarti nama tempat / wilayah di Jawa Barat
- Serang [s rang] = berarti penyerbuan atau serbu
Pengucapan atau pelafalan
harus sesuai dengan bentuk hurufnya. Dalam
Ejaan Yang DiSempurnakan (EYD) telah diatur bentuk pengucapan atau pelafalan
setiap huruf atau abjad dalam bahasa Indonesia (lihat lagi pelajaran Bab
1). Dengan demikian membaca
singkatan yang hanya terdiri atas beberapa huruf yang berdiri sendiri, harus
tepat artikulasi atau pelafalannya. Begitu
juga dengan bentuk akronim serta beberapa kata yang sering diucapkan tak baku .
Di bawah ini diperinci pengucapan yang
baku dan tidak baku pada sejumlah bentuk singkatan atau akronim
termasuk pengucapan singkatan yang berasal dari bahasa asing.
Contoh:
Singkatan / kata Lafal
Tidak Baku Lafal Baku
BBC [be be se], [bi bi
si] [be be ce]
ABC [a be se], [a bi si]
[a be ce]
BSD [bi es di] [be es de]
IMF [ay em ef] [i em ef]
TVRI [ti vi er i] [te ve
er i]
MTQ [em te kyu] [emte ki]
IGGI [ay ji ji ay] [i ge
ge i]
ICW [i se we] [i ce we]
Taxi [teksi] [taksi]
Psikologi [psaykoloji]
[psikologi]
BCA [Be se a] [be ce a]
Speaker [spiker] [speker]
pascasarjana
[paskasarjana] [pascasarjana]
Logis [lohis] [logis]
pendidikan [pendidi'an]
[pendidikan]
Pohon [puhun] [pohon]
sosiologi [sosiolohi]
[sosiologi]
Exit [ekit] [eksit]
Akronim
bahasa asing (singkatan yang dieja seperti kata) yang bersifat internasional
memiliki kaidah tersendiri, yakni tidak dilafalkan seperti lafal Indonesia ,
tetapi singkatan itu dilafalkan seperti aslinya.
Contoh:
Akronim bahasa asing
(singkatan yang dieja seperti kata) yang bersifat internasional memiliki kaidah
tersendiri, yakni tidak dilafalkan
seperti lafal Indonesia ,
tetapi singkatan itu dilafalkan seperti aslinya.
Contoh:
Kata Lafal Tidak Baku Lafal Baku
UNESCO [u nes tjo] [yu
nes ko]
UNISEF [u ni tjef] [yu ni
sef]
Sea Games [se a ga mes]
[si ge ims]
e-mail [emil] [imel]
Hitech [Hitek] [haytekh]