Teknik Khusus Dalam Membaca Cepat: Membaca Koran (2)
Nah, jika di artikel sebelumnya saya membahas tentang konsep piramida terbalik dalam penyusunan berita jurnalistik, dalam artikel ini kita akan mencoba menerapkannya secara langsung.
Kita buktikan. Inilah contohnya, saya ambil dari harian Kompas, 12 April 2009.
Pada paragraf pertama tertulis, “Protes antipemerintah menerobos masuk ke tempat penyelenggaraan konferensi tingkat tinggi pimpinan negara-negara Asia di Pattaya, Thailand, Sabtu (11/4). Kerusuhan itu memaksa Pemerintah Thailand membatalkan KTT dan menyatakan Pattaya dalam status darurat.”
Lalu, paragraf berikutnya, “Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono sempat tertahan di bandara militer U-Tapao selama sekitar dua jam sebelum akhirnya mendapat kepastian penundaan pertemuan puncak ASEAN Plus 3 dan Asia Timur di Pattaya.”
Dari dua paragraf itu sudah bisa kita dapatkan: (1) What/Apa: Pemrotes menerobos acara KTT Asia. (2) Who/Siapa: pelakunya adalah para pemrotes anti pemerintah Thailand. (3)When/Kapan: Sabtu, 11 April 2009. (4) Where/Di mana: di Pattaya, Thailand. (5)Why/Kenapa: belum ada informasi di dua paragraf ini. (6) How/Bagaimana kejadiannya: mereka memaksa menerobos masuk ke tempat berlangsungnya acara.
Nah, dari keenam kaidah 5W + H, hanya satu poin yang belum terjawab, yaitu poin Why.Dan informasi tentang ini bisa kita dapatkan di paragraf empat: mereka menuntut mundurnya PM Abhisit Vejjajiva.
Kita coba kembali pada artikel berikut, Dari Kompas, 12 April 2009.
Dalam kutipan berita di atas, informasi 4W pertama bahkan sudah diketahui sejak di paragraf pertama. Sedangkan poin How dijelaskan di paragraf kedua.
What? – Tembok atap Plaza ambrol dan meminta korban. Who? – Satu orang yang tertimpa meninggal (Febi), tiga lainnya luka parah. Where? – Plaza Simpang Lima, Semarang, Jawa Tengah. When? – Sabtu, 11 April 2009 pukul 16.15. Why? – belum terjawab di dua paragraf pertama. How? – Balok berangka besi 9 meter ambrol dan menimpa orang di bawahnya.
Demikianlah biasanya berita disusun. Hanya dengan membaca dua paragraf awal secara cepat, anda sudah bisa menarik inti informasinya kan?
Dan jangan lupa, untuk membaca kolom-kolom dalam koran, tetap gunakan teknik Membaca Vertikal sebagaimana sudah saya jelaskan di artikel ‘Teknik Membaca Vertikal Dalam Membaca Cepat’ sebelumnya.
Saya refresh sedikit poin tentang membaca vertikal di sini: (1) Gerakkan mata Anda dari atas ke bawah, bukan dari kiri ke kanan, dalam membaca setiap kolom koran. (2) Kenali empat sampai lima kata sekaligus dalam sekali fiksasi.
Selamat mencoba.
Teknik Khusus Dalam Membaca Cepat: Membaca Koran (1)
Meski teknik-teknik khusus ini sudah saya singgung dalam e-book Speed Reading for Beginners maupun diulas secara lebih dalam di member area www.membacacepat.com, saya ingin tetap mengulas kembali beberapa teknik ini dalam artikel.
Kenapa kita perlu menerapkan teknik tertentu untuk bacaan tertentu? Atau dengan kata lain, apa perlunya kita membaca secara khusus? Well, karena setiap jenis teks maupun naskah sebenarnya memiliki pola tertentu yang khusus pula. Lebih khusus lagi, bahkan sebenarnya setiap penulis juga memiliki pola maupun gaya penulisan tertentu. Nah, dengan mengenali pola-pola ini, khususnya pola jenis-jenis bacaan, kita akan jauh lebih cepat dalam menangkap apa inti sebuah naskah. Selain itu, kita pun akan terlatih untuk mengenali (dengan cepat!) struktur bacaan, pokok pikiran, maupun kata kunci dalam bacaan. Pada akhirnya, ini sangat membantu mempercepat pemahaman.
Membaca Koran
Tidak banyak yang mengetahui bahwa berita-berita dalam artikel di koran sebenarnyadisusun berbentuk piramida terbalik. Apa maksudnya? Maksudnya adalah, informasi-informasi terpenting justru diletakkan di awal artikel, biasanya pada dua paragraf awal. Sisanya adalah informasi tambahan.
Dalam kaidah jurnalistik, berita disusun atas konsep 5W + H; yaitu What (apa yang terjadi),Who (siapa yang terlibat), Where (di mana terjadinya), When (kapan terjadinya), Why(kenapa bisa terjadi), dan How (bagaimana kejadiannya). Itulah sebenarnya inti sebuah berita: Apa, siapa, kapan, di mana, bagaimana, dan kenapa. Hanya itu.
Nah, dalam penulisan artikel di koran, karena dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi pembaca yang umumnya tidak memiliki banyak waktu, informasi inti terpenting ini disusun pada paragraf pertama dan kedua. Seluruh paragraf sisanya adalah informasi tambahan. Inilah maksudnya piramida terbalik.
Jadi, dalam membaca artikel koran, informasi terpenting selalu ada di dua paragraf pertama saja. Pada dasarnya, Anda cukup membaca dua paragraf pertama, dan Anda sudah bisa menangkap isi berita. Sisanya adalah informasi tambahan, dan baru perlu Anda baca hanya ketika Anda merasa memerlukannya.
Sedikit tambahan mengenai poin Why, kadang informasi tentang ini tidak selalu bisa kita temukan di dua paragraf pertama, namun bisa juga informasi tambahannya juga menjawab poin why ini.
Pada artikel berikutnya, saya akan memberi contoh bagaimana menerapkan hal ini secara langsung pada sebuah artikel di koran.
Teknik Membaca Vertikal dalam Membaca Cepat
Pernahkah Anda memikirkan kenapa artikel-artikel di koran ditulis dalam bentuk kolom-kolom dengan lebar spesifik?
Sebenarnya desain dalam bentuk kolom-kolom itu dimaksudkan agar para pembacanya mudah membaca artikel dengan cepat. Tata letak berbentuk kolom seperti itu membuat pembaca lebih mudah menggerakkan matanya secara vertikal dari atas ke bawah selama membaca, alih-alih dari kiri ke kanan. Nah, dalam teknik membaca cepat, cara membaca seperti ini disebut teknik Membaca Vertikal.
Jika Anda sudah berlatih membiasakan diri untuk membaca beberapa kata sekaligus dan memperluas jangkauan fiksasi mata Anda (caranya telah saya tulis pada artikel-artikel lalu: ‘Mengenali Kata’, ‘Mengenali Frasa’ dan ‘Membaca Satu Kelompok Kata’), maka sekarang Anda bisa mulai berlatih membaca secara vertikal.
Prosesnya adalah seperti gambar berikut ini:
Dalam gambar potongan artikel koran di atas, setiap kolom terdiri dari empat sampai lima kata. Jika Anda sudah berlatih membaca satu kelompok kata sekaligus, maka sekarang, alih-alih Anda membaca dari kiri ke kanan, Anda bisa berlatih membiasakan diri untuk hanya menggerakkan mata Anda dari atas ke bawah dalam membaca setiap kolom koran.
Dengan kata lain, Anda belajar untuk mengenali empat sampai lima kata sekaligus dalam sekali fiksasi, yang dilakukan secara vertikal.
Kita coba latihan berikut. Tahanlah mata Anda untuk tidak membaca dari kiri ke kanan, tapi hanya dari atas ke bawah dalam satu sapuan. Dua contoh kolom berikut ini saya kutip dari e-book saya, “Speed Reading for Beginners” yang bisa Anda download dengan bebas kapan saja.
Sebelumnya, aturlah jarak mata Anda dengan bidang bacaan agar mata Anda bisa melihat empat sampai lima kata sekaligus dalam sekali lihat.
Nah. Meskipun mata Anda tetap fokus pada garis merah, namun Anda tetap bisa membaca kata-kata yang ada di kiri maupun kanan garis. Itulah membaca vertikal.
Kita coba lagi, kali ini sedikit lebih sulit.
Nah. Dari contoh di atas, kelompok pertama terdiri dari tiga kata, lalu berikutnya empat kata, dan terakhir terdiri dari lima kata.
Apakah Anda masih bisa mengenalinya sekaligus?
Teknik membaca vertikal ini, jika telah dikuasai dengan baik, akan sangat berguna bukan saja ketika membaca artikel-artikel berbentuk kolom seperti dalam koran atau majalah, tapi juga ketika membaca buku, ketika jangkauan fiksasi mata sudah cukup luas untuk menjangkau banyak kata sekaligus dan Anda sudah mahir dengan teknik ini.
Untuk memulai berlatih membaca vertikal, kini biasakanlah untuk membaca vertikal setiap kali Anda membaca koran. Setengah sampai satu jam setiap hari, sudah cukup. Pada awalnya, garisi terlebih dulu kolom-kolomnya bila memang diperlukan. Ini akan sangat membantu Anda untuk belajar menguasai teknik membaca secara vertikal.
Selamat berlatih.
Variasi Fiksasi dan Kecepatan Baca dalam Membaca Cepat
Setelah Anda berlatih memperluas jangkauan mata sejauh beberapa kata dalam sekali lihat, kini Anda tentu tidak lagi membaca kata demi kata di sepanjang bahan bacaan, sehingga kecepatan membaca Anda sekarang akan jauh lebih meningkat.
Anda sekarang membaca beberapa kata sekaligus, dan hanya berhenti tiga kali pada setiap baris, kurang lebih seperti ini:
Kalau kita lihat, jangkauan lebar fiksasi mata kita di bacaan relatif konsisten, tetap dan berjarak sama.
Ini hal yang baik. Di tahap awal berlatih membaca cepat, lebar fiksasi yang konsisten seperti ini memang dianjurkan untuk melatih mata untuk selalu mengambil lebar fiksasi tertentu dengan kecepatan yang konsisten pula.
Namun pada tahap yang lebih lanjut, seorang pembaca cepat sebenarnya tidak harus membaca seluruh teks, atau semua jenis buku, dengan kecepatan yang tetap, konsisten, dan dengan lebar fiksasi yang relatif sama seperti contoh tadi.
Sama seperti mengemudikan kendaraan, kita hanya perlu mengerem ketika melalui tikungan yang sulit, namun bisa menambah kecepatan pada jalan yang lurus dan lapang.
Sebagaimana pernah dikemukakan pada artikel “Kebiasaan Buruk Membaca: Membaca Secara Linear” yang lalu, bahwa pada setiap bab, sub-bab, maupun pada setiap paragraf, selalu ada gagasan inti dan informasi tambahan. Penulis sedang berusaha menyampaikan gagasan inti, dan sisanya adalah informasi tambahan yang digunakan untuk memperjelas gagasan inti.
Nah. Kita sebenarnya hanya perlu mengurangi kecepatan baca ketika kita ‘melintasi’ gagasan inti maupun pikiran utama penulis. Kita juga mungkin perlu sedikit mengurangi kecepatan ketika kita menemukan sebuah kata atau istilah baru yang masih asing bagi kita, sebuah argumentasi tertentu yang perlu dipahami lebih dalam, atau semacam itu. Namun pada informasi lain yang sifatnya kurang penting, kita bisa meneruskan membaca dengan kecepatan penuh dan memperlebar jangkauan fiksasi mata kita pada jenis-jenis kata atau gaya kalimat yang sudah sangat familiar bagi kita.
Demikian pula, pada jenis-jenis bacaan ringan, kita bisa membaca dengan kecepatan penuh. Dan pada jenis-jenis bacaan yang sedikit rumit, saintifik atau teoretik, kita bisa sedikit mengurangi kecepatan baca kita, terutama pada istilah-istilah maupun konsep yang perlu kita pahami dengan baik. Namun ketika kita kembali melintasi bagian-bagian yang ringan, mudah, atau sudah kita pahami dengan baik, kita bisa kembali memacu kecepatan baca kita secara penuh.
Di halaman-halaman awal ketika kita baru membaca sebuah buku baru, kita mungkin perlu mengawalinya dengan kecepatan baca sedang, atau misalkan memerlukan tiga atau empat kali fiksasi dalam setiap baris bacaan. Namun semakin ke belakang, ketika kita sudah semakin familiar dengan gaya bahasa penulis maupun istilah-istilah yang digunakannya, kita bisa mengurangi jumlah fiksasi. Dengan demikian, kecepatan baca kita pun semakin meningkat pula.
Contohnya adalah seperti berikut ini, yang saya ambil dari buku Speed Reading for Beginners:
Nah. Pada contoh di atas, lebar fiksasi tidak lagi konstan, melainkan bervariasi bergantung pada perbedaan familiaritas gaya bahasa yang digunakan penulis. Anda juga bisa menggunakan variasi ini bergantung pada istilah maupun tingkat kesulitan gaya penyampaian yang digunakan penulis.
Selamat mencoba.
Latihan Membaca Cepat
Setelah Anda mengetahui dasar-dasar membaca cepat, apa yang menyebabkan orang lambat membaca dan bagaimana cara meningkatkan kecepatan serta pemahaman, maka tibalah saatnya untuk berlatih.
Berikut beberapa bahan latihan sederhaan yang akan membantu Anda menguasai baca cepat dengan baik. Untuk memudahkan Anda, latihan dibagi dalam lima artikel singkat sebagai berikut: