Mengidentifikasi Unsur Intrinsik Teks Drama
Adakah
di antara kamu yang suka menonton film atau sinetron? Pernahkah kamu
mendengarkan siaran drama di radio? Siapakah yang pernah melihat pentas drama
di sekolah, tempat pertunjukan, maupun di lingkungan tempat tinggal
masing-masing?
Drama adalah karya sastra
dalam bentuk dialog yang dipertontonkan di atas pentas oleh tokoh-tokoh dengan
watak masing-masing. Drama merupakan tiruan kehidupan manusia. Dengan
menyaksikan drama, penonton seolah melihat kejadian dalam masyarakat.
Drama merupakan
tontonan yang menceritakan sebuah tema. Di dalamnya ada pemain dengan berbagai
watak, ada pertengkaran antara tokoh yang baik dan yang jahat. Kejadian
ceritanya kadang di dalam rumah, di jalan, di tempat-tempat umum; kadang pagi,
siang, sore, maupun malam hari.
Keasyikan menonton
drama, selain menyaksikan akting (peran) tokoh-tokohnya, kamu sekaligus bisa
menikmati jenis seni lainnya, antara lain tarian, musik, dan tata busana di
atas sebuah panggung.
Kegiatan awal untuk
bisa menikmati sebuah pertunjukan drama adalah kemampuan mengidentifikasi
(memahami) unsur intrinsik naskah drama. Pada pelajaran ini, kamu diharapkan
mampu menganalisis unsur intrinsik teks drama dengan baik.
Untuk mengasah
kemampuanmu dalam membaca dan mengidentifikasi unsur intrinsic (unsur yang
terkandung di dalam teks) teks drama meliputi tema, amanat, tokoh, alur, latar,
gaya bahasa,
dan sudut pandang. Berikut disajikan teks drama.
Sebelum membaca teks
drama berikut, berdiskusilah dengan teman sekelas mengenai dirimu
masing-masing. Apa arti teman bagimu? Perlukah seseorang memilih-milih teman
bermain dengan melihat fisik maupun latar belakang keluarga?
Teks drama berikut juga
mengisahkan remaja dengan latar belakang keluarga yang berbeda tapi keduanya
memiliki sifat-sifat baik dan berjanji untuk saling menolong. Bacalah dalam
hati!
Janji
Panggung menggambarkan tempat di pinggir jalan pada siang hari
yang lengang. Di latar belakang tampak pepohonan yang cukup rimbun.
Yanti
: (Muncul dengan membawa buku, berjalan
akan pulang, tetapi bertemu Herman dan keduanya saling menyapa).
Herman
: (Menegur lebih dulu) “Heh, cari barang rongsokan ya?”
Yanti
: (Terkejut) “Ah, kamu
Herman, jadi terkejut aku.”
Herman : “Jalan kok
menunduk saja, sedang mencari barang-barang bekas?”
Yanti : “Ah, ada-ada
saja kamu. Masak iya jalanku seperti orang mencari barangbarang
bekas. Kalau begitu,
tolong Her, ambilkan keranjang untuk
rongsokan.
(Ketawa riang) Hihi…”
Herman
: (Berlagak akan mengambil).
“Baik, Nona.”
Yanti : “Her, Her, mau
ke mana?”
Herman : “Lho, kok,
ditanya, ambil keranjang, kan ?”
Yanti : “Her, jangan
begitu, aku main-main saja, kok.”
Herman
: (Diam, pura-pura tersinggung)
Yanti
: (Mendekat pelan) “Herman, aku
main-main saja, lo. Kau marah?”
Herman
: (Masih pura-pura) “Tidak,
aku tidak marah. Hanya…”
Yanti
: (Ingin tahu) “Apa Her?
Katakan. Apakah aku bicara tidak sopan tadi?”
Herman : “Tidak. Hanya
saja kamu….”
Yanti
: (Semakin ingin tahu)
“Herman, katakan saja apa yang kamu maksud.
Biar aku dapat
memperbaiki kekuranganku. Atau, aku harus minta maaf kepadamu, Her?”
Herman : “Tidak. Kamu
tidak usah minta maaf kepadaku. Kamu tidak bersalah. Hanya….”
Yanti
: (Kesal dan takut) “Aku
semakin tidak mengerti dan bingung.”
Herman
: (Semakin menggoda) “Kamu
tidak mengerti, Yanti?”
Yanti
: (Seolah akan menangis)
“Herman, kalau kamu masih menggodaku dan aku bersalah, …baiklah, aku pulang
saja. Aku malu, Her.”
Herman
: (Maksud menggoda jadi pudar)
“Yanti, aku…, hahaaa…”
Yanti
: (Melihat keanehan)
Herman
: (Mendekat) “Yanti, aku
sebenarnya mencoba ketabahanmu.”
Yanti
: (Sadar kalau digoda) “Aku
kira… kamu marah padaku.”
Herman : “Buat apa
marah tanpa sebab, Yanti? Aku bukan pemuda yang mudah naik darah…hahaa….”
Yanti : “Kau dari mana?
Pulang sekolah?”
Herman : “Tidak, dari
menyelesaikan pekerjaan rumah orang.”
Yanti
: “Di rumah orang? (Keheranan)
Maksudmu?”
Herman : “Ayo, coba
terka, Ti.”
Yanti
: (Menjawab) “Kau menggoda
lagi ya.”
Herman : “Hahaaa, eee,
yang ini tidak, Ti. Aku ingin tahu kemampuanmu menerka teka-teki ini. Cobalah
kalau dapat. Hadiahnya besar.”
Yanti : “Enggak mau,
Her. Aku takut salah lagi. Kamu saja yang menjawab.”
Herman
: (Senyum) “Baiklah, begini
Yanti, aku sudah lama mencoba membantu ayahku mencari rezeki. Yaaa…, sambil
belajar untuk hidup mandiri kelak.”
Yanti : “Yang kamu
maksud itu, kamu sudah bekerja sambilan untuk membantu kebutuhan hidup
keluargamu?”
Herman : “Yaaah,
begitulah kurang lebihnya. Hanya saja tidak tetap. Sekali waktu kalau ada
kesempatan, seperti kalau tidak ada ulangan atau tidak ada PR.”
Yanti : “Kalau begitu,
tentunya kamu sibuk sekali, Her.”
Herman
: “Bukan hanya sibuk, malah aku sering mbolos.”
Yanti
: “Mbolos? Apa tidak dimarahi
Pak Guru?”
Herman : “Semua ini
karena terpaksa untuk memenuhi kebutuhan mendesak. Siapa lagi kalau bukan aku.
Ayahku menghidupi tujuh orang, termasuk aku.”
Yanti : “Ooooh, kamu
masih punya adik empat, Her. Alangkah bahagianya kamu.”
Herman : “Memang,
kelihatannya, keluarga kami bahagia.”
Yanti
: “Kalau sering mbolos, apa tidak terganggu belajarmu?”
Herman : “Sering
meninggalkan pelajaran, memang terganggu. Aku sering mendapat teguran.
Alhamdulillah, ayahku dapat menjelaskan, dan Bapak Kepala Sekolah dapat
memahaminya.”
Yanti : “Tak kusangka,
pengorbananmu demikian besar, Her. Tentunya orang tuamu amat bangga punya anak
laki-laki seperti kamu.”
Herman : “Apa yang
kulakukan atas kemauanku sendiri, tanpa paksaan dari siapa saja. Ayahku sebenarnya
tidak pernah mengizinkan aku membantu mencari nafkah.”
Yanti : “Herman,
ngomong-ngomong apakah kamu bersedia membantu aku?”
Herman
: (Terkejut) “Eeee, apa yang
kamu maksud, Ti?”
Yanti
: (Ragu-ragu) “Eeee, kalau
tidak ada waktu, tak apalah, besok-besok saja.”
Herman
: “Lho, dapat. Dapat, Ti. Cuma, kalau bantuan yang kamu maksud itu… ” (Ragu-ragu akan meneruskan)
Yanti
: (Menjawab datar) “Masak
bahan ulangan saja nggak ada waktu.”
Herman
: (Terkejut) “Haa, bahan
ulangan? Aku kira nonton film.”
Yanti
: (Heran) “Nonton film, yang ngajak nonton kamu siapa?”
Herman
: “Iya, iya…begini, terus terang saja aku sangat hati-hati mengeluarkan uang
yang tidak banyak manfaatnya. Maka dari itu, permintaan bantuanmu tadi langsung
kukira akan ngajak nonton film.”
Yanti : “Gayamu, kau kira
aku apa? Aku bukan teman-temanmu itu.”
Herman : “Maaf, Ti aku
salah menafsir bicaramu.”
Yanti
: (Ganti salah tingkah)
“Herman, aku kan
tidak mengajakmu nonton. Jangan mengira seenaknya. Sebenarnya aku tidak
berencana minta bantuanmu, tapi karena kebetulan bertemu, apa salahnya aku
menyampaikan maksud
baikku.”
Herman
: (Nada mengalah) “Iya, iya,
aku sudah mengerti. Aku bersedia membantumu, belajar bersama.”
Yanti
: “Bersama, bersama? Kau kira aku pacarmu, ya?” (Berlagak berlalu)
Herman : “Yanti, aku kan sudah minta maaf
atas kesalahanku, masa masih saja dianggap salah. Aku kan temanmu.”
Yanti
: (Hatinya luluh) “Jadi, kau ngaku salah, ya. Ingat baik-baik, aku
bukan pacarmu, Her. Aku hanya temanmu. Aku bukan perempuan bebas, bukan gadis
yang suka pesta dan mau enak sendiri.”
Herman : “Iya, iya.
Sudah jelas semuanya. Aku hanya akan membantumu belajar, dan….”
Yanti : “Dan apa lagi. Minta
upah ya…?”
Herman
: (Rasa takut) “Di rumahmu?
Aku takut, Ti.”
Yanti
: “Takut, mengapa? Ooo, iya, rumahku jelek. Ya sudahlah….” (Berlalu)
Herman
: “Heee, tunggu dulu. Kamu ini bagaimana? Kok mudah ngambek.
Maksud saya di sekolah atau di perpustakaan, karena aku takut ayahmu.”
Yanti
: (Tertawa senang)
“Hi..hi..hi, Herman, kamu ini pemuda apa? Bertemu ke rumah orang kok takut. Mau
jadi banci, ya. Hi..hi..hiii.”
Herman : “Bukan begitu.
Aku kan belum
pernah bertemu dengan ayahmu. Yang aku kenal baru ibumu.”
Yanti : “Kau ke rumahku
karena aku yang minta. Mengapa kau akan mundur menemui halangan?”
Herman : “Oke, asal
kamu yang menanggung risikonya, aku akan datang ke rumahmu. Tapi, aku hanya
membantu kamu dalam belajar, lho.”
Yanti : “Habis, mau apa
lagi?”
Herman
: “Stop, stop. Jadi rame nanti.
Sudah siang, mari kita pulang.”
Yanti
: (Melihat sekeliling) “Wah,
iya Her, sampai lupa aku. Ibuku jangan-jangan marah kalau aku pulang terlambat.
Baiklah kalau begitu. Jangan lupa Her, ke rumahku nanti sore, ya?”
Herman
: (Masih ragu) “Yanti,
bagaimana kalau besok saja.”
Yanti : “Her, kau mau
datang sendirian ke rumahku? Pemuda kok pemalu.”
Herman : “Iya, Ti. Aku
tak biasa bertamu ke rumah anak perempuan.”
Yanti
: (Teringat sesuatu) “Ooh
iya, kebetulan, nanti sore aku disuruh ibuku mengantarkan barang ke rumah
Bulik. Nah, kau menunggu di sini. Nanti setelah dari rumah Bulik, aku lewat
sini, lalu kita bersama ke rumahku.
Setuju, Her?”
Herman
: (Berpikir-pikir) “Bolehlah.
Pokoknya, kamu yang menanggung risikonya.”
Yanti
: (Tertawa senang) “Herman,
ayahku orangnya baik sekali. Kamu tentu tak akan diterima dengan muka cemberut.
Sampai nanti, ya Her.”
Berdiskusilah untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut!
1. Penokohan dan wataknya
Deskripsikan
tokoh-tokoh dalam kutipan drama tersebut!
2. Latar cerita
Identifikasi di mana
saja latar drama di atas!
3. Alur
a. Di awal cerita
dilukiskan percakapan ringan antara Yanti dan Herman. Ceritakan kembali apa
yang mereka bicarakan!
b. Di tengah dialog,Yanti
dan Herman bertikai karena kepura-puraan Herman hingga membuat Yanti kesal dan
takut. Mengapa Yanti kesal dan takut?
c. Masalah apa lagi
yang timbul hingga Yanti mengatakan bahwa ia bukan perempuan bebas, bukan gadis
yang suka pesta, dan mau enak sendiri?
d. Permasalahan
berkembang ketika Herman malu dan takut ke rumah Yanti sendirian. Mengapa
Herman takut datang ke rumah Yanti? Bagaimanakah penyelesaian akhir yang mereka
sepakati?
4. Tema cerita
Tema apakah yang
disampaikan pengarang pada kutipan drama tersebut?
5. Amanat/pesan pengarang
Amanat apa saja yang
dapat kamu petik dari lakon drama di atas?
teks percakapan bahasa
inggris di telepon, fungsi spineret pada arachnida, apa yang dimaksud residu,
percakapan bahasa inggris di telepon, contoh unsur intrinsik drama, percakapan
penjual dan pembeli, teks deskriptif, deskripsi teks tentang orang, apa yang
dimaksud dengan kelisera, cerpen gotong royong, drama beserta unsur intrinsiknya,
yang dimaksud korasi, yang di maksud hyposentrum, contoh teks drama dan unsur
intrinsiknya, teks drama beserta unsur intrinsiknya, tujuan etika bertelepon
bersama teman sebaya, Pengertian kalisera, contoh drama keberagaman disekolah,
deskripsi tentang ibu dalam bahasa inggris, materi teks deskriptif untuk sd,
soal reading text, teks narrative, gunanya periskop, deskripsi ibu dalam bahasa
inggris, tekstur dalam musik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar