Majas atau Gaya Bahasa
Majas atau gaya
bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam
tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa
sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam
menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis.
Banyak yang mengalami kesulitan
yang di alami siswa dalam belajar majas gaya bahasa. Mengapa ? karena siswa
lebih banyak menghafal dan meninjau dari sisi definisi.
Ada cara yang lebih Praktis
untuk belajar ini. Perhatikan contoh berikut :
Majas Personifikasi = Membandingkan benda mati seolah-olah hidup
Ombak pantai menyapu gubuk-gubuk
di Pantai Parangtritis.
Perhatikan kata kerjanya
adalah menyapu, Ombak = benda mati melakukan tindakan
menyapu (ombak tidak bisa melakukan itu) Jadi pada majas ini yang
diperhatikan adalah pekerjaan kalau pelaku tidak bisa melakukan maka
Personifikasi.
I. Majas perbandingan
Alegori adalah majas yang menjelaskan maksud tanpa secara harafiah. Umumnya alegori merujuk kepada penggunaan retorika, namun alegori tidak harus ditunjukkan melalui bahasa,
misalnya alegori dalam lukisan atau pahatan.
Contoh: Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang
mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak
kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti
ketika bertemu dengan laut.
2.
Alusio: Pemakaian ungkapan
yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal.
Majas perbandingan yang menggunakan berbagai kata kiasan, peribahasa yang
sudah lazim didengar semua orang.
Contoh penggunaan : Sudah dua hari ia tidak terlihat batang
hidungnya.
Penjelasan : Kata 'Batang
hidung' dalam kalimat diatas sudah lazim didengar orang dan diketahui artinya,
yang mana 'Batang hidung' berarti " Sosok seseorang ". Kalimat diatas
berarti : Sudah dua hari ia tidak terlihat sosoknya ( bersembunyi ).
3.
Antropomorfisme: Metafora yang menggunakan kata
atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.
Antropomorfisme adalah atribusi karakteristik manusia ke makhluk bukan manusia. Subyek antropomorfisme seperti binatang yang digambarkan sebagai makhluk dengan motivasi manusia, dapat berpikir
dan berbicara, atau benda alam seperti angin atau matahari. Istilah antropomorfisme berasal dari bahasa Yunani ἄνθρωπος (anthrōpos), manusia
dan μορφή (morphē), bentuk. Tiga hewan antropomorfis yang paling
terkenal sampai saat ini adalah Donal Bebek, Miki Tikus, serta Tom dan Jerry.
4.
Antonomasia: Penggunaan sifat sebagai nama diri
atau nama diri lain sebagai nama jenis.
Antonomasia adalah sebuah majas
perbandingan yang menyebutkan sesuatu bukan dengan nama asli dari benda
tersebut, melainkan dari salah satu sifat benda tersebut.Penggunaan sifat
sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.
Contoh: Si
Gemuk
Si Lincah
Si Pintar
5.
Asosiasi:
perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.
6.
Aptronim: Pemberian nama
yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang. Aptronim adalah pemberian
nama orang yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
Depersonifikasi adalah majas
yang berupa pembandingan manusia dengan bukan manusia atau dengan benda [1]. Majas ini mirip dengan majas metafora. Contoh: dikau langit, daku bumi.
8.
Disfemisme: Pengungkapan
pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya.
Disfemisme : Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa
kurang pantas sebagaimana adanya. Fabel : Menyatakan perilaku
binatang seperti tingkah laku manusia.
9.
Eufimisme: Pengungkapan
kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang
lebih pantas atau dianggap halus.
Eufemisme adalah ungkapan yang lebih halus sebagai
pengganti ungkapan yang dirasakan kasar.
Contoh : "Di mana 'tempat kencing'nya?" dapat diganti dengan
"Di mana 'kamar kecil'nya?". Kata "tempat kencing"(dalam
bahasa sehari-hari biasa juga disebut WC) tidak cocok jika akan digunakan untuk percakapan yang sopan. Kata
"kamar kecil" dapat menggantikannya. Kata "kamar kecil" ini
konotasinya
lebih sopan daripada kata "tempat kencing". Jadi dalam eufemisme
terjadi pergantian nilai rasa dalam percakapan dari kurang sopan menjadi lebih
sopan.
Eponim adalah nama orang (bisa nyata atau fiksi)
yang dipakai untuk menamai suatu tempat, penemuan atau benda tertentu dikarenakan
kontribusi atau peranan tokoh yang bersangkutan pada obyek yang dinamai
tersebut. Dalam bidang sains dan teknologi, sebuah penemuan biasanya diberi
nama sesuai dengan penemunya,
Mesin diesel (oleh Rudolf Diesel),
distribusi Gauss (oleh Carl Friedrich Gauss),
11.
Fabel: Menyatakan perilaku
binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.
Fabel, diambil dari bahasa Belanda adalah cerita yang menggunakan hewan sebagai tokoh utamanya. Misalkan cerita kancil
atau cerita Tantri di Indonesia.
Banyak satrawan dan penulis dunia yang juga memanfaatkan bentuk fabel dalam
karangannya. Salah seorang pengarang fabel yang terkenal adalah Michael de La Fontaine dari Perancis. Penyair Sufi Fariduddin Attar dari Persia
juga menuliskan karyanya yang termashur yakni Musyawarah Burung dalam bentuk fabel.
Biasa pada sebuah fabel tersirat moral atau makna yang lebih mendalam.
12.
Hipokorisme: Penggunaan nama timangan atau kata
yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.
Hipokorisme adalah penggunaan nama timangan atau kata
yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.
13.
Hiperbola: Pengungkapan
yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk
akal.
Hiperbol (Yunani Kuno: ὑπερβολή 'berlebihan') adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu secara berlebihan. Lawannya antara lain meiosis dan litotes.
Contoh: Suara keras menggelegar membelah bumi.
Perasaanku teriris-iris mendengar kisahnya.
14.
Litotes: Ungkapan berupa
penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri.
Litotes adalah salah satu jenis majas dalam Bahasa Indonesia. Litotes adalah majas yang mengungkapkan perkataan dengan rendah hati dan
lemah lembut. Biasanya hal ini dicapai dengan menyangkal lawan daripada hal
yang ingin diungkapkan.
Contoh: Akan kutunggu
kehadiranmu di bilikku yang kumuh di desa
Wanita itu parasnya tidak jelek
15.
Metonimia: Pengungkapan
berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau
atribut.
Metonimia adalah sebuah majas
yang menggunakan sepatah-dua patah kata yang merupakan merek,
macam atau lainnya yang merupakan satu kesatuan dari sebuah kata.
Terapan dalam kalimat : Ayah
membeli sebatang Djarum Coklat.
Kakak pergi naik Kijang hijau.
Penjelasan :
1.
Kata Djarum Coklat pada kalimat di atas bukanlah
merupakan benda aslinya (sebuah jarum berwarna coklat), melainkan sebuah merek dari sebuah
rokok/kretek.
2.
Kata Kijang hijau pada kalimat di atas bukanlah
merupakan benda aslinya (seekor kijang yang bewarna hijau),
melainkan sebuah merek mobil Toyota
16.
Metafora: Pengungkapan
berupa perbandingan analogis dengan menghilangkan kata seperti layaknya,
bagaikan, dll.
Metafora adalah salah satu majas
dalam Bahasa Indonesia, dan juga berbagai bahasa lainnya. Metafora adalah majas yang mengungkapkan ungkapan secara
langsung.
Contoh: Engkau belahan
jantung hatiku sayangku.
Raja
siang keluar dari ufuk timur.
Jonathan adalah bintang
kelas dunia.
me·ta·fo·ra /métafora/ n Ling pemakaian kata atau kelompok kata bukan
dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan
atau perbandingan, misalnya tulang punggung dalam kalimat pemuda adalah
tulang punggung negara
17.
Personifikasi: Pengungkapan dengan menggunakan
perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia.
Personifikasi adalah salah satu majas dalam Bahasa Indonesia. Personifikasi adalah majas yang memberikan sifat-sifat manusia pada benda
mati.
Contoh: Saat ku melihat
rembulan, dia seperti tersenyum kepadaku seakan-akan aku merayunya.
Mentari
pagi hari membangunkan isi bumi.
18.
Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek
untuk menunjukkan keseluruhan objek.
19.
Parabel: Ungkapan pelajaran
atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita
Parabel (bahasa Yunani: παραβολή,
parabolē) adalah cerita
rekaan untuk menyampaikan ajaran agama, moral,
atau kebenaran umum dengan menggunakan perbandingan atau ibarat [1]. Parabel seperti metafora yang diperluas menjadi suatu kisah
singkat dan berbeda dengan fabel dalam hal
pengibaratannya: fabel menggunakan hewan, tumbuhan, benda, dll. sedangkan
parabel menggunakan manusia. Injil merupakan suatu
contoh yang
banyak mengandung parabel di dalamnya
20.
Perifrase: Ungkapan yang
panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.
Perifrasa adalah majas yang berupa pengungkapan yang panjang sebagai pengganti pengungkapan yang
lebih pendek [1], atau, dengan kata lain, suatu frasa panjang menggantikan frasa yang lebih pendek. Frasa
atau kata
yang digantikan tersebut dapat berupa nama tempat, nama benda, atau nama sifat.
21.
Simile: Pengungkapan dengan
perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan pengubung, seperti
layaknya, bagaikan, dll. Simile adalah salah satu majas
dalamBahasa Indonesia.
Simile adalah majas yang mengungkapkan ungkapan secara tidak langsung.
Contoh;Engkau
yang kusayangi buku
22.
Sinestesia: Majas yang
berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa
indra lainnya.
Sinestesia adalah metafora berupa ungkapan yang berhubungan dengan
suatu indera
untuk dikenakan pada indera lain.
Contoh: Betapa sedap memandang gadis cantik
yang selesai berdandan.
Suaranya terang sekali.
Rupanya manis.
Namanya harum.
23.
Simbolik: Melukiskan
sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud.
Simbolisme adalah majas
yang melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol benda, binatang, atau tumbuhan.
Contoh: Ia terkenal sebagai buaya
darat.
Rumah itu hangus dilalap si jago merah.
24.
Totem
pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud
hanya sebagian.
Contoh: Sudah ditunggu hingga satu jam lamanya tetapi ia tidak nampak
batang hidungnya.
Di sini 'batang
hidung' disebutkan (sebagai anggota tubuh) sebagai kata ganti untuk menyebut
seseorang (secara keseluruhan anggota tubuhnya lainnya)
II. Majas sindiran
1. Ironi:
Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan
dari fakta tersebut.
Ironi adalah salah satu jenis majas dalam Bahasa Indonesia. Ironi adalah majas yang mengungkapkan sindiran halus.
Contoh: Kota Bandung sangatlah
indah dengan sampah-sampahnya
Sarkasme adalah suatu majas
yang dimaksudkan untuk menyindir, atau menyinggung seseorang atau sesuatu.
Sarkasme dapat berupa penghinaan yang mengekspresikan rasa kesal dan marah
dengan menggunakan kata-kata kasar. Majas ini dapat melukai perasaan
seseorang.Biasanya sarkasme digunakan dalam konteks humor.
Contoh: Soal semudah ini saja tidak bisa
dikerjakan. Goblok kau!
Sarkasme erat hubungannya dengan ironi. Fyodor Dostoyevsky,
seorang sastrawan Rusia
mendefinisikan sarkasme sebagai "pelarian terakhir dari orang-orang
berjiwa bersahaja dan murni ketika rasa pribadi jiwa mereka secara kasar dan
paksa dimasuki."[1]
3.
Sinisme:
Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada
manusia (lebih kasar dari ironi).
4.
Satire: Ungkapan yang
menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan
gagasan, kebiasaan, dll.
Satire adalah gaya bahasa untuk menyatakan sindiran terhadap suatu keadaan atau seseorang. Satire
biasanya disampaikan dalam bentuk ironi, sarkasme, atau parodi.
Istilah ini berasal dari frasa bahasa Latin satira atau satura (campuran makanan) [2].
Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.
III. Majas penegasan
2. Alonim: Penggunaan varian
dari nama untuk menegaskan.
Nama samaran atau pseudonim adalah nama
samaran yang dipakai oleh para penulis dalam mengarang karya mereka. Tetapi seringkali pseudonim banyak
menunjukkan nama asli atau sifat asli mereka.
Contoh: Samuel Langhorne Clemens adalah nama asli
pengarang terkenal yang melejit lewat nama samarannya, Mark Twain, bahkan akhirnya nama samaran tersebut jauh lebih dikenal daripada nama
aslinya.
2.
Apofasis:
Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.
3.
Antanaklasis: Menggunakan perulangan kata yang
sama, tetapi dengan makna yang berlainan.
Antanaklasis adalah salah satu majas dalam Bahasa Indonesia. Antanaklasis adalah majas yang menunjukkan pengulangan kata yang sama tetapi
memiliki makna yang berbeda. Contoh:
Engkau dijual engkau dibaca
4. Aliterasi:
Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan. Aliterasi adalah persamaan
bunyi yang terdapat pada deretan kata berdekatan
5. Antiklimaks:
Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih
penting menurun kepada
6. Klimaks: Pemaparan pikiran
atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting meningkat
kepada hal yang kompleks/lebih penting.
Klimaks (dari bahasa Yunani “κλῖμαξ” (klimax) berarti "tangga" dan
"jenjang") ialah titik intensitas atau kekuatan yang terbesar dalam
rentetan menanjak; yakni kulminasi. Istilah klimaks memiliki sejumlah konotasi
khusus dan digunakan dalam bahasa Indonesia::
Klimaks dapat pula
berarti:
Vegetasi
klimaks dalam sebuah ekosistem
Lokomotif
klimaks, lokomotif uap
bergigi
Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara
berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang
kompleks/lebih penting.
9.
Aliterasi: Repetisi
konsonan pada awal kata secara berurutan.
Aliterasi adalah salah satu jenis majas
dalam Bahasa Indonesia. Aliterasi adalah majas yang memanfaatkan kata permulaannya sama bunyi.
Contoh: Dengar Daku Dadaku
Disapu
11.
Asindeton: Pengungkapan
suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.
Asindeton (bahasa Yunani: ἀσύνδετον,
"tak berhubungan") adalah suatu majas
pengungkapan frasa, klausa, kalimat, atau wacana tanpa kata
sambung (konjungsi). Fungsinya antara lain adalah untuk mempercepat ritme
suatu unsur bahasa serta membuat suatu ide atau konsep lebih
mudah diingat. Salah satu contoh asindeton yang terkenal adalah ungkapan veni, vidi, vici (saya datang, saya
melihat, saya menang).
13.
Enumerasio:
Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.
14.
Inversi:
Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.
15.
Interupsi: Ungkapan berupa
penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.
Majas Interupsi ialah majas
yang menggunakan sisipan kata atau frasa ditengah-tengah kalimat untuk
menegaskan maksud. Contoh: Pak Karto, lurah desaku
16.
Koreksio:
Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat,
kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.
19.
Elipsis:
Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur
tersebut seharusnya ada.
Elipsis adalah majas yang menghilangkan sebagian
kata-kata atau kalimatnya. Majas tersebut sering digunakan dalam karya sastra
berbentuk puisi.
Contoh: Oh...
20.
Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan keterangan
tambahan di antara unsur-unsur kalimat.
22. Koreksio: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang
tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.
26.
Pararima:
Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
27.
Paralelisme: Pengungkapan dengan menggunakan
kata, frase, atau klausa yang sejajar
28.
Preterito: Ungkapan penegasan dengan cara
menyembunyikan maksud yang sebenarnya.
30.
Polisindenton:
Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.
31.
Paralelisme adalah salah
satu jenis majas dalam Bahasa Indonesia. Paralelisme adalah majas yang
mengulang kata di setiap baris yang sama dalam satu bait. Contoh:
Kau berkertas
putih
Kau bertinta
hitam
Kau beratus
halaman
Kau bersampul
rapi
Paralelisme: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frase, atau klausa yang sejajar.
32.
Pleonasme: Menambahkan
keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang
sebenarnya tidak diperlukan.
Pleoansme adalah majas yang menambahkan keterangan
pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya
tidak diperlukan. Maka dari itu, Pleonasme termasuk dalam kategori majas
penegasan.
Contoh kalimat yang menggunakan majas pleonasme adalah:
Dia turun ke
bawah. (sudah jelas bahwa turun pasti ke bawah)
Saya sudah
melihat kejadian itu dengan mata kepala saya sendiri. (sudah
jelas bahwa melihat kejadian pasti menggunakan mata kepala sendiri).
34.
Retoris:
Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan
tersebut.
38. Silepsis: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang
berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis.
40.
Silepsis:
Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi
dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis.
Tautologi adalah majas berupa pengulangan gagasan, pernyataan, atau kata
yang berlebih dan tidak diperlukan [1]. Majas ini sangat dekat dengan pleonasme karena sama-sama menambahkan kata atau keterangan yang tidak perlu. Pada
pleonasme, kata yang ditambahkan sudah terkandung atau implisit pada
kata yang diperikannya (misalnya turun ke bawah), sedangkan pada
tautologi, kata yang ditambahkan merupakan kata lain dari kata yang
dijelaskannya (misalnya katakan lagi sekali lagi).
42.
Zeugma: Silepsi dengan menggunakan kata yang
tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga
menjadi kalimat yang rancu.
IV. Majas pertentangan
1. Antitesis: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu
dengan yang lainnya.
3. Kontradiksi interminus: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian
sebelumnya.
4.
Kontradiksi interminus:
Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian
sebelumnya.
Kontradiksi interminus adalah salah satu majas
dalam Bahasa Indonesia. Kontradiksi interminus adalah majas yang menggunakan pernyataan yang
bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya. Maka dari itu, majas ini termasuk dalam kategori majas pertentangan.
Contoh kalimat yang menggunakan majas kontradiksi interminus adalah:
Semua sudah siap kecuali Ani. (pernyataan
"kecuali Ani" menyangkal pernyataan sebelumnya, yaitu "semua
sudah siap")
Kamar itu benar-benar kosong dan sunyi. Tak
ada suara menggema di dalamnya. Hanya detakan jam dinding saja yang terdengar
di sana. (pernyataan terakhir menyangkal situasi
sebelumnya)
5. Oksimoron: Paradoks dalam satu frase. Oksimoron (Yunani: ὀξύς, oxus 'tajam'; μωρός, mōros 'tumpul') adalah majas yang menempatkan dua antonim dalam suatu hubungan sintaksis.
Contoh oksimoron antara lain keramahtamahan yang bengis dan perang saudara. Oksimoron
dapat disusun menjadi paradoks.
6.
Paradoks: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal
yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar.
Paradoks adalah suatu situasi yang timbul dari
sejumlah premis (1) apa yg dianggap
benar sebagai landasan kesimpulan kemudian; dasar pemikiran; alasan; (2)
asumsi; (3) kalimat atau proposisi yang dijadikan dasar penarikan kesimpulan di
dalam logika) . yang diakui kebenarannya yang bertolak dari suatu pernyataan
dan akan tiba pada suatu konflik atau kontradiksi.
Sebuah 'paradoks adalah sebuah pernyataan yang betul atau sekelompok pernyataan
yang menuju ke sebuah kontradiksi
atau ke sebuah situasi yang berlawanan dengan intuisi. Biasanya, baik
pernyataan dalam pertanyaan tidak termasuk kontradiksi, hasil yang
membingungkan bukan sebuah kontradiksi, atau "premis"nya tidak
sepenuhnya betul (atau, tidak dapat semuanya betul). Pengenalan ambiguitas, equivocation,
dan perkiraan yang tak diutarakan di paradoks yang dikenal sering kali menuju
ke peningkatan dalam sains, filsafat, dan matematika.
Kata paradoks seringkali digunakan dengan kontradiksi, tetapi
sebuah kontradiksi oleh definisi tidak dapat benar, banyak paradoks dapat
memiliki sebuah jawaban, meskipun banyak yang tetap tak terpecahkan, atau hanya
terpecahkan dengan perdebatan (seperti paradoks Curry).
Dan juga istilah ini digunakan untuk situasi yang mengejutkan seperti paradoks Ulang Tahun. Ini
juga digunakan dalam ekonomi, di mana sebuah
paradoks adalah sebuah hasil tidak intuitif dari teori ekonomi.
Etimologi paradoks dapat ditelusuri
kembali ke Renaissance. Bentuk awal
dari kata ini muncul dalam bahasa Latin paradoxum dan berhubungan dengan
bahasa Yunani paradoxon. Kata ini terdiri dari preposisi para
yang berarti "dengan cara", atau "menurut" digabungkan
dengan nama benda doxa, yang berarti "apa yang diterima".
Bandingkan dengan ortodoks (secara harafiah
"pengajaran langsung") dan heterodoks
(secara harafiah "ajaran berbeda"). Paradoks pembohong dan paradoks
lainnya dipelajari dalam zaman pertengahan di bawah insolubilia.
Tema umum dalam paradoks
termasuk referensi-sendiri yang langsung dan tak langsung, tak terhingga,
definisi berputar, dan tingkatan alasan yang membingungkan. Paradoks yang tidak
berdasarkan dalam sebuah "error" tersembunyi biasanya terjadi di
pinggiran konteks atau bahasa, dan membutuhkan pengembangan konteks (atau bahasa)
untuk menghilangkan kualitas paradoks mereka.
Dalam filosofi moral,
paradoks memainkan peranan pusat dalam debat tentang etik.
Misalnya, peringatan etis untuk "mencintai tetangga anda" adalah
tidak hanya kontras dengan, tetapi berkontradiksi kepada tetangga bersenjata
yang giat mencoba membunuh anda: bila dia berhasil, anda tidak akan berhasil
untuk mencintainya. Tetapi untuk menyerang mereka terlebih dahulu atau menahan
mereka biasanya tidak dimengerti sebagai tindakan cinta. Ini dapat disebut
sebagai dilema etik.
Contoh lainnya, adalah konflik antara perintah untuk tidak mencuri dan
untuk memberi perhatian kepada keluarga yang anda tidak mampu memberi mereka
makan tanpa mencuri uang.
Paradoks juga dinamakan antinomi karena melanggar hukum kontradiksi principium contradictionis (law of
contradiction).
Paradoks yang tertua dan sangat terkenal adalah paradox pembohong (liar
paradox).
Pernyataan:
Epimenides si orang Kreta mengatakan bahwa semua orang Kreta adalah pembohong
Rangkaian premis berikut in akan tiba pada dua konklusi yang bertentangan:
Jika apa yang dikatan Epimenides benar, ia bukan pembohong.
Jika Epimenides bukan pembohong, apa yang dikatakannya tidak benar.
Jika apa yang dikatakannya tidak benar, ia pembohong.
Konklusi pertama
Jadi, ia adalah pembohong dan bukan orang jujur.
Jika yang dikatakan Epimenides tidak
benar, ia adalah pembohong.
Jika ia pembohong, apa yang dikatakannya tidak benar.
Jika apa yang dikatakannya tidak benar, itu berarti bahwa ia adalah orang
jujur.
Konklusi kedua
Jadi, ia adalah orang jujur dan bukan pembohong.
Apa yang dikatakan Epimenides sebenarnya secara serentak mengandung
kebohongan dan kebenaran. Jika kebohongan, berarti ia benar-benar pembohong,
dan jika kebenaran, ia adalah seorang yang jujur.
Sama seperti dilema, paradoks biasa
digunakan untuk mematahkan argumentasi lawan dengan menempatkannya ke dalam
situasi yang sulit dan serba salah.
Setelah memperhatikan
hal diatas dapat diambil kesimpulan bahwa setiap harinya kita hidup menggunakan
gaya bahasa atau majas tertentu dan hampir di setiap semua puisi dan lagu
maupun syair yang ada semuanya menggunakan majas. Puisi zaman dahulu dan
sekarang berbeda, puisi zaman dahulu kata - katanya lebih menggunakan majas
yang sangat mendalam sedangkan pada zaman sekarang menggunaklan bahasa
keseharian. Seharinya kita menggunakan gaya
bahasa tertentu atau majas tertentu seperti majas ironi atau hiperbola, dan
sebenarnya menggunakan kata 'bagai' juga merupakan salah satu dari perwujudan
majas tersebut. Bagaimana menurut anda? Apa anda setuju dengan saya?
Dan dari
berbagai sumber lain
Peribahasa dan Ungkapan
Peribahasa ialah bahasa
berkias berupa kalimat atau kelompok kata yang tetap susunannya. Berdasarkan
isinya, Peribahasa mencakup pepatah, perumpamaan,pemeo, dan ungkapan.
Pepatah ialah sejenis Peribahasa yang berisi
nasihat atau ajaran dari orang tua-tua.
Contoh:
Hancur badan dikandung tanah, budi
baik dikenang jua.
'
Budi baik itu tidak akan dilupakan orang.'
perumpamaan ialah sejenis
Peribahasa yang berisi perbandingan. Biasanya menggunakan kata: seperti,
bagai, bak, laksana, dan lain-lain.
Contoh:
Seperti air dengan tebing.
'persahabatan
yang kokoh dan tolong-menolong'
Pemeo ialah sejenis Peribahasa yang dijadikan
semboyan.
Contoh:
Patah tumbuh hilang berganti
'
sesuatu yang hilang pasti ada penggantinya'
Ungkapan atau idiom adalah
gabungan kata (frase) yang maknanya sudah menyatu dan tidak dapat ditafsirkan
dengan makna unsur yang membentuknya.
Contoh:
tinggi hati : 'sombong'
ringan kepala : 'mudah belajar'
darah daging : 'anak kandung'
dingin hati : 'tidak bersemangat
uang panas : 'uang tidak halal'
panas rezeki : 'sukar mencari
rezeki'
Sumber: Kosakata Bahasa Indonesia,
Soedjoto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar