Senin, 31 Oktober 2011


Definisi ( Pengertian ) Klausa

      Arti Klausa adalah satuan gramatik yang terdiri atas S–P baik disertai O, PEL, dan KET maupun tidak. Dengan ringkas, klausa ialah S P (O) (PEL) (KET). Tanda kurung menandakan bahwa yang terletak dalam kurung itu bersifat manasuka, artinya boleh ada, boleh juga tidak ada.
Contoh:   Ketika orang-orang mulai menyukai ayam bekisar, Edwin sudah memelihara untuk dijual di pasaran.
Kalimat di atas terdiri dari empat klausa, yaitu:
1.   (ketika) orang-orang mulai     (S–P);
2.   menyukai ayam bekisar        (P–O);
3.   Edwin sudah memelihara      (S–P); dan
4.   untuk dijual di pasaran          (P–Ket.).

I.    Klausa Berdasarkan Kategori Kata atau Frasa

Perhatikan kalimat di bawah ini!
Dimas belum sempat mengunjungi kakeknya kemarin.
Klausa kalimat tersebut jika dianalisis secara fungsional, hasilnya sebagai berikut.

Dimas
Belum sempat mengunjungi
kakeknya
kemarin
S
P
O1
KET
N
V
N
Ket

Dimas
Belum sempat mengunjungi
kakeknya
kemarin
Frasa
P
O1
KET
Kata
V
N
ADV
Keterangan:
N      =    Nomina   (kata benda)
V      =    Verba      (kata kerja)
ADV =    Adverbia  (kata keterangan)

II.   Klausa Berdasarkan Struktur
      Klausa dapat digolongkan berdasarkan tiga dasar.

1.  Klausa Berdasarkan Struktur Intern
    Unsur inti klausa ialah S dan P. Namun demikian, S sering kali dihilangkan dalam kalimat luas sebagai akibat penggabungan klausa dan dalam kalimat jawaban. Klausa yang terdiri atas S dan P disebut klausa lengkap, sedangkan klausa yang tidak ber-S disebut klausa tidak lengkap.

Contoh:
-   Din tidak masuk sekolah karena din sakit.
      Subjek din dalam anak kalimat dapat dihilangkan akibat penggabungan klausa din tidak masuk sekolah dan din sakit.

-   Sedang bermain-main.
Sebagai jawaban pertanyaan Anak-anak itu sedang apa? Klausa dibagi menjadi dua macam, yaitu klausa lengkap dan klausa tidak lengkap. Klausa lengkap, berdasarkan struktur internnya, dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu klausa lengkap yang S-nya terletak di depan P, dan klausa lengkap yang S-nya terletak di belakang P. Klausa yang S-nya terletak di depan P disebut klausa lengkap susun biasa. Klausa lengkap yang S-nya terletak di belakang P disebut klausa lengkap susun balik atau klausa inversi.
Contoh:  Klausa lengkap susun biasa

S
P
Ket
a
Daun pohon itu
Sangat rimbun
-
b
Para siswa
masuklah
Ke ruang kelas
Klausa lengkap susun balik

P
S
Ket
c
Sangat rimbun
Daun pohon itu
-
d
masuklah
Para siswa
Ke ruang kelas
    Klausa tidak lengkap sudah tentu hanya terdiri atas unsur P, disertai O, PEL, atau KET. Contoh:
a.       sedang bermain-main
b.       menulis surat
c.       telah berangkat ke Jakarta
    Klausa e terdiri atas P, klausa f terdiri atas P diikuti O, dan klausa g terdiri atas P diikuti KET.
2.  Klausa Berdasarkan Ada Tidaknya Kata Negatif yang secara Gramatik Menegatifkan P

a.       Klausa Positif
    Klausa positif ialah klausa yang tidak memiliki kata negatif yang secara gramatik menegatifkan P.
Contoh:
-     Mereka diliputi oleh perasaan senang.
-     Mertua itu sudah dianggap sebagai ibunya.

b.       Klausa Negatif
Klausa negatif ialah klausa yang memiliki kata-kata negatif yang secara gramatik menegatifkan P. Kata-katanegatif itu ialah tiada, tak, bukan, belum, dan jangan.
Contoh:
-     Orang tuanya sudah tiada.
-     Yang dicari bukan dia.

3. Penggolongan Klausa Berdasarkan Kategori Kata atau Frasa yang Menduduki Fungsi P

P mungkin terdiri atas kata atau frasa golongan N, V, Bil, dan FD. Berdasarkan golongan atau kategori kata atau frasa yang menduduki fungsi P, klausa dapat digolongkan menjadi empat golongan.

a. Klausa Nominal
    Klausa nominal ialah klausa yang P-nya terdiri atas kata atau frasa golongan N.
Contoh:
-     Ia guru.
-     Yang dibeli orang itu sepeda.
Kata golongan N ialah kata-kata yang secara gramatik mempunyai perilaku sebagai berikut.
-     Pada tataran klausa dapat menduduki fungsi S, P, dan O.
-     Pada tataran frasa tidak dapat dinegatifkan dengan kata tidak, melainkan dengan kata bukan, dapat diikuti kata itu sebagai atributnya, dan dapat mengikuti kata depan di atau pada sebagai aksisnya.

b. Klausa Verbal
Klausa verbal ialah klausa yang P-nya terdiri atas kata atau frasa golongan V.
Contoh:
-     Petani mengerjakan sawahnya dengan tekun.
-     Dengan rajin, bapak guru memeriksa karangan murid.
Kata golongan V ialah kata yang pada tataran klausa cenderung menduduki fungsi P dan pada tataran frasa dapat dinegatifkan dengan kata tidak. Misalnya kata-kata berdiri, gugup, menoleh, berhati-hati, membaca, tidur, dan kurus.

Berdasarkan golongan kata verbal itu, klausa verbal dapat digolongkan sebagai berikut.
1)   Klausa verbal adjektif
Klausa ini P-nya terdiri atas kata golongan V yang termasuk golongan kata sifat atau terdiri atas frasa golongan V yang unsur pusatnya berupa kata sifat.
Contoh:
-       Udaranya panas sekali.
-       Harga buku sangat mahal.

2)   Klausa verbal intransitif
Klausa ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja intransitif atau terdiri atas frasa verbal yang unsur pusatnya berupa kata kerja intransitif.
Contoh:
-       Burung-burung beterbangan di atas permukaan air laut.
-       Anak-anak sedang bermain-main di teras belakang.

3)   Klausa verbal aktif
Klausa ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja transitif atau terdiri atas frasa verbal yang unsur pusatnya berupa kata kerja transitif.
Contoh:
--      Arifin menghirup kopinya.
--      Ahmad sedang membaca buku novel.

4)   Klausa verbal pasif
Klausa ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja pasif atau terdiri atas frasa verbal yang unsur pusatnya berupa kata kerja pasif.
Contoh:
- Tepat di muka pintu, aku disambut oleh seorang petugas.
- Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh MPR untuk jangka waktu lima tahun.


5)   Klausa verbal yang refleksif
Klausa ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja refleksif, yaitu kata kerja yang menyatakan perbuatan yang mengenai pelaku perbuatan itu sendiri. Pada umumnya kata kerja ini berbentuk kata kerja meN- diikuti kata diri.
Contoh:
- Anak-anak itu menyembunyikan diri.
- Mereka sedang memanaskan diri.

6)   Klausa verbal yang resiprokal
Klausa ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja resiprokal, yaitu kata kerja yang menyatakan kesalingan . Bentuknya ialah (saling) meN-, saling ber-an dengan proses pengulangan atau tidak dan saling meN-.
Contoh:
- Pemuda dan gadis itu berpandang-pandangan.
- Mereka saling memukul.

c.       Klausa Bilangan
    Klausa bilangan atau klausa numeral ialah klausa yang P-nya terdiri atas kata atau frasa golongan bilangan.
    Contoh:
- Roda truk itu ada enam.
- Kerbau petani itu hanya dua ekor.
Kata bilangan ialah kata-kata yang dapat diikuti oleh kata penyukat. rang, ekor, batang, keping, buah, kodi, helai, dan masih banyak lagi. Misalnya kata satu, dua, dan seterusnya; kedua, ketiga, dan seterusnya; beberapa, setiap, dan sebagainya; sedangkan frasa bilangan ialah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan, misalnya dua ekor, tiga batang, lima buah, setiap jengkal, beberapa butir, dan sebagainya.

4.     Klausa Depan
Klausa depan atau klausa preposisional ialah klausa yang Pnya terdiri atas frasa depan, yaitu frasa yang diawali oleh kata depan sebagai penanda.
Contoh:
a.       Kredit itu untuk para pengusaha lemah.
b.       Pegawai itu ke kantor setiap hari.
Dalam kalimat tertentu, klausa memiliki dua bagian, yakni klausa induk (induk kalimat) dan klausa subordinatif (anak kalimat). Keberadaan klausa induk dan klausa anak ini mensyaratkan konstruksi tataran sintaksis yang lebih besar.
Perhatikan contoh berikut ini!
Ana pergi pada pukul 06.00  ketika saya sedang mandi
                                     
Ana pergi pada pukul 06.00     (Klausa induk)
ketika saya sedang mandi      (klausa anak)
Penggabungan klausa induk dan klausa anak berarti klausa tersebut memasuki tahap struktur kalimat. Penghubungan antar klausa ini mensyaratkan kehadiran konjungsi (kata sambung). Dilihat dari perilaku sintaksisnya dalam kalimat, konjungsi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu
a.   konjungsi koordinatif (dan, serta, atau, tetapi, . . .);
b.   konjungsi korelatif (baik . . . maupun . . .; entah . . . entah . . .; tidak hanya . . ., tetapi juga . . .; . . .);
c.   konjungsi subordinatif (sejak, karena, setelah, seperti, agar, dengan, . . . .); dan
d.   konjungsi antarkalimat (meskipun demikian begitu, kemudian, oleh karena itu, bahkan, lagi pula, . . .).
Contoh:
a.   Dia menangis dan istrinya pun tersedu-sedu.
b.   Entah disetujui entah tidak, dia tetap akan mengusulkan gagasannya.
c.   Narto harus belajar giat agar naik kelas.
d.   Kami tidak sependapat dengan dia. Kami tidak akan menghalanginya.
e.   Kami tidak sependapat dengan dia. Biarpun begitu, kami tidak akan menghalanginya.
Konjungsi-konjungsi itu dapat menghubungkan kata, frasa, ataupun klausa. Dalam hubungannya dengan kata dan frasa, bentuk konjungsi bertindak sebagai preposisi. Dalam hubungannya dengan klausa, bentuk konjungsi bertindak sebagai murni konjungsi. Dengan demikian, kalimat frasa dan klausa pun dapat diidentifikasi.
Contoh:     Ibu  tidak  berbelanja  karena  uangnya  habis

tidak  berbelanja              (frasa)
karena                            (konjungsi)
uangnya  habis               (klausa)
Ibu  tidak  berbelanja       (klausa)

Klausa Ibu tidak berbelanja sebagai klausa induk dan klausa uangnya habis sebagai klausa anak. Konjungsi karena sebagai konjungsi subordinatif-sebab yang menghubungkan dua klausa atau lebih dengan status sintaksis tidak sama. Jadi, ada klausa induk dan klausa anak.

Rabu, 26 Oktober 2011

Kalimat Majemuk


Kalimat Majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola kalimat atau lebih. Setiap kalimat majemuk mempunyai kata penghubung yang berbeda, sehingga jenis kalimat tersebut dapat diketahui dengan cara melihat kata penghubung yang digunakannya. Jenis-jenis kalimat majemuk adalah:
  1. Kalimat Majemuk Setara
  2. Kalimat Majemuk Bertingkat
  3. Kalimat Majemuk Campuran
  4. Kalimat Majemuk Rapatan

1.    Kalimat Majemuk Setara (Koordinatif)
      Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang pola-pola kalimatnya memiliki kedudukan yang sederajat. Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk setara terdiri dari:
1)       Kalimat Majemuk Setara Penggabungan: Menggunakan kata penghubung `dan`
2)       Kalimat Majemuk Setara Penguatan: Menggunakan kata penghubung `bahkan`
3)       Kalimat Majemuk Setara Pemilihan: Menggunakan kata penghubung `atau`
4)      Kalimat Majemuk Setara Berlawanan: Menggunakan kata penghubung `tetapi`, `sedangkan`, `melainkan`
5)       Kalimat Majemuk Setara Urutan Waktu: Menggunakan kata penghubung `kemudian`, `lalu`, `lantas`
6)       Kalimat Majemuk Setara Sejalan (kata hubungnya dan, serta, lagi pula dll)

Kalimat majemuk setara yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya sejajar atau sederajat.
Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk setara terdiri dari lima macam, yakni:
Konjungsi
Jenis
penggabungan
dan
penguatan/Penegasan
bahkan
pemilihan
atau
berlawanan
tetapi, sedangkan, melainkan
urutan waktu
kemudian, lalu, lantas
Contoh:
1.     Juminten pergi ke pasar.            (kalimat tunggal 1)
2.     Norif berangkat ke bengkel.       (kalimat tunggal 2)
§     Juminten pergi ke pasar sedangkan Norif berangkat ke bengkel. (kalimat majemuk)

Ciri-ciri :
1)       Kedudukan pola-pola kalimat, sama derajatnya.
2)       Penggabungannya disertai perubahan intonasi.
3)       Berkata tugas/penghubung, pembeda sifat kesetaraan.
4)       Pola umum uraian jabatan kata : S-P+S-P 
             Misalnya:
Saya berangkat ke sekolah, sedangkan ibu pergi ke pasar.
Kalimat di atas berpola S-P-K, S-P-K. (sederajat)

2.    Kalimat Majemuk Bertingkat (Subordinatif)
      Kalimat majemuk bertingkat yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat.
Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk bertingkat terdiri dari sepuluh macam,
yakni:          
Konjungsi
Jenis
syarat
jika, kalau, manakala, andaikata, asal(kan)
tujuan
agar, supaya, biar
perlawanan (konsesif)
walaupun, kendati(pun), biarpun
penyebaban
sebab, karena, oleh karena
pengakibatan
maka, sehingga
cara
dengan, tanpa
alat
dengan, tanpa
perbandingan
seperti, bagaikan, alih-alih
penjelasan
bahwa
kenyataan
padahal

Contoh:
1.       Kemarin ayah mencuci motor. (induk kalimat)
2.       Ketika matahari berada di ufuk timur. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)
§         Ketika matahari berada di ufuk timur, ayah mencuci motor. (kalimat majemuk bertingkat cara 1)
  §         Ayah mencuci motor ketika matahari berada di ufuk timur. (kalimat majemuk bertingkat cara 2)

      Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih yang tidak sederajat atau penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda. Salah satu pola menduduki fungsi utama kalimat, yang lazimnya disebut induk kalimat (klausa atasan), sedangkan pola yang lain, yang lebih rendah kedudukannya, disebut anak kalimat (klausa bawahan). Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat. Fungsi itu sekaligus menunjukkan relasi antara induk kalimat dan anak kalimat.
Contoh: Induk Kalimat: Kemarin ayah mencuci motor.
Selanjutnya kata `kemarin` yang menduduki pola keterangan, diperluas menjadi anak kalimat yang berbunyi: Ketika matahari berada di ufuk timur.
Maka penggabungan induk kalimat dan anak kalimat berdasarkan kalimat di atas menjadi:
1)       Ketika matahari berada di ufuk timur, ayah mencuci motor, atau
2)       Ayah mencuci motor ketika matahari berada di ufuk timur.

Anak kalimat (klausa bawahan) dapat dibagi menjadi:
a)  Anak kalimat yang menduduki fungsi utama kalimat, yaitu anak kalimat subjek dan anak kalimat predikat, misalnya:
1)   Yang harus menyelesaikan pekerjaan itu telah meninggalkan tempat ini. (anak kalimat subjek)
2)    Ayah saya yang telah menyelesaikan pembangunan itu. (anak kalimat predikat)
b)   Anak kalimat yang menduduki salah satu fungsi pelengkap, yaitu anak kalimat objek, misalnya:
      Wali kelas telah mengumumkan bahwa kita semua harus hadir besok pagi. (anak kalimat objek)
c)  Anak kalimat yang menduduki salah satu fungsi tambahan yang renggang, yaitu anak kalimat keterangan subjek, anak kalimat keterangan predikat, anak kalimat keterangan objek, anak kalimat keterangan waktu, anak kalimat keterangan sebab, anak kalimat keterangan akibat, dan lain-lain. Misalnya:
1)    Siswa yang baru menempuh ujian berkumpul di halaman. (anak kalimat keterangan subjek)
2)    Wanita itu guru yang mengajar di SMU 78. (anak kalimat keterangan predikat)
3)    Ia telah memukul anak yang mencuri mangga. (anak kalimat keterangan objek)
4)    Sebelum matahari terbit saya berangkat ke sekolah. (anak kalimat keterangan waktu)
5)  Direktur perusahaan itu telah memecat seorang karyawannya karena menggelapkan uang perusahaannya. (anak kalimat keterangan sebab)
6)    Kakinya tersandung batu sehingga tidak dapat berjalan. (anak kalimat akibat)
Cara membuat majemuk bertingkat.

1.   Buatlah kalimat tunggal atau kalimat luas terlebih dahulu.
2.   Kembangkan salah satu jabatan kalimat menjadi klausa  bawahan (anak kalimat )sesuai dengan anak   kalimat apa yg diinginkan.
Contoh :
Ansar akan menyunting seorang gadis minggu depan.
    S                     P              O                  K

Kalimat diatas akan dijadikan bertingkat anak O
Ansar akan menyunting Wanita cantik yang bernama Mutia Rahman minggu depan
   s                       p             S                         P           Pel                   K

Sumber: Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia, Gorys Keraf

3.    Kalimat majemuk campuran

Yaitu gabungan antara kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Sekurang-kurangnya terdiri dari tiga kalimat.
Contoh: Dimas bermain dengan Rama, dan Salsa membaca buku di kamar, ketika aku datang ke rumahnya.

Pronomina atau kata ganti adalah jenis kata yang menggantikan nomina atau frasa nomina.
Contohnya adalah saya, kapan, -nya, ini.


Penggolongan

Cara pembagian kata ganti bermacam-macam tergantung rujukan yang digunakan.
Berikut adalah salah satu cara penggolongan pronomina.
1.    Kata ganti orang. Terbagi tiga dan dapat bersifat tunggal maupun jamak.
a.      Kata ganti orang pertama. Misalnya: saya, aku, kami, kita.
b.      Kata ganti orang kedua. Misalnya: engkau, kamu, kalian.
c.      Kata ganti orang ketiga. Misalnya: dia, beliau, mereka.
2.    Kata ganti pemilik. Misalnya -ku, -mu, -nya.
3.    Kata ganti penanya; berfungsi menanyakan benda, waktu, tempat, keadaan, atau jumlah. Misalnya apa, kapan, ke mana, bagaimana, berapa.
4.    Kata ganti petunjuk. Misalnya ini, itu.
5.    Kata ganti penghubung. Misalnya yang.
6.    Kata ganti tak tentu. Misalnya barang siapa.

Kalimat majemuk campuran yaitu gabungan antara kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Sekurang-kurangnya terdiri dari tiga kalimat.

Contoh:
1.     Toni bermain dengan Kevin. (kalimat tunggal 1)
2.     Rina membaca buku di kamar kemarin. (kalimat tunggal 2, induk kalimat)
3.     Ketika aku datang ke rumahnya. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)
§     Toni bermain dengan Kevin, dan Rina membaca buku di kamar, ketika aku datang ke rumahnya. (kalimat  majemuk campuran)


Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

4.    kalimat majemuk rapatan.
      
       Kalimat majemuk setara yang hanya memiliki satu subjek atau satu predikat.
Misalnya:
a)   Adik memetik dan mengupas mangga itu.
b)   Joko dan Aditiya sedang bermain catur.

Kalimat majemuk rapatan yaitu gabungan beberapa kalimat tunggal yang karena subjek, predikat atau objeknya sama maka bagian yang sama hanya disebutkan sekali.
Contoh:
      1.       Pekerjaannya hanya makan. (kalimat tunggal 1)
      2.       Pekerjaannya hanya tidur. (kalimat tunggal 2)
      3.       Pekerjaannya hanya merokok. (kalimat tunggal 3)
      4.       Pekerjaannya hanya makan, tidur, dan merokok. (kalimat majemuk rapatan)

Lihat Kalimat Majemuk dari sumber lain sebagai berikut

A.  Pengertian.
      Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih. Klaimat majemuk dapat digolongkan sebagai berikut:
1.    Kalimat majemuk Setara  yaitu kalimat majemuk yang kedudukan antar klausanya sejajar atau setara. Klausa-klausa pada kalimat majemuk  setara dihubungkan dengan kata penghubung atau konjungsi.  Berdasarkan kata penghubung yang digunakan, kalimat majemuk setara dibagi menjadi 3 macam:
(a)     kalimat majemuk penjumlahan, ditandai oleh kata penghubung dan, lalu, lagi.
             Contoh: Saya membaca buku dan adik bermain di halaman. 
      (b) Kalimat majemuk pemilihan, ditandai oleh kata penghubung  atau. baik, maupun 
             Contoh:    Ia membeli penggaris atau membeli busur.  
                         Engkau tinggal di sini, atau ikut dengan pembawa barang itu
(c)     Kalimat majemuk pertentangan, yang ditandai oleh kata penghubung diantaranya tetapi, melainkan
             Contoh: Rudi tidak pergi memancing melainkan belajar bersama     dirumah  Hary.
  (d) Kalimat majemuk setara menggabungkan. Biasanya memakai kata tugas, dan, serta, lagi pila
  (e) Kalimat majemuk setara sebab akibat. Biasanya memakai kata tugas : oleh karena itu, sebab itu, dll
          Contoh : Kendaraannya mogok di tengah jalan, oleh karena itu ia terlambat tiba di sekolah

2.    Kalimat majemuk rapatan  yaitu kalimat majemuk setara yang bagian-bagiannya dirapatkan.Hal itu terjadi  karena kata-kata atau frase dalam bagian kalimat menduduki fungsi yang sama. Kalimat majemuk rapatan meliputi:
a.    kalimat majemuk rapatan subyek.
      Contoh:  Pak Andikguru olah raga 
                      S                  P
b.   kalimat majemuk rapatan predikat.
         Contoh:  Rama pandai bermain basket  
                       S         P                    Pel
c.    kalimat majemuk rapatan obyek.
         Contoh:  Ayah Memupuk pohon jeruk Bali
                      S          P                   O      Pel                                           
d.   kalimat majemuk rapatan keterangan.
     Contoh:  Dalam liburan nanti saya akan pergi ke Jakarta  
                      K                        S           P              K

3.    Kalimat majemuk Bertingkat adalah kalimat majemuk yang kedudukan antar klausanya tidak sejajar. Klausa-klausa pada kalimat majemuk bertingkat  dihubungkan dengan kelompok-kelompok konjungsi  yang dimasukkan kedalam jenis-jenis kalimat majemuk bertingkat sebagai berikut:
      a.    kalimat majemuk hubungan pengandaian. Yang ditandai oleh kata penghubung jika, seandainya,  andaikan
            Contoh:  jika tidak hujan, ia akan datang ke pesta itu 
      b.    Kalimat majemuk bertingkat yang menyatakan ‘Perlawanan’ atau ‘Konsesif.
Kalimat majemuk bertingkat yang menyatakan hubungan ‘perlawanan’ adalah kalimat majemuk bertingkat yang klausa sematanya memuat pernyataan yang tidak akan mengubah apa yang dinyatakan dalam klausa utama. Kata penghubung yang digunakan adalah walaupun, meskipun, sungguhpun, kendatipun, biarpun, dan sekalipun. Akibat dari penggabungan ini, klausa sematan merupakan perlawanan klausa utama.
            
      Contoh:      
- Demonstran bersikeras memasuki gedung walaupun polisi sudah memperingatkan agar jangan memasuki gedung. Kalimat tersebut dibentuk dari dua klausa,  yaitu Demonstran berusaha memasuki gedung, dan klausa polisi sudah memperingati agar jangan memasuki gedung. Kedua klausa tersebut dihubungkan dengan kata penghubung walaupun. Klausa yang diikuti kata penghubung walaupun merupakan perlawanan klausa pertama.

         - Para urban tetap mengadu nasib kendatipun mereka mengetahui mengadu nasib di kota besar tanpa bekal keterampilan akan sangat sulit. Kalimat tersebut dibentuk dari dua klausa, yaitu para urban tetap mengadu nasib, dan klausa mereka mengetahui mengadu nasib di kota besar tanpa bekal keterampilan akan sangat sulit. Kedua klausa tersebut dihubungkan dengan kata penghubung kendatipun. Akibatnya, klausa yang diikuti kata penghubung kendatipun merupakan perlawanan klausa pertama.

      c.    Kalimat Majemuk Bertingkat yang Menyatakan ‘Sebab’ atau ‘Kausal’
    Kalimat majemuk bertingkat yang menyatakan hubungan ‘sebab’ atau ‘kausal’ dibentuk dari dua klausa menggunakan kata ‘penyebab’ sebab, karena, dan oleh karena. Klausa yang diikuti kata penghubung ‘ sebab’ merupakan sebab terjadinya hal atau peristiwa pada klausa utama.
            
             Contoh:
1)    Perda Ketertiban Umum dan Raperda Kependudukan akan di usulkan oleh anggota dewan sebab esensi antara keduanya berbeda.
Kalimat tersebut dibentuk dari dua klausa dengan kata penghubung kausal ‘sebab’. Klausa yang diikuti kata penghubung ‘sebab’ merupakan sebab  terjadinya hal atau  peristiwa dalam klausa pertama.        
             2)    Penduduk berbondong – bondong pergi ke kota karena mereka beranggapan Kehidupan di kota akan lebih baik.
        Kalimat tersebut dibentuk dari dua klausa dengan kata penghubung ‘sebab’ yaitu karena sehinga klausa yang diikuti kata penghubung karena merupakan sebab terjadinya hal atau peristiwa dari klausa pertama.

         Catatan:
  Apabila kalimat yang diikuti kata penghubung diletakkan di depan, sebelum kalimat utama diberi tanda koma (,) seperti pada kalimat berikut.
         Contoh:
Agar kebutuhan dua negara dapat terkecukupi, kerja sama antardua negara dilakukan.

4.    Kalimat majemuk Campuran: Bapak pergi ke kantor dan saya membaca buku menggunakan Kalimat Majemuk Bertingkat Menyatakan ‘Tujuan’; ‘Perlawanan’ dan Sebab’. Berdasarkan bentuknya, kalimat dibedakan menjadi kalimat   tunggal  dan kalimat majemuk Terdapat bermacam-macam kalimat majemuk bertingkat. Diantaranya adalah kalimat majemuk bertingkat menyatakan  ‘tujuan’, ‘perlawanan’, dan ‘sebab’.

Kalimat Majemuk Bertingkat yang Menyatakan‘Tujuan’ atau ‘Final’.     Kalimat majemuk bertingkat yang menyatakan ‘tujuan’ atau ‘final’ adalah kalimat  majemuk bertingkat yang klausa sematanya menyatakan suatu tujuan  atau harapan dari apa yang disebut dalam klausa. Klausa semata adalah klausa yang diikuti kata penghubung.
      Contoh:
v . Andi selalu duduk di bangku paling depan agar dia dapat mendengar  dengan jelas dan memahami penjelasan gurunya. Kalimat majemuk tersebut dibentuk dengan kata penghubung ‘tujuan’ agar. Klausa  yang dilekati (diikuti) kata penghubung agar merupakan tujuan klausa pertama.

v    Warga yang  berniat bekerja di Jakarta harus berbekal keterampilan  supaya Kota Jakarta tidak semakin penuh dengan penganguran. Kalimat majemuk tersebut dibentuk dengan kata penghubung ‘tujuan’ supaya. Klausa yang dilekati kata penghubung supaya merupakan tujuan klausa pertama. Selain agar dan supaya, kata penghubung ‘tujuan’ yang lain adalah biar.











Kamis, 14 April 2011

Membaca Kreatif

A.  MEMBEACA KREATIF
1.   Definisi
      Membaca kreatif tidak berhenti setelah bacaan atau buku tuntas dibaca. Masih ada proses tindak lanjut yang tujuan akhirnya berupa  peningkatan kualitas hidup.
      Mungkin Anda seorang kutu buku. Namun, apakah isi setiap bacaan atau buku yang baru selesai Anda baca lewat begitu saja? Ataukah justru memengaruhi pikiran? Bagaimanakah upaya agar pengetahuan yang Anda baca benar-benar berguna untuk meningkatkan kualitas hidup Anda? Pengaruh yang terjadi pada seseorang usai mencermati kata demi kata dalam sebuah bacaan atau buku tidaklah sama. Hal itu sangat bergantung pada cara membacanya. Berdasarkan tingkatan hasil yang diperoleh setelah membaca, jenis membaca dibedakan atas membaca literal, membaca kritis, dan membaca kreatif.
      Membaca literal bertujuan mengenal arti yang tertera secara tersurat dalam teks bacaan. Pembaca cukup menangkap informasi yang tertera secara literal (reading the lines) dalam teks bacaan. Pembaca tidak berusaha mendalami atau menangkap lebih jauh.
      Membaca kritis adalah membaca untuk memahami isi bacaan atau membaca secara rasional, kritis, mendalam, disertai keterlibatan pikiran dalam menganalisis bacaan. Dalam membaca kritis, pembaca berupaya memahami lebih dalam materi yang dibaca. Untuk mencapai tujuan tersebut, pembaca menggunakan empat cara, yaitu bertanya (seolaholah berdialog dengan teks bacaan), menyimpulkan, menghubungkan satu keterangan dengan keterangan lain, dan menilai ide-ide dalam bacaan.

2.  Makna Membaca Kreatif
      Yang paling bermakna dalam kegiatan membaca adalah membaca kreatif. Pada jenis ini, kegiatan membaca merupakan sebuah proses untuk mendapatkan nilai tambah dari pengetahuan yang terdapat dalam bacaan, yaitu dengan mengidentifikasi ide-ide yang menonjol atau mengombinasikan gagasan pokok bacaan dengan pengetahuan yang pernah diperoleh sebelumnya.
      Kegiatan membaca kreatif tidak sekadar menangkap makna dan maksud dari isi bacaan, tetapi juga menerapkan ide-ide atau informasi yang tertuang dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang berkaitan dengan peningkatan kualitas hidup. Dengan menerapkan informasi diharapkan, kualitas hidup pembaca akan lebih terarah dan meningkat. Kalau ternyata begitu selesai membaca tidak ada tindak lanjutnya, berarti ia bukan pembaca kreatif.
      Setelah membaca, pada diri seorang pembaca kreatif secara otomatis akan tampak sejumlah kemajuan, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Dengan kata lain, tingkatan hasil membaca kreatif lebih tinggi daripada membaca literal atau kritis.

3.   Manfaat membaca kreatif
      Membaca kreatif akan memberikan banyak manfaat sesuai bahan bacaan yang dibaca. Banyak tema bacaan bermanfaat yang dapat dibaca, misalnya bacaan tentang siraman rohani, pemikiran para budayawan, informasi cara merawat kesehatan tubuh, informasi soal cara membuat makanan, atau barang.
      Ada juga yang memberikan informasi soal cara memanfaatkan lahan milik sendiri, misalnya membudidayakan tanaman hias, atau tanaman obat. Apabila Anda tertarik untuk memelihara ternak, dari buku pun Anda dapat belajar cara merawat, memilih makanan atau pakan yang diperlukan, dan sebagainya. Pilihan lain untuk menambah pengetahuan antara lain, cara membuat bangunan dan menata ruangan secara artistik, termasuk cara merenovasi suatu bangunan agar terkesan lebih nyaman dan indah.
      Sekarang pun banyak buku yang mengajarkan cara mengatur keuangan keluarga serta cara berinvestasi untuk masa depan. Tak sedikit pula buku psikologi yang dapat memberi masukan tentang cara mendidik dan mengarahkan perkembangan jiwa anak. Ada juga buku tentang hobi atau keterampilan yang mungkin bisa memberikan ide untuk memproduksi sesuatu. Dengan membaca, kita dapat menerapkan pengetahuan baru yang kita peroleh untuk mengembangkan karier atau meningkatkan kemampuan dalam berbagai bidang sesuai kebutuhan masing-masing.
                                                                                                                        Dikutip dari Intisari: Oktober 2003
                                                                                                                     Penulis Yacob Suparsa Asman)