Rabu, 05 Desember 2018

BIOGRAFI MENGENANG N.H. DINI


MENGENANG N.H. DINI

Profil dan Biodata Nh. Dini



Nama Lengkap :     Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin
Alias                  :     NH Dini
Profesi               :     Sastrawan
Agama              :     Islam
Tempat Lahir    :     Semarang, Jawa Tengah
Tanggal Lahir    :     Sabtu, 29 Februari 1936
Ayah                 :     Saljowidjojo
Ibu                    :     Kusaminah
Suami                :     Yves Coffin
Anak                 :     Marie Claire Lintang, Pierre Louris Padang

Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin atau lebih dikenal dengan nama NH Dini adalah sastrawan, novelis, dan feminis Indonesia.


Sejarah hidup

NH Dini dilahirkan dari pasangan Saljowidjojo dan Kusaminah. Ia anak bungsu dari lima bersaudara, ulang tahunnya dirayakan empat tahun sekali. Masa kecilnya penuh larangan. Konon ia masih berdarah Bugis, sehingga jika keras kepalanya muncul, ibunya acap berujar, “Nah, darah Bugisnya muncul".

NH Dini mengaku mulai tertarik menulis sejak kelas tiga SD. Buku-buku pelajarannya penuh dengan tulisan yang merupakan ungkapan pikiran dan perasaannya sendiri. Ia sendiri mengakui bahwa tulisan itu semacam pelampiasan hati. Ibu Dini adalah pembatik yang selalu bercerita padanya tentang apa yang diketahui dan dibacanya dari bacaan Panji Wulung, Penyebar Semangat, Tembang-tembang Jawa dengan Aksara Jawa dan sebagainya. Baginya, sang ibu mempunyai pengaruh yang besar dalam membentuk watak dan pemahamannya akan lingkungan.

Sekalipun sejak kecil kebiasaan bercerita sudah ditanamkan, sebagaimana yang dilakukan ibunya kepadanya, ternyata Dini tidak ingin jadi tukang cerita. la malah bercita-cita jadi sopir lokomotif atau masinis. Tapi ia tak kesampaian mewujudkan obsesinya itu hanya karena tidak menemukan sekolah bagi calon masinis kereta api.

Kalau pada akhirnya ia menjadi penulis, itu karena ia memang suka cerita, suka membaca dan kadang-kadang ingin tahu kemampuannya. Misalnya sehabis membaca sebuah karya, biasanya dia berpikir jika hanya begini saya pun mampu membuatnya. Dan dalam kenyataannya ia memang mampu dengan dukungan teknik menulis yang dikuasainya.

Dini ditinggal wafat ayahnya semasih duduk di bangku SMP, sedangkan ibunya hidup tanpa penghasilan tetap. Mungkin karena itu, ia jadi suka melamun. Bakatnya menulis fiksi semakin terasah di sekolah menengah. Waktu itu, ia sudah mengisi majalah dinding sekolah dengan sajak dan cerita pendek. Dini menulis sajak dan prosa berirama dan membacakannya sendiri di RRI Semarang ketika usianya 15 tahun. Sejak itu ia rajin mengirim sajak-sajak ke siaran nasional di RRI Semarang dalam acara Tunas Mekar.

Karier

Peraih penghargaan SEA Write Award di bidang sastra dari Pemerintah Thailand ini sudah telanjur dicap sebagai sastrawan di Indonesia, padahal ia sendiri mengaku hanyalah seorang pengarang yang menuangkan realita kehidupan, pengalaman pribadi dan kepekaan terhadap lingkungan ke dalam setiap tulisannya. Ia digelari pengarang sastra feminis. Pendiri Pondok Baca NH Dini di Sekayu, Semarang ini sudah melahirkan puluhan karya.

Beberapa karya Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin yang dikenal dengan nama NH Dini, ini yang terkenal, di antaranya Pada Sebuah Kapal (1972), La Barka (1975) atau Namaku Hiroko (1977), Orang-orang Tran (1983), Pertemuan Dua Hati (1986), Hati yang Damai (1998), belum termasuk karya-karyanya dalam bentuk kumpulan cerpen, novelet, atau cerita kenangan. Budi Darma menyebutnya sebagai pengarang sastra feminis yang terus menyuarakan kemarahan kepada kaum laki-laki. Terlepas dari apa pendapat orang lain, ia mengatakan bahwa ia akan marah bila mendapati ketidakadilan khususnya ketidakadilan gender yang sering kali merugikan kaum perempuan. Dalam karyanya yang terbaru berjudul Dari Parangakik ke Kamboja (2003), ia mengangkat kisah tentang bagaimana perilaku seorang suami terhadap isterinya. Ia seorang pengarang yang menulis dengan telaten dan produktif, seperti komentar Putu Wijaya; 'kebawelan yang panjang.'

Hingga kini, ia telah menulis lebih dari 20 buku. Kebanyakan di antara novel-novelnya itu bercerita tentang wanita. Namun banyak orang berpendapat, wanita yang dilukiskan Dini terasa “aneh”. Ada pula yang berpendapat bahwa dia menceritakan dirinya sendiri. Itu penilaian sebagian orang dari karya-karyanya. Akan tetapi terlepas dari semua penilaian itu, karya NH Dini adalah karya yang dikagumi. Buku-bukunya banyak dibaca kalangan cendekiawan dan jadi bahan pembicaraan sebagai karya sastra.

Bukti keseriusannya dalam bidang yang ia geluti tampak dari pilihannya, masuk jurusan sastra ketika menginjak bangku SMA di Semarang. Ia mulai mengirimkan cerita-cerita pendeknya ke berbagai majalah. Ia bergabung dengan kakaknya, Teguh Asmar, dalam kelompok sandiwara radio bernama Kuncup Berseri. Sesekali ia menulis naskah sendiri. Dini benar-benar remaja yang sibuk. Selain menjadi redaksi budaya pada majalah remaja Gelora Muda, ia membentuk kelompok sandiwara di sekolah, yang diberi nama Pura Bhakti. Langkahnya semakin mantap ketika ia memenangi lomba penulisan naskah sandiwara radio se-Jawa Tengah. Setelah di SMA Semarang, ia pun menyelenggarakan sandiwara radio Kuncup Seri di Radio Republik Indonesia (RRI) Semarang. Bakatnya sebagai tukang cerita terus dipupuk.

Pada 1956, sambil bekerja di Garuda Indonesia Airways (GIA) di Bandara Kemayoran, Dini menerbitkan kumpulan cerita pendeknya, Dua Dunia. Sejumlah bukunya bahkan mengalami cetak ulang sampai beberapa kali - hal yang sulit dicapai oleh kebanyakan buku sastra. Buku lain yang tenar karya Dini adalah Namaku Hiroko dan Keberangkatan. la juga menerbitkan serial kenangan, sementara cerpen dan tulisan lain juga terus mengalir dari tangannya. Walau dalam keadaan sakit sekalipun, ia terus berkarya.

Dini dikenal memiliki teknik penulisan konvensional. Namun, menurutnya teknik bukan tujuan melainkan sekadar alat. Tujuannya adalah tema dan ide. Tidak heran bila kemampuan teknik penulisannya disertai dengan kekayaan dukungan tema yang sarat ide cemerlang. Dia mengaku sudah berhasil mengungkapkan isi hatinya dengan teknik konvensional.

Ia mengakui bahwa produktivitasnya dalam menulis termasuk lambat. Ia mengambil contoh bukunya yang berjudul Pada Sebuah Kapal, prosesnya hampir sepuluh tahun sampai buku itu terbit padahal mengetiknya hanya sebulan. Baginya, yang paling mengasyikkan adalah mengumpulkan catatan serta penggalan termasuk adegan fisik, gagasan dan lain-lain. Ketika ia melihat melihat atau mendengar yang unik, sebelum tidur ia tulis tulis dulu di buku catatan dengan tulis tangan.

Pengarang yang senang tanaman ini, biasanya menyiram tanaman sambil berpikir, mengolah dan menganalisis. la merangkai sebuah naskah yang sedang dikerjakannya. Pekerjaan berupa bibit-bibit tulisan itu disimpannya pada sejumlah map untuk kemudian ditulisnya bila sudah terangkai cerita.

Dini dipersunting Yves Coffin, Konsul Prancis di Kobe, Jepang, pada 1960. Dari pernikahan itu ia dikaruniai dua anak, Marie-Claire Lintang (lahir pada 1961) dan Pierre Louis Padang (lahir pada 1967). Anak sulungnya kini menetap di Kanada, dan anak bungsunya menetap di Prancis.

Sebagai konsekuensi menikah dengan seorang diplomat, Dini harus mengikuti ke mana suaminya ditugaskan. Ia diboyong ke Jepang, dan tiga tahun kemudian pindah ke Pnom Penh, Kamboja. Kembali ke negara suaminya, Prancis, pada 1966, Dini melahirkan anak keduanya pada 1967. Selama ikut suaminya di Paris, ia tercatat sebagai anggota Les Amis dela Natura (Green Peace). Dia turut serta menyelamatkan burung belibis yang terkena polusi oleh tenggelamnya kapal tanker di pantai utara Perancis.

Setahun kemudian ia mengikuti suaminya yang ditempatkan di Manila, Filipina. Pada 1976, ia pindah ke Detroit, AS, mengikuti suaminya yang menjabat Konsul Jenderal Prancis. Dini berpisah dengan suaminya, Yves Coffin pada 1984, dan mendapatkan kembali kewarganegaraan RI pada 1985 melalui Pengadilan Negeri Jakarta.

Mantan suaminya masih sering berkunjung ke Indonesia. Dini sendiri pernah ke Kanada ketika akan mengawinkan Lintang, anaknya. Lintang sebenarnya sudah melihat mengapa ibunya berani mengambil keputusan cerai. Padahal, waktu itu semua orang menyalahkannya karena dia meninggalkan konstitusi perkawinan dan anak-anak. Karena itulah ia tak memperoleh apa-apa dari mantan suaminya itu. Ia hanya memperoleh 10.000 dollar AS yang kemudian digunakannya untuk membuat pondok baca anak-anak di Sekayu, Semarang.

Dini yang pencinta lingkungan dan pernah ikut Menteri KLH Emil Salim menggiring Gajah Lebong Hitam, tampaknya memang ekstra hati-hati dalam memilih pasangan setelah pengalaman panjangnya bersama diplomat Perancis itu. la pernah jatuh bangun, tatkala terserang penyakit 1974, di saat ia dan suaminya sudah pisah tempat tidur. Kala itu, ada yang bilang ia terserang tumor, kanker. Namun sebenarnya kandungannya amoh sehingga blooding, karena itu ia banyak kekurangan darah. Secara patologi memang ada sel asing. Kepulangannya ke Indonesia dengan tekad untuk menjadi penulis dan hidup dari karya-karyanya, adalah suatu keberanian yang luar biasa. Dia sendiri mengaku belum melihat ladang lain, sekalipun dia mantan pramugrari GIA, mantan penyiar radio dan penari. Tekadnya hidup sebagai pengarang sudah tak terbantahkan lagi.

Mengisi kesendiriannya, ia bergiat menulis cerita pendek yang dimuat berbagai penerbitan. Di samping itu, ia pun aktif memelihara tanaman dan mengurus pondok bacanya di Sekayu. Sebagai pencinta lingkungan, Dini telah membuat tulisan bersambung di surat kabar Sinar Harapan yang sudah dicabut SIUPP-nya, dengan tema transmigrasi.

Menjadi pengarang selama hampir 60 tahun tidaklah mudah. Baru dua tahun terakhir ini, ia menerima royalti honorarium yang bisa menutupi biaya hidup sehari-hari. Tahun-tahun sebelumnya ia mengaku masih menjadi parasit. Ia banyak dibantu oleh teman-temannya untuk menutupi biaya makan dan pengobatan.

Tahun 1996-2000, ia sempat menjual-jual barang. Dulu, sewaktu masih di Prancis, ia sering dititipi tanaman, kucing, hamster, kalau pemiliknya pergi liburan. Ketika mereka pulang, ia mendapat jam tangan dan giwang emas sebagai upah menjaga hewan peliharaan mereka. Barang-barang inilah yang ia jual untuk hidup sampai tahun 2000.

Dini kemudian sakit keras, hepatitis-B, selama 14 hari. Biaya pengobatannya dibantu oleh Gubernur Jawa Tengah Mardiyanto. Karena ia sakit, ia juga menjalani USG, yang hasilnya menyatakan ada batu di empedunya. Biaya operasi sebesar tujuh juta rupiah serta biaya lain-lain memaksa ia harus membayar biaya total sebesar 11 juta. Dewan Kesenian Jawa Tengah, mengorganisasi dompet kesehatan Nh Dini. Hatinya semakin tersentuh ketika mengetahui ada guru-guru SD yang ikut menyumbang, baik sebesar 10 ribu, atau 25 ribu. Setelah ia sembuh, Dini, mengirimi mereka surat satu per satu. Ia sadar bahwa banyak orang yang peduli kepadanya. Sejak 16 Desember 2003, ia kemudian menetap di Sleman, Yogyakarta. Ia yang semula menetap di Semarang, kini tinggal di kompleks Graha Wredha Mulya, Sinduadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta. Kanjeng Ratu Hemas, istri Sultan Hamengku Buwono X yang mendengar kepindahannya, menyarankan Dini membawa serta perpustakaannya. Padahal empat ribu buku dari tujuh ribu buku perpustakaannya, sudah ia hibahkan ke Rotary Club Semarang.

Alhasil, Dini di Yogya tetap menekuni kegiatan yang sama ia tekuni di Semarang, membuka taman bacaan. Kepeduliannya, mengundang anak-anak di lingkungan untuk menyukai bacaan beragam bertema tanah air, dunia luar, dan fiksi. Ia ingin anak-anak di lingkungannya membaca sebanyak-banyaknya buku-buku dongeng, cerita rakyat, tokoh nasional, geografi atau lingkungan Indonesia, cerita rekaan dan petualangan, cerita tentang tokoh internasional, serta pengetahuan umum. Semua buku ia seleksi dengan hati-hati. Jadi, Pondok Baca Nh Dini yang lahir di Pondok Sekayu, Semarang pada 1986 itu, sekarang diteruskan di aula Graha Wredha Mulya. Ia senantiasa berpesan agar anak-anak muda sekarang banyak membaca dan tidak hanya keluyuran. Ia juga sangat senang kalau ada pemuda yang mau jadi pengarang, tidak hanya jadi dokter atau pedagang. Lebih baik lagi jika menjadi pengarang namun mempunyai pekerjaan lain.

Dalam kondisinya sekarang, ia tetap memegang teguh prinsip-prinsip hidupnya. Ia merasa beruntung karena dibesarkan oleh orang tua yang menanamkan prinsip-prinsip hidup yang senantiasa menjaga harga diri. Mungkin karena itu pulalah NH Dini tidak mudah menerima tawaran-tawaran yang mempunyai nilai manipulasi dan dapat mengorbankan harga diri.

Ia juga pernah ditawari bekerja tetap pada sebuah majalah dengan gaji perbulan. Akan tetapi dia memilih menjadi pengarang yang tidak terikat pada salah satu lembaga penerbitan. Bagi Dini, kesempatan untuk bekerja di media atau perusahaan penerbitan sebenarnya terbuka lebar. Namun seperti yang dikatakannya, ia takut kalau-kalau kreativitasnya malah berkurang. Untuk itulah ia berjuang sendiri dengan cara yang diyakininya; tetap mempertahankan kemampuan kreatifnya.

Menyinggung soal seks, khususnya adegan-adegan yang dimunculkan dalam karya-karyanya, ia menganggapnya wajar-wajar saja. Begitulah spontanitas penuturan pengarang yang pengikut kejawen ini. la tak sungkan-sungkan mengungkapkan segala persoalan dan kisah perjalanan hidupnya melalui karya-karya yang ditulisnya

Karya

Beberapa bukunya yang terkenal di antaranya:
1.               Pada Sebuah Kapal
2.               Hati yang Damai
3.               Padang Ilalang di Belakang Rumah
4.               Sekayu
5.               Pertemuan Dua Hati
6.               Keberangkatan
7.               La Barka
8.               Monumen
9.               Istri Konsul
10.           Sebuah Lorong di Kotaku
11.           Kemayoran
12.           Tirai Menurun
13.           Langit dan Bumi Sahabat Kami
14.           Namaku Hiroko
15.           Argenteuil
16.           Dari Rue Saint Simon ke Jalan Lembang
17.           Dua Dunia, buku kumpulan cerita pendek

Pendidikan

SD di Semarang, 1950
SMP di Semarang. 1953 -SMA di Semarang, 1956
Kursus Pramugari GIA di Jakarta, 1956
Kursus B 1, Sejarah, 1957-1959

Karir

Pramugari GIA (Garuda Indonesia Airways) (1950-1960)
Anggota Wahana Lingkungan Hidup
Anggota Forum Komunikasi Generasi Muda Keluarga Berencana

Penghargaan

Penghargaan Sastra Terbaik dari Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas)
SEA Write Award bidang sastra dari Pemerintah Thailand

Sastrawati NH Dini (82) meninggal dunia di RS Elisabeth Semarang, Selasa (4/12/2018). NH Dini meninggal setelah mengalami kecelakaan di Jalan Tol KM 10 Kota Semarang. Dari sejumlah informasi yang dihimpun, NH Dini mengalami kecelakaan setelah mobil yang dikendarainya terlibat kecelakaan dengan sebuah truk. Kecelakaan terjadi saat mobil Toyota Avanza yang dikendarainya dari Gayamsari menuju Tembalang lewat jalan tol. Baca juga: Sastrawan NH Dini Tutup Usia Akibat Kecelakaan   Saat tanjakan tol Tembalang, sebuah truk bernomor polisi AD 1536 JU kebetulan berjalan di depan mobil yang ditumpangi. Truk itu berhenti mendadak karena mengalami kerusakan mesin. Saat pengemudi mencoba memperbaiki dan melanjutkan perjalanan, tiba-tiba truk berjalan mundur. Truk membentur mobil Mobil Toyota Avanza yang tepat berada di belakangnya. Akibatnya, NH Dini bersama sopir mobil Avanza dilarikan ke Rumah Sakit Elizabeth. Sang sopir mengalami luka di bagian tangan dan kaki. Sedangkan NH Dini mengalami luka di bagian kaki dan kepala. Naas, saat dibawa ke RS, NH Dini meninggal dunia. "Diduga pengemudi truk tidak bisa mengendalikan laju kendaraan, lalu berjalan mundur. Truk kemudian membentur kendaraan yang ada di belakangnya," ucap Kasatlantas Polrestabes Semarang, AKBP Yuswanto Ardi, saat dihubungi, Selasa. Saat ini, jenazah NH Dini disemayamkan di RS Elizabeth Semarang. NH Dini meninggal sekitar 16.30 WIB setelah menjalani perawatan MRI di Instalasi Gawat Darurat rumah sakit tersebut.

Masa senja

Berdasarkan wawancara CNN Indonesia dengan keluarga NH Dini, sang novelis tidak sama dengan orang tua lain yang tinggal di panti. Kalau lainnya dititipkan, ia menitipkan diri sendiri. Alasannya, tak ingin merepotkan orang lain. Bahkan soal keuangan, NH Dini masih sangat mandiri.

Ia masih membimbing skripsi, mengisi acara seminar, bahkan bolak-balik ke Jakarta jika ada undangan seni di Taman Ismail Marzuki. Usia senja tak menghalanginya naik pesawat dan bepergian sendiri. Jika butuh bantuan, ia sendiri yang menghubungi maskapai untuk meminta kursi roda.

NH Dini juga masih menulis. Namun, keluarga tak tahu detail apa yang sedang digarapnya. Yang jelas pada 2003 ia masih menelurkan buku Dari Parangakik ke Kampuchea yang masih diminati.



Sebelum wafat, NH Dini tinggal di Panti Wredha Langen Wedharsih, Ungaran.


Selamat tinggal novelis hebat pejuang perempuan.



Sumber: dari berbagai sumber

Sabtu, 01 Desember 2018

Bahasa Indonesia, Inggris atau Jawa yang Paling Sederhana?



Indonesia  :    tunggu sebentar
Inggris       :    wait for a minute
Jawa          : ​   sik​

Indonesia  :    aku tidak mau itu
Inggris       :    I don't want it
Jawa          : ​   'moh​

Indonesia  :    Terbang sangat cepat
Inggris       :    Flying so fast
Jawa          : ​   weerÅ•r​

Indonesia  :    Apa yang terjadi?
Inggris       :    What happen?
Jawa          :    ngopo ?​

Indonesia  :    aku tidak peduli
Inggris       :    I don't care
Jawa          : ​   Prétt ......​

Indonesia  :    tak percaya
Inggris       :    I don't believe
Jowo         :    mbèl​

Indonesia :    ini untukmu
Inggris       :    this is for you
Jowo         :    nyoh​

Indonesia  :    saya tidak tahu
Inggris       :    I don't know
Jowo         :    mbuh 

Indonesia  :    jalur tidak resmi
Inggris       :    unofficial line
Jowo         :    Mbludus

Indonesia  :    mendadak bangun
Inggris       :    suddenly woke up
Jowo         :    Nglilir

Indonesia  :    tidur nyenyak
Inggris       :    sleep well
Jowo         :    Angler



Penulisan yang Benar Kata Terimakasih atau terima kasih?



Terimakasih atau terima kasih?
1.     ini berupa kata majemuk
2.     dari dua suku kata
3.     kata 'terima' bermakna memeroleh/mendapatkan
4.     kata 'kasih' berupa homonim sebagai ujaran yg bermakna perasaan/sayang

Jadi ini majemuk idiom yg bermakna menyambut  pemberian. Maka penulisannya dipisah"terima kasih" demikian.

Rabu, 03 Oktober 2018

PIDATO

                                    PIDATO

A.   Makna  Pidato 
1.  Pidato merupakan pengungkapkan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditunjukan  kepada orang banyak.
2.   Pidato merupakan kegiatan berbicara didepan umum oleh seseorang tentang suatu masalah.
3.   Pidato merupakan bentuk berbicara atau berkomunikasi secara lisan didepan umum.

B.   Langkah-langkah Berpidato       

      1.   Persiapan  Pidato.      
            a.   Meneliti masalah yang akan dibicarakan.
1)    menentukan dan memilih tema atau tujuan pidato.
2)    menganalisis pendengar dan memahami situasi, kondisi serta latar belakang pendengar.
3)    menentukan metode pidato yang tepat.
            b.   Menyusun Uraian.
1)    mengumpulkan bahan pidato.
2)    membuat kerangka pidato.
3)    mengembangkan/mengembangkan kerangka pidato secara lengkap.
             c. Mengadakan latihan.
1)    Intonasi.
2)    gerak-gerik.
3)    ekspresi atau mimik. 
      2.   Pelaksanaan pidato        
                        a.   pembukaan pidato. 
1.       mengucapkan salam.
2.       mengucapkan puja dan puji syukur kepada Tuhan YME.
3.       Mengucapkan penghormatan kepada pendengar.
4.       memperkenalkan diri (secara singkat).
            b.   mukadimah. 
1)       mengawali pidato dengan menyebutkan tema.
2)       mengutarakan materi utama secara singkat.
           c.    isi pidato.
1)       menyampaikan materi secara bertahap tapi pasti. 
2)       memberikan ilustrasi, cerita atau contoh-contoh yang menarik sehingga tidak membosankan.
3)       menghindari materi yang sifatnya mengguruhi.
4)       bertutur kata yang sopan.
            d.   penutup. 
1)      sebelum menutup pidato ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak-pihak yang telah memberikan dukungan atau bantuan.
2)      Ucapkan salam penutup.
     
      Pada pelaksanaan pidato yang menggunakan metode  ekstemporan biasanya menggunakan susunan kerangka sebagai berikut;
1.      mengucapkan salam.
2.       mengucapkan puja dan puji syukur kepada Tuhan YME.
3.       Mengucapkan penghormatan kepada audiens.
4.       mengucapkan terima kasih dan memperkenalkan diri (secara singkat).
      5.    mukadimah. 
- mengawali pidato dengan menyebutkan tema.
- mengutarakan materi utama secara singkat.
       6.   isi pidato.
      7.    kesimpulan
      8.  Salam penutup. 
  

C.   Macam-Macam Metode Pidato

1.    Metode improptu (serta merta).
       Metode Improptu (serta merta) adalah cara menyajikan berdasarkan kebutuhan sesaat. Metode ini tidak ada persiapan sama sekali sehingga berbicara berdasarkan pengetahuan, pengalaman dan kemahiran seseorang.
      2.   Metode Menghafal.
      Metode Menghafal cara penyajian dengan mempersiapkan naskah lebih dahulu secara lengkap kemudian dihafalkan.
3.  Metode Naskah.
    Metode Naskah adalah cara penyajian dengan cara membaca naskah. Metode ini   banyak digunakan dalam khotbah jum’at dan pada hari-hari besar lainnya.
      4.   Metode Ekstemporan (tanpa persiapan naskah)
      Metode Ekstemporan adalah cara penyajian yang menyiapkan catatan-catatan penting yang berisi gagasan utama yang sekaligus menjadi urutan isi (kerangka pidato). Dengan demikian pembicara dengan bebas memilih kata-katanya sendiri sesuai dengan kemampuan.

D.   Ciri-Ciri Pidato yang Baik

1.    Obyektif.
            Materi yang disampaikan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, bukan merupakan opini bribadi.
      2.   Penggunaan metode yang tepat.
      Cara menyampaikan materi jelas,mudah dipahami oleh pendengar. tidak ambigu sehingga pendengar masih menafsirkan maknanya.
3.  Hidup dan menyegarkan suasana.
      Dalam menyampaikan materi disertai dengan humor yang tidak menyinggung perasaan pendengar.
      4.   Menyampaikan tujuan yang jelas .
      Pembicaraan tidak lepas dari tujuan,tidak melebar kesana kemari sehingga materi menjadi samar atau materi yang disampaikan terlalu umum (tidak menarik).
5. Klimaks.
      Penyampai materi dimulai dari yang tidak terlalu penting hingga sampai yang sangat penting atau dari suatu kejadian yang biasa-biasa saja sampai pada kejadian yang menegangkan.

E.   Tujuan Pidato
1. Intruktif: memberitahukan sesuatu.
2. Persuatif: Mendorong/mengajak/mempengaruhi.
3. Rekreatif: menghibur.
4. Argumentatif: menyakinkan.

F.      Aspek Penunjang Keberhasilan Pidato
1.    Kemampuan bahasa: baik dan benar,lancar  serta santun dalam menyampaian.
2.    Persuatif: Mendorong/mengajak/mempengaruhi.
3.    Rekreatif: menghibur.
4.    Argumentatif: menyakinkan.
5.    Sikap: berani, tenang, reaksi tepat, tidak kaku dan tidak canggung.
6.    Penguasaan materi: melakukan persiapan Penguasaan materi dengan baik.
7.    Sehat : tidak sakit walaupun itu sakit ringan seperti flu dan batuk.
8.    Busana : berpakaian rapi dan sopan atau sesuai dengan tema yang dibicarakan.
9.    Pengeras suara: pengeras suara harus dapat menjangkau seluru pendengar.
10.      mengerti dengan pasti latar belakang, adat istiadat, atau tata cara pendengar.

G.  Analisis Situasi dan Pendengar Situasi:
1.    Tujuan menghadiri.
2.    adat kebiasaan/tata cara/latar belakang/budaya/dan mayoritas.
3.    Acara yang mendahului atau yang mengikuti
4.    waktu pelaksanaan.
5.    tempat pelaksanaan.
6.    cuaca.
7.    pengeras suara.

H.   Contoh Rancangan Pidato
      Topik : Patriotisme Pemuda
I.      Konsep Patriotisme
1.1.     Pengertian Patriotisme
1.2.     Fungsi Patriotisme
1.3.     Patriotisme dalam sejarah
II.    Menumbuhkan Rasa Patriotisme
2.1.     Strategi
2.2.     Sasaran
2.3.     Hambatan
III.      Pembangunan dan Jiwa Patriotisme
3.1.     Patriot Pembangunan
3.2.     Pahlawan Pembangunan

I.    Intonasi Dalam Berpidato
         Secara umum, intonasi yang digunakan dalam berpidato adalah intonasi berita, karena informasi yang disampaikan berupa berita atau sebuah peristiwa. Namun terkadang ada juga pembawa pidato melontarkan pertanyaan-pertanyaan kepada pendengar pada saat itu maka intonasi yang digunakan adalah intonasi kalimat Tanya.  Sedangkan pembawa pidato ingin menegaskan masalah, ia dapat menggunakan intonasi suruhan atau perintah.

      Pengertian Intonasi
      Jika kita memperhatikan seseorang berbicara, kita akan mengetahui maksud  kalimat yang diucapkannya berdasarkan ciri-ciri intonasi berikut.:
      1.   Kuat lemahnya ucapan bunyi bahasa,panjang pendeknya pengucapan bunyi bahasa,tinggi rendahnya bunyi bahasa, perubahan air muka  (mimik), dan   sebagainya.             
      2.   Pemenggalan-pemenggalan kalimat sehingga urutan katanya berkelompok- kelompok.
      3.    Pada akhir kalimat disertai dengan nada naik,nada turun,atau nada mendatar yang diikuti kesenyapan. Ketiga ciri itu yang disebut intonasi.secara sederhana,intonasi dapat diberi pengertian sebagai lagu kalimat atau ketepatan penyajian tinggi rendahnya nada dalam berbicara.
J.   Tanda-tanda Intonasi
  1. Untuk menandai intonasi,digunakan tanda-tanda sebagai berikut. tinggi rendahnya suara pengucapan,dibedakan menjadi empat macam,yaitu:
            a.   angka 1 digunakan untuk menandai nada yang paling rendah.
    b.  angka 2 digunakan untuk menandai nada sedang, biasanya menunjukan tinggi  nada suku kata dalam permulaan ucapan
            c.  angka 3 digunakan untuk menandai nada tinggi
            d,   angka 4 digunakan untuk menandai nada yang tertinggi dalam pengucapan
      2.   Pemenggalan ucapan, ditandai dengan bermacam-macam tanda menurut fungsinya.
a.    tanda sendi tambah (+) digunakan untuk menunjukan pemenggalan  dalam satu kata.
                      Contoh :  ke + me + ja  = kemeja
           b.   tanda sendi tunggal ( / ) digunakan untuk menunjukan pemenggalan diluar kata  sepanjang satu kata atau lebih.
                      Contoh :  Adik / pulang / hari ini.
                     c.    tanda sendi rangkap (//) digunakan untuk menunjukan pemenggalan diluar  kata, yang relatif lebih panjang dari pada sendi tunggal.
                  Contoh :  Adik // Ali // pulang / hari ini.   
           d.   tanda silang rangkap (#) digunakan untuk menunjukan adanya kesenyapan, baik pada awal kalimat maupun pada akhir kalimat.
               Contoh :  # Adik Ali // pulang / hari ini #  
       e.   tanda intonasi mendatar (  _   ) digunakan untuk tekanan yang biasa, tekanannya tidak terlalu tinggi atau juga tidak  terlalu rendah.
               Contoh :  biasanya bapak pulang sore hari.
         f.     intonasi naik (      ) digunakan untuk intonasi / bertekanan naik.
                Contoh :  tiap hari pulang malam, tidak pulang sekalian.  
         g.   intonasi turun (      ) digunakan untuk intonasi / bertekanan menurun.
                Contoh :  mari silahkan masuk  

      Mendengarkan Pidato

      Pada pelajaran ini, Anda akan belajar mendengarkan pidato. Cara mendengarkan pidato, yaitu tahap memahami, menginterpretasi, mengevaluasi, dan menanggapi. Tujuan pelajaran ini adalah Anda mampu mendengarkan dan memahami sebuah pidato. Anda tentunya pernah mengikuti kegiatan yang dilaksanakan dalam berbagai acara. Saat acara dilaksanakan biasanya ada kata sambutan dari pihak panitia, pejabat pemerintah, ataupun orang yang dihormati. Misalnya, dalam acara kegiatan di sekolah, kepala sekolah atau ketua panitia memberikan sambutan. Bahkan, dalam acara resmi tingkat nasional atau internasional pun selalu ada sambutan dari orang-orang atau pejabat tertentu.
      Anda tentu pernah mengikuti acara-acara resmi yang diadakan di sekolah atau acara resmi lainnya. Di setiap awal acara itu, biasanya diisi sambutan atau pidato oleh ketua pelaksana atau pihak-pihak terkait dalam rangka memaparkan latar belakang, maksud, serta tujuan penyelenggaraan acara tersebut.
      Kegiatan memberikan sambutan disesuaikan dengan situasi saat acara dilangsungkan. Dalam hal ini, seseorang yang memberikan sambutan harus memahami hal-hal yang dia kemukakan termasuk orang yang hadir. Selain itu, perhatikan pula panjang-pendeknya sambutan yang akan kita sampaikan. Jangan sampai sambutan yang kita berikan mengganggu acara inti. Begitu pula bahasa dan gerak tubuh harus menunjang pembicaraan.
      Dalam memberi sambutan, tidak bedanya dengan kita menyampaikan pidato. Lafal, intonasi,nada, dan kejelasan pengucapan harus sesuai. Dalam pelajaran kali ini, Anda akan berlatih mendengarkan pidato atau sambutan.
      Kegiatan mendengarkan merupakan kegiatan yang berproses dan memiliki tahapan-tahapan sebagai berikut.
1.    Tahap Mendengar
      Pada tahap ini kita mendengar segala sesuatu yang disampaikan pembicara.
2.    Tahap Memahami
      Pada tahap ini, kita harus mengerti dan memahami dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan.
3.    Tahap Menginterpretasi
      Penyimak yang baik akan mencoba menginterpretasikan isi dan butir-butir pendapat yang terdapat    dalam uraian itu.
4.    Tahap Mengevaluasi
      Setelah menafsirkan, kita dapat menilai atau mengevaluasi pendapat serta gagasan sang pembicara.
5.    Tahap Menanggapi
      Tahap ini merupakan tahap akhir. Kita dapat menyampaikan tanggapan berupa menyambut, menyerap, serta menerima gagasan yang dikemu
     
contoh

Pidato Sambutan Upacara Peringatan Hari Kesaktian Pancasila

Assalamu’alaikum Wr. Wb. dan salam sejahtera,
Alhamdulillah, marilah kita senantiasa bersyukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita, sehingga pada kesempatan ini kita dapat hadir diacara lomba pidato hari ini.

Hadirin yang saya hormati.

Kita semua telah mengetahui sejarah kelam bangsa Indonesia, tepatnya 30 September 1965. bahwa partai Komunis dengan sengaja merencanakan dan pemberontakan untuk mengganti ideologi  negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila menjadi Negara komunis, sedangkan kita ketahui bersama Partai Komunis selamanya tidak pernah mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa, dalam hal ini tentunya tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur ideologi Pancasila, dan juga menyimpang dari ajaran agama.

Hadirin yang saya hormati.

Dalam rangkat memperingati Hari Kesaktian Pancasila ini, kami selaku pemuda penerus bangsa, sampai kapanpun ideologi  negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila tetap kami tegakkan dan kami jaga. Untuk itu  marilah kita tingkatkan kewaspadaan dan persatuan kita untuk menangkal faham komunis yang terus menyelinap di tengah-tengah masyarakat. Karena kita tidak ingin kejadian tragis di tahun 1965 terulang kembali.

Hadirin yang saya hormati.
Demikianlah pidato singkat yang bisa kami sampaikan, mudah-mudahan diiringi dengan hidayah dan ridha Allah, serta bermanfaat bagi kita sekalian. Amiin yaa Robbal Aalamin.

wassalamu'alaikum Wr. Wb Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.